Ketika Kuis Sms Jadi Ajang Judi

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ketika Kuis Sms Jadi Ajang Judi as PDF for free.

More details

  • Words: 900
  • Pages: 3
faaqihgroup.wordpress.com ebook gratis – animasi gratis – mp3 arabic gratis – software gratis – islam video gratis – islam galeri gratis – edukasi games gratis – tips/tutorial computer gratis – 3D wallpaper gratis – info bisnis online

KETIKA KUIS SMS JADI AJANG JUDI Oleh : KH M Shiddiq al-Jawi* Masyarakat sekuler memang benar-benar habitat yang nggak cocok buat umat Islam. Buktinya, kuis-kuis SMS judi di televisi telah menggila belakangan ini. Banyak orang tergiur untuk mengikutinya. Siapa tidak ngiler, hanya dengan kirim SMS bertarif Rp 2000, orang bisa berharap hadiah Rp 25 juta. So, media televisi yang semestinya mencerdaskan, malah menjerumuskan banyak orang jadi penjudi. Astaghfirullah… Tengoklah, Global TV mengadakan Kuis Kira-Kira yang tayang tiap hari. Saban Sabtu-Minggu ada Kuis IM3 Raja Voucher. Di RCTI pun ada Kuis Goyang. Sementara Lativi menyelenggarakan Kuis Bolam, singkatan Kuis Berhadiah Olah Raga Malam. Kuis yang dimulai 26 Juni 2006 ini, awalnya untuk para gibol (gila bola) saat Piala Dunia 2006. Tapi karena keuntungannya spektakuler, kuis ini diteruskan walau Piala Dunia 2006 sudah usai. Dibanding stasiun televisi lainnya, TPI (yang semestinya bermisi pendidikan) justru memiliki kuis SMS terbanyak. Ada kuis yang dinamakan 3T yang muncul tiap hari pukul 18.00 WIB (waktu sholat Maghrib). Ada kuis TTI, Kuis Karaoke Dangdut, dan Kuis Iseng-Iseng yang ditayangkan dini hari menjelang pagi (waktu sholat Tahajud). Setan bener kalau dipikir. Tega-teganya ngajak judi pada waktu-waktu ibadah. Jika ini terus berlanjut sampai bulan Ramadhan, masya Allah, berarti sudah benar-benar gila masyarakat kita saat ini. Berbagai kuis judi tersebut semakin menarik pemirsa, lantaran dibawakan oleh host dari kalangan selebritis terkenal. Tercatat ada Tessa Kaunang, Peggy Melati Sukma, Ari (yang dulu VJ MTV), dan sebagainya. Para selebritis yang umumnya mempunyai standar moral yang longgar (baca : bejat), enjoy saja dan tak merasa berdosa menjadi pendukung judi nasional. Mereka juga nggak punya beban, soalnya hampir-hampir mereka nggak perlu menggunakan otaknya. Maklum, pertanyaannya gampang-gampang. Juga nggak ada mutunya. Hanya orang idiot dan buta huruf saja yang tidak becus menjawabnya. Secara ekonomi, kuis-kuis itu jelas sangat menguntungkan. Cocok untuk para penyelenggaranya yang memang serakah, tak bermoral, dan tak kenal dosa. Kuis Bolam di Lativi, misalnya, pernah mendapat 180.000 SMS dalam dua jam saja. Itu bukan berarti yang ikut kuis 180.000 orang. Sebab supaya peluang menang makin besar, orang yang sama harus kirim SMS sampai 5-10 kali.

Bagaimana hitung-hitungannya? Begini. Tarif Rp 2000 tiap SMS akan dibagi untuk tiga pihak, yaitu untuk PH (production house), stasiun televisi, dan penyedia layanan telepon premium (biasa disebut content provider). Perinciannya, Rp 500 untuk hadiah, Rp 500 untuk content provider, dan selebihnya yang Rp 1000 dibagi rata PH dan stasiun televisi (www. kontan-online.com, 7/8/2006). Walhasil, jika ada 180.000 SMS yang masuk, berarti uang [haram] yang berhasil dikeruk stasiun televisi adalah = Rp 500 x 180.000, atau sebesar Rp 90 juta. Lumayan, kan? Ini sudah angka bersih, lho, soalnya sudah dipotong hadiah. Kalau dibandingkan dengan biaya produksi yang murah (dan jelas nggak perlu banyak mikir), kuis-kuis SMS jelas menjadi tambang duit yang melimpah. Namun bagaimana pun juga, kerjaan setan itu tetap wajib diberantas. Alhamdulillah, kini sudah banyak pihak seperti MUI dan NU yang mengharamkan kuis-kuis SMS berhadiah tersebut. Pada 27 Mei 2006 lalu, Forum Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia MUI di Gontor, sepakat mengharamkan kuis-kuis SMS itu. SMS berhadiah tersebut, kata KH Ma’ruf Amin Ketua Komisi Fatwa MUI, termasuk judi karena mengandung unsur mengundi nasib dengan cara mudah, pemborosan, menghamburhamburkan uang untuk permainan yang tak jelas. Selain itu, kuis-kuis tersebut telah membahayakan pihak lain yang menderita kekalahan, membangkitkan fantasi, ketagihan, dan mental malas. Dua bulan setelah fatwa MUI itu, pada 26 Juli 2006, NU pun berfatwa serupa. Dalam Munas Alim Ulama dan Konbes di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, para ulama NU juga sepakat bulat mengharamkan kuis SMS berhadiah yang marak di berbagai televisi itu. Ketika fatwa itu dijadikan acuan untuk menilai kuis-kuis SMS yang ditayangkan di berbagai TV, hasilnya sangat mencemaskan. Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin menyatakan, sedikitnya 60 kuis SMS (layanan pesan singkat) berhadiah yang saat ini tengah marak, disinyalir mengandung unsur judi sehingga haram hukumnya. "Saat ini jumlahnya 60 kuis SMS yang dapat dikategorikan mengandung unsur-unsur judi dan akan segera kami tertibkan," katanya Ma`ruf Amin usai membuka Rakerda MUI se-Kalteng, di Palangka Raya, Sabtu (9 September, 2006). Menurut dia, jumlah itu merupakan hasil evaluasi MUI bersama dengan Departemen Sosial yang dalam waktu dekat akan berkoordinasi guna menertibkan kuis-kuis berindikasi judi tersebut (http://www.antara.co.id, 18/9/2006)

Sebenarnya fatwa-fatwa ini untuk konteks Indonesia agak telat. Sebab sudah sejak 27 Juli 2004 National Fatwa Council (NFC) atau MUI-nya Malaysia, sudah tegas mengatakan haramnya berbagai kuis berhadiah melalui SMS. Tapi nggak apa-apalah, lebih baik telat daripada diam saja. Kata seorang bijak Abu Ali ad-Daqaq,"As-Sakitu ‘an al-haq ka asy-syaitan al-akhras." (orang yang diam dari kebenaran, bagai setan bisu). Tapi para ulama masih cukup bijaksana. Mereka tak hanya mengharamkan, tapi juga mencoba memberikan solusi. KH Ma’ruf Amin mengatakan kalau hadiahnya tidak diambil dari kumpulan uang peserta, tapi dari sponsor atau pihak ketiga, hukumnya boleh. Masalahnya, kita tetap khawatir. Mengapa? Sebab fatwa-fatwa itu tidak mempunyai kekuatan eksekutorial. Lagi pula, jangan-jangan sponsor atau pihak ketiga itu ada kongkalikong dengan para penyelenggara kuis (PH, televisi, dan content provider). Apa sih yang tak mungkin dalam sistem kapitalis yang sekuler lagi serba korup dan brengsek ini? Inilah susahnya hidup dalam sistem hidup sekuler. Maka, sebagai sikap ihtiyath (hatihati), kuis-kuis SMS itu sebaiknya dihapuskan saja sama sekali. Jangan sampai kita memberi peluang kepada setan untuk menjerumuskan kita. [ ]

Related Documents

Judi
May 2020 7
Kuis
May 2020 38
Sms
April 2020 56
Sms
May 2020 43