Ketika Kawin Muda Jadi Pilihan

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ketika Kawin Muda Jadi Pilihan as PDF for free.

More details

  • Words: 750
  • Pages: 3
Ketika Kawin Muda Jadi Pilihan

Ada beberapa alasan orang memilih untuk kawin muda. Mulai dari karena keinginan pribadi sampai karena terpaksa. Mulai dari karena calon suaminya sudah mapan, sampai karena calon istrinya sudah hamil. Saya punya seorang teman perempuan yang sangat cantik dan feminin. Sebut saja namanya Melati, usianya 19 tahun. Kemarin ayahnya baru saja meninggal. Selalu ada perasaan ikut sedih terlintas di benak saya ketika mendengar berita orang tua teman saya meninggal dunia. Setiap kali ada ayah atau ibu teman saya ada yang meninggal, saya tidak bisa berhenti berpikir bagaimana kelanjutan hidupnya nanti. Bagaimana dia akan membiayai kuliahnya? Apakah dengan meninggalnya orang tuanya ia harus menurunkan kualitas hidupnya seperti pindah ke rumah kos yang lebih murah? Ataukah ia harus bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri? Lalu bagaimana dengan kuliahnya? Pertanyaan kemarin saya itu langsung terjawab hari ini. Hari ini Melati menikah. Ia menikah dengan kekasih yang telah dipacarinya sejak SMA. Kedengarannya memang seperti kisah cinta di sinetron. Seorang wanita cantik yang harus menikah dengan seorang lelaki kaya karena ia tidak punya pilihan lain untuk membiayai hidupnya dan ibunya. Walaupun Melati dan kekasihnya saling mencintai dan keduanya ikhlas untuk menikah, tetap saja banyak orang yang membuat teori-teori mengenai sebab-sebab mengapa mereka harus menikah keesokan hari setelah ayah Melati meninggal. Teori yang pertama: ayah Melati meninggal karena sangat kaget mendengar Melati hamil atau sudah melakukan hubungan suami-istri, sehingga Melati dan kekasihnya diperintahkan untuk langsung menikah.

Teori yang kedua: ayah Melati ingin sekali melihat Melati menikah, atau setidaknya sebelum ia dikebumikan kalau ia meninggal sebelum Melati menikah. Jadi ini Melati dan kekasihnya segera menikah, bahkan jika harus menikah di depan jenazah ayahnya seperti hari ini. Teori yang ketiga: karena Melati adalah anak satu-satunya dan ibunya sudah tidak bekerja lagi, satu-satunya cara untuk Melati bisa menutup biaya hidupnya adalah dengan menikah dengan kekasihnya yag untungnya terbilang kaya. Semua teori itu mengerucut pada kesan yang kurang baik. Banyak orang juga berpikir, apakah Melati tidak menjadi utang budi pada suaminya? Apakah secintacintanya suami Melati, ia tidak akan mengungkit utang budi tersebut? Menikah di usia muda memang masih jadi hal yang ‘luar biasa’ di Indonesia terutama bagi masyarakat di kota besar. Masyarakat di kota besar sering berpikir negatif dalam menanggapi pernikahan di usia muda. Biasanya mereka berpikir bahwa pasangan yang menikah muda married by accident. (Kita akan membahas masalah menikah muda bagi masyarakat di pedalaman Indonesia pada kesempatan lain karena seperti yang telah kita ketahui menikah muda bagi masyarakat di pedesaan adalah hal yang biasa.) Ketika saya bertanya pada belasan orang teman saya yang sudah punya pacar, mereka semua menjawab ingin dan mau saja menikah muda, termasuk saya sendiri. Namun mereka semua menjawab demikian dengan ‘tapi’. ‘Tapi’ tersebut misalnya, “…tapi gue kan belom kerja, belom punya penghasilan, belom bisa cari duit sendiri. Nanti istri gue mau gue kasih makan apa?”. Dan biasanya, setelah mereka mengutarakan ‘tapi’-‘tapi’ itu, mereka juga mengungkapkan harapan mereka, “Kalo orang tua gue sama cewek gue mau-mau aja bayarin gue sama istri gue, gue mau banget nikah sekarang juga.”.

Sebenarnya dari segi agama, contohnya dari segi agama Islam, menikah muda diizinkan dan bukanlah masalah. Tidak ada dalam Al-Qur’an ayat yang mengatur umatnya baru boleh menikah ketika sudah berusia 25 tahun. Yang diatur hanyalah baru boleh menikah ketika sudah baligh. Tidak ada pula rukun “harus sudah berpenghasilan” dalam rukun nikah agama Islam. Yang diatur hanyalah ketika seorang laki-laki itu sudah mampu, dianjurkan untuk segera menikah untuk mencegah zina. Jadi dalam agama Islam, tidak masalah bila kita menikah namun masih dibiayai orang tua. Masalahnya adalah, kata ‘mampu’ di Indonesia masih diukur dengan apakah laki-laki itu sudah berpenghasilan sendiri atau belum. Padahal, ‘mampu’ dalam agama Islam tidak selalu berarti demikian. Tidak masalah jika laki-laki atau perempuan yang akan menikah itu ‘mampu’-nya masih dibiayai orang tua. Namun adat di Indonesia membentuk pola pikir masyarakatnya menjadi ‘gengsi’ untuk minta dibiayai orang tua kalau sudah menikah. Sebenarnya ada orang tua yang ‘fine-fine’ saja membiayai anak dan menantunya, tetapi kadang-kadang orang tua yang sebenarnya sudah ‘fine-fine’ saja itu juga menjadi enggan untuk membiayai anaknya karena tradisi ‘gengsi’ tersebut. Poin yang saya coba sampaikan di sini adalah, marilah kita mengubah pola pikir kita yang sering berperangsaka buruk pada orang yang menikah muda. Tidak selamanya orang yang menikah muda married by accident. Dalam kasus Melati, Melati dan kekasihnya segera menikah karena memang mereka saling mencintai, Melati memang sedang dalam masalah, dan kebetulan kekasihnya dapat mengatasi masalah itu. Mereka tidak menikah karena terpaksa. Menikah muda dalam kasus Melati adalah hal yang sangat terpuji. Tidakkah jiwa kekasih Melati yang kini sudah menjadi suaminya sangatlah besar?

Related Documents

Maksud Kawin
October 2019 24
Hukum Mas Kawin
June 2020 6
Hadis Pilihan
November 2019 46
Ketika Yessi.docx
April 2020 34