Ketahanan Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspekaspek kebudayaan lainnyaKemajuan infrastruktur transportasi dantelekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Kata globalisasi menunjukan gejala menyatunya kehidupan manusia di bumi tanpa mengenal batas-batas fisik-geografik dan sosial yang kita kenal sekarang ini. Globalisasi berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat revolusi dibidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan pedagang. Globalisasi membawa banyak pengaruh dalam kehidupan kita ,baik sebagai individu maupun dalam kehidupan bermsyarakat,berbangsa dan bernegara. Perubahan dari globalisasi tersebut di satu sisi dapat membawa kemajuan,namun di sisi lain dikhawatirkan akan menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa (nationstate). Di satu pihak ekonomi global menuju ke satu kesatuan dan di pihak lain terjadi kecendrungan (trend) politik lahirnya ratusan negara baru. Sehubung dengan itu,pertanyaan yang menarik untuk di kaji ialah: Apakah ‘’globalisasi’’ akan menghilangkan negara bangsa (nationstate)? Agar negara bangsa Indonesia tidak tergilas dampak negatif globalisasi tersebut, berbagai transformasi yang membawa perubahan tidak di pandang sebagai ‘’ancaman’’ , tetapi harus dipandang sebagai ‘’peluang’’ untuk meningkatkan ,mengembangkan dan memperkokoh diri kita sebagai bangsa,agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk itulah diperlukan Tannas yang tangguh bagi bangsa Indonesia di Era Globalisasi. Makalah ini dibuat untuk mengkaji dan melihat globalisasi itu sebagai suatu tantangan, agar kita dapat memanfaatkan peluang yang ada di dalam arena globalisasi tersebut untuk kemajuan dari kesejahteraan bangsa kita. Selain itu,makala ini juga akan mengkaji pengaruh globalisasi dan nasionalisme serta menganalisis berdasarkan paradigma dan metode berpikir Pancasila. Kemudian juga akan mengkaji bagaimana tannas Indonesia dalam menghadapi globalisasi, agar tetap survive sebagai bangsa dan negara dalam tatanan masyarakat Pancasila yang berdasarkan UUD 1945 untuk mencapai tujuan dan cita-cita Nasional. Dengan mempelajari makalah ini ,di harapkan mampu memahami pengaruh globalisasi dalam kerangka tannas Indonesia dan upaya untuk menghadapi, memanipulasi dan memanfaatkan pengaruh tersebut untuk meningkatkan tannas Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.
Bagaimana tannas Indonesia menghadapi globalisasi sebagai tantangan ? Apa saja manfaat dan kerugian dari organisasi bisnis yang mengglobal ? Apa saja dampak globalisasi terhadap kehidupan bangsa Indonesia ? Bagaimana globalisasi dan nasionalisme ? Bagaimana meningkatkan ketahanan nasional Indonesia dalam menghadapi era globalisasi ?
1.3 Maksut dan Tujuan Dalam menghadapi globalisasi, di harapkan bangsa Indonesia melihat globalisasi itu sebagai suatu tantangan, agar dapat memanfaatkan peluang yang ada di arena globalisasi untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita. Dengan adanya penulisan makalah ini di harapkan pembaca dapat :
Mengkaji dan melihat globalisasi itu sebagai suatu tantangan yang dapat dimanfaatkan, Mengidentifikasi manfaat dan kerugian dari organisasi bisnis yang mengglobal, Menganalisis dampak globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia, Memahami globalisasi dan nasionalisme, Meningkatkan ketahanan nasional Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi Sebagai Tantangan
Di jaman Era Globalisasi ini segala sesuatu aspek kehidupan yang ada bersaing begitu ketatnya. Dari mulai aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain. Pada prinsipnya, proses globalisasi ada yang bertujuan intensional dan ada pula yang bertujuan impersonal. Proses globalisasi yang intensional dapat dilihat misalnya pada kegiatan perdagangan dan pemasaran, sedangkan proses globalisasi yang impersonal dapat kita lihat, misalnya dalam gerakan fundamentalis, agama dan kecendrungan-kecendrungan pasar yang agak sulit untuk dijelaskan sebab-sebabnya,misalnya mundurnya mobil buatan Amerika di pasaran dunia dewasa ini. Globalisasi yang menyeruak dewasa ini dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi yang di istilahkan dengan Triple ‘’T’’ Revolution, yaitu perkembangan kemajuan teknologi di sektor telekomunikasi informasi, transportasi dan trade (liberslisasi perdagangan). Ketiga hal tersebut menjadi kekuatan pemicu dan pemacu globalisasi yang kita hadapi sekarang ini. Kekuatan teknologi tersebut telah mengubah masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia. Masyarakat semakin terbuka dan kini di rasuki oleh nilai-nilai global yang menawarkan berbagai citra ideal yang ditopang oleh komunikasi yang sangat cepat dan kemajuan teknologi yang telah menyatukan kehidupan umat manusia dewasa ini. Dewasa ini kita mengenal ‘’bazar global’’ karena dunia sebenarnya telah merupakan pasaran bersama dengan adanya alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui jaringan TV, internet, film, musik maupun majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu pasar yang besar (global cultural bazaar). Dengan mudahnya, transportasi dunia turisme tidak hanya menjadi monopoli negara-negara industri maju. Dewasa ini tidak mengherankan apabila kitamenemui turis-turis Indonesia berada di mancanegara. Kemajuan turisme bukan hanya menunjukan peningkatan taraf kehidupan manusia, tetapi juga berbagai dampak negatif terhadap budaya setempat. Pembentukan dan penyebaran citra global dapat dilihat dengan nyata yaitu munculnya berbagai pusat perbelanjaan yang mewakili kemajuan bisnis dunia yang merupakan salah satu lokomotif dari bersatunya proses peraturan dunia. Di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia misalnya bermunculan pusat-pusat perbelanjaan yang tidak kalah besar dan isinya menyamai pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar lainnya,seperti di New York, London, Tokyo, Hongkong, Singapura dan Bangkok. Bisnis produk pertanian juga meningkat melalui jaringan pusat-pusat
perbelanjaan tersebut. Lihat saja pasar buah-buahan di Indonesia yang di banjiri oleh buahbuahan impor.
Menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi tantangan masa depan adalah sebagai berikut : Pertama, lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk. Lingkungan itu tidak mungkin lagi di tentukan oleh produsen, tetapi oleh suatu tim yang sadar akan tujuan yang dicapai dan peka terhadap keinginan konsumen. Kedua, untuk memenuhi selera pasar ‘’konsumen’’, diperlukan manusi-manusia yang menguasai ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, masyarakat masa depan merupakan masyarakat ‘’meritokrasi’’, yaitu masyarakat yang menghormati prestasi dari pada ststusnya dalam organisasi. Keempat, lingkungan yang menghormati seseorang yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya di dalam organisasi. Inilah transformasi perusahaan yang menggambarkan pula transformasi kebudayaan manusia. Globalisasi itu, sebagaimana di utarakan oleh Presiden Soeharto bahwa suka atau tidak suka ia akan ada atau datang dan tidak bisa kita hindari. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) mempunyai dimensi-dimensi baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks. Menurut Kartasasmita (1996) transformasi global ditentukan oleh dua kekuatan besar yang saling menunjang, yaitu perdagangan dan teknologi. Perdagangan akan berkembang begitu cepat dan mengubah pola-pola kehidupan manusia. Pola-pola kehidupan itu ditanggung oleh kemajuan teknologi yang telah mengubah bentuk-bentuk hubungan antarmanusia dengan lebih cepat, lebih intensif, dan lebih beragam. Transformasi bukan berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt mengatakan globalisasi mengandung berbagai paradoks, di antaranya berikut ini: 1.
Budaya global vs Budaya local
2.
Universal vs Individual
3.
Tradisional vs Modern
4.
Jangka Panjang vs Jangka Pendek
5.
Kompetisi vs Kesamaan kesempatan
6.
Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK
7.
Spiritual vs Material
Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu, kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan, diktator dan perang. Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang ekonomi ini menuntut liberalisasi dalam bidang politik, di mana keduanya harus berjalan seiring dan saling menunjang. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam “Dunia tanpa batas” dimaksudkan dalam bidang bisnis komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya transnasional. Sebagai bangsa Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, untuk menghadapi kekuatan global tersebut, perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan (Astagatra). Kekuatan yang kita miliki dalam Astagatra (geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam) yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan dikembangkan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada hendaknya dapat diatasi dan diubah menjadi kekuatan untuk meningkatkan tannas di dalam menghadapi era globalisasi. Kunci dalam meningkatkan tannas Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang menuju kepenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh iman dan takwa (imtaq). Dalam pembangunan nasional yang kita lakukan untuk meningkatkan tannas dilandasi oleh Wasantara. Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional, berarti kita melihat kekuatan dan kelemahan bangsa Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan (Astagatra) secara komprehensif integral, membangun secara bersinergi aspek kehidupan bangsa tersebut. Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat tannas yang kita harapkan di dalam era globalisasi ini diperlukan pengaturan-pengaturan dalam aspek Trigatra dan pancagatra. Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan kelestarian. Dalam aspek pancagatra diperlukan pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila di dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penghayatan budaya politik Pancasila, mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang meningkat bagi seluruh rakyat, memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika, dan memantapkan kesadaran bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia. Globalisasi itu bergerak di tiga arena kehidupan manusia yaitu di arena ekonomi, politik, dan kebudayaan. Di dalam arena ekonomi proses globalisasi tersebut mempengaruhi pengaturanpengaturan sosial dalam produksi, pertukaran barang, distribusi dan konsumsi baik barang maupun pelayanan (service) Dalam globalisasi politik tampak terlihat berkurangnya peranan pemerintah dan membesarnya peranan masyarakat (swasta). Kita lihat saja munculnya barisan SATPAM sebagai penjaga
keamanan di kantor-kantor atau di daerah pemukiman yang ekslusif. Dalam bidang komunikasi mempergunakan ekonomi, peran swasta semakin besar menuju kegiatan internasional atau kegiatan antar pemerintah. Dalam hal kedaulatan negara, ada tendensi atau kecendrungan diserahkan kepada unit-unit politik yang lebih luas, seperti Uni Eropa, ASEAN, APEC, Organisasi-organisasi Internsional, seperti UN (PBB), WTO, IMF,UNISCO merupakan contoh munculnya unit-unit politik yang lebih luas (supranasional). Apabila sebelumnya kita mengenal bentuk-bentuk budaya yang terikat pada waktu dan tempat, yang beraneka ragam dengan nilai-nilainya yang spesifik, dengan adanya proses globalisasi ini mengancam keberadaannya. Kontak dengan budaya lain sudah merupakan suatu keharusan dan tidak dapat dielakan karena hubungan komunikasi yang tidak mengenal batas-batas negara. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkritisme budaya yang sifatnya transnasional. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia : a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,inflasi regional dan lain-lain.
2.2 Manfaat dan Kerugian dari Organisasi Bisnis yang Mengglobal
Manfaat globalisasi ekonomi a. Produksi global dapat ditingkatkan Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan. b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasaryang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri. d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negaranegara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang. e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
Kerugian globalisasi ekonomi 1. Menghambat pertumbuhan sektor industry Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat. 2. Memperburuk neraca pembayaran Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat
memperburuk kondisineraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran. 3. Sektor keuangan semakin tidak stabil Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. 4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin
2.3 Dampak Globalisasi Terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia. Dari aspek ideologi, Pancasila yang merupakan “way of life” bangsa Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang Pancasila, tetapi justru nilai-nilai yang terkandung didalamnya nyaris tidak lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini adalah akibat dan sikap traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak bermakna lagi. Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini, dapat kita amati fenomenanya antara lain :
Terjadinya kemerosotan (dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/ etika hidup dan berbangsa terutama pada generasi muda. Gaya hidup yang Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap individualistik. Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada kekuatan, kekuasaan dan kekerasan, sehingga hukum sulit ditegakkan. Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung bermusuhan, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung anarkhis
2.4 GLOBALISASI DAN NASIONALISME Globalisasi memang sering di yakini oleh sebagian pengamat sebagai ancaman memudarnya nasionalisme. Buah pikiran kenichi ohmae ’’Dunia Tanpa Batas’’ (the borderless would) bukan dimaksudkan demikian, Apa yang dikemukakannya terutama dalam bidang bisnis memang akan menembus batas-batas Negara, tetapi apakah dengan demikian akan menghilangkan Negara bangsa dan identitas suatu bangsa? Perkembangan dunia hingga saat ini tampaknya masih memperkuat pendapat terakhir. Hal ini mengingat bahwa: 1. Manusia itu sendiri bukanlah semata-mata sekadar suatu mass product, tetapi sebagai makhluk yang berakal,berperasaan dan berbudaya. 2. Fitrah manusia sebagai makhluk sosial,yang bergolong-golongan maka globalisasi tersebut tampaknya tidak akan menghilangkan perasaan kebangsaan. 3. Proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistik,pada akhirnya proses tersebut di ciptakan dan di kembalikan oleh manusia. Bukanlah globalisasi yang merupaka ancaman eksternal nasionalisme. Ancaman bagi nasionalisme di suatu Negara melainkan dari situasi ekonomi,sosial dan politik dalam negeri. Dampak dari situasi ekonomi dalam negri dapat dilihat. contohnya pada semakin banyaknya tenaga kerja kita yang mencari nafkah keluar negri terutama di kawasan ASEAN. Untunglah bahwa membanjirnya TKI kemancanegara lebih disebabkan oleh situasi ekonomi,bukan oleh situasi politik sehingga kalupun terjadi pengalihan kewarganegaraan hal itu masih terjadi secara sangat terbatas. Karena itu,kita harus terus berupaya agar perekonomian kita tetap berkembang dengan baik seraya harus di jaga pula agar situasi poltik kita tetap kondusif bagi stabilitas dan keamanan dalam negeri. Ancaman ini diperburuk oleh perbedaan asal keturunan antara pribumi yang mayoritas miskin dengan keturunan cina yang sebagian besar relatif hidup berkecukupan. Dari segi sosial, ancaman bagi nasionalisme yang dapat terwujud dalam disintegrasi nasioanal adalah SARA terutama konflik antar agama.Yang menjadi masalah adalah adanya upaya dari individu dan klompok politik tertentu untuk menggunakan agama sebagai kendaraan politik di dalam mewujudkan kepentingan politik mereka.Upaya seperti ini bisa memperngaruhi lapisan menengah dan bawah untuk saling mencurigai.karena itu,para pimpinan politik mestilah menyadari bahwa suatu proporsi politik dan ekonomi yang wajar memenuhi rasa keadilan antar golongan agama haruslah diciptakan.Artinya,golongan agama yang mayoritas jangan sampai merasa bahwa mereka hanya memperoleh porsi yang sedikit.Sebaliknya,yang minoritas jangan sampai merasa didiskriminasi.Jika keseimbangan yang prporsional yang di capai dalam jabatan birokrasi,politik dan ekonomi,keseimbangan sosial akan terpelihara. Bahwa dewasa ini nasionalisme kita,dan umumnya di kalangan Negara-negara berkembang,memiliki objek yang lain jika dibandingkan dengan nasionalisme semasa penjajahan.
Semua itu adalah hal baru dalam pengalaman hidup generasi tua,sehingga akibatnya timbul kekuatiran bahwa pengaruh asing tersebut akan mencabut nila-nilai tradisiolan bangsa’’yang luhur’’. Dalam Negara demokrasi perbedaan pendapat adalah suatu yang wajar yang merupakan karakter dari demokrasi itu. Terkecuali apabila kritik tersebut hanya dibuat atas dasar kepentingan dirinya atau kelompoknya tanpa kaitan sama sekali dengan kepentingan seluruh bangsa,dilakukanya dengan tidak mengindahkan sopan santun serta diupayakan melalui gangguan terhadap keamanaan dan stabilitas. Tantangan utama adalah mempertahankan nasiolalisme,dengan demikan tidak lagi ditentukan semata-mata oleh adanya tantangan dari luar melainkan tantangan dari dalam.Secara lebih konkret tantangan tersebut terwujud pada upaya untuk menjaga citra bangsa dan Negara agar selalu positif dan dengan demikian menjadi kebanggaan bagi seluruh warga Negara yang bersangkutan. Pengupayaan terwujudnya etika sosial yang berlandaskan tiga hal: Jujur,bekerja keras,dan hemat. Terjadinya penyalahgunaan wewenang,kolusi,korupsi,nepotisme (ekonomi biaya tinggi) merupakan tanda bagi adanya keharusan untuk menanamkan kejujuran terhadap semua individu. Sesungguhnya dari segi kecerdasaan dan kemauan untuk maju,bangsa kita tidak kalah dari bangsa-bangsa yang lain.Di bidang iptek,dalam dua dasawarsa terakhir hal ini kita telah mampu membanggakan pesawat terbang produk IPTN dan kapal laut produk PT PAL. Prestasi olahraga,seperti catur,bridge,dan bulu tangkis telah berhasil meningkatkan Citra Indonesia di mata internasional. Pencapain seperti itu pasti akan menumbuhkan rasa sebangsa bangga sebagai warga Negara Indonesia sehingga tidak perlu lagi ada orang yang merasa rendah diri untuk mengakui dirinya sebagai orang Indonesia. Sudah tentu merasa bangga terhadap bangsa dan Negara tidak hanya ditimbulkan oleh produk iptek,tetapi juga dari faktor-faktor lain,seperti kondisi ekonomi dan citra birokrsasi kita. Paradigma pancasila dalam menghadapi era globalisasi sebagai suatu tantangan dan sekaligus peluang yang harus diraih berpijak pada budaya bangsa.sebagai bangsa Indonesia kita tidak boleh tercabut dari akar budaya bangsa yaitu Pancasila.Budaya Pancasila itulah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia yang menentukan cara berpikir,cara bersikap,dan cara berbuat,kita di dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dalam menghadapi tantangan tersebut(globalisasi).Isu globalisasi seperti demokratisasi,hak asasi manusia(human rights)dan lingkungan hidup harus di lihat dan dikaji bertitik tolak pada paradigm (sudut pandang) Pancasila. Para pemikir bangsa dirumuskan secara ringkas dan padat dalam pancasila (ideology pancasila). Para ahli falsafah telah menunjuk bahwa sila pertama “ketuhanan yang maha esa” adalah dasar dari segala sila (notonegoro 1959.106-107). Istilah rakyat dalam system sosialis komunis adalah agregasi manusia paling sempurna sehingga hanya sebagai rakyat itulah manusia menemukan nilainya,bukan keangkuhan,kemanusian dengan harkat maupun martabatnya. Perjuangan HAM adalah tindakan pembangkangan dan pengkhinatan.
1.
Individualisme
Manusia dilahirkan’’bebas’’dan dibekali oleh ciptaannya dengan sejumlah asasi. 2. Ideologi Komunis: Berdasarkan pada remis,bahwa semua materi berkembang mengetahui hukum,kontradiksi dengan menempuh proses’’dialektik’’.Ciri dari konsep dialektik tentang manusia ialah bahwa tidak terdapat sifat permanen pada diri manusia.Berdasarkan pada perkembangan dialektik diri manusia maka masyarakat dan sejarah dan berkembang secara dialektik pula apabila diterapkan pada sejarah kehidupuan sosial disebut materialism historis. 3. Pancasila: Konsep manusia menurut ideologi pancasila ialah manusia itu makhluk individu serentak mkhluk sosial.Monodualisme ini adala kodrati,tidak sekedar empirik. Secara kodrati manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri,manusia yang satu memerlukan manusia yang lain.Hakikat dari konsep manusia menurut pancasila adalah’’saling tergantung antar manusia’’.Saling tergantung mempersyaratkan interaksi’’saling memberi’’antara manusia dalam masyarakat dan Negara.Saling member inti isi dari nilai’’kekeluargaan:pasangan saling berhubungan,saling ketergantungan,saling memberi adalah ciri pokok dari kondisi’’integrasi’’. Tiap ideology dalam sendirnya memiliki konsep dasar beserta sejumlah konsep kunci yang taat asas dan bertautan dengan konsep dasar ideology. Individualisme ialah hak asasi manusia yang melekat sejak manusia dilahirkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun,kecuali dengan persetujuan .konsep dasar ini terumus dalam dua buah intrinsic,yaitu “kebebasan dari kepentingan diri” (freedom and selef intrest).Konsep dasar ini melahirkan sejumlah konsep kunci pertumbuhan ekonomi,yang pada gilirannya melahirkan konsep kunci,development,market power,economic power,individualism,slef ach ievement,compotitif,conflict,the greates happiness four the greatest number. Dengan paradigma dan cara befikir Pancasila itu kita memilih mana yang tepat untuk bangsa Indonesia agar identitas dan integritas tetap lestari.Dengan paradigma dan cara berfikir Pancasila itu kita mengarungi era kesejagatan itu,meraih segala peluang,untuk membangun bangsa agar kelangsungan hidup bangsa ini tetap terpelihara dalam rangka mencapai tujuan cita-cita nasional.Dengan kata lainnya,di era kesejagatan ini kita harus siap menghadapinya dengan landasan dan cara berfikir Pancasila untuk meningkatkan tannas Indonesia.
2.5 Meningkatkan Ketahanan Nasional Indonesia Dalam Menghadapai Era Globalisasi
Untuk menghadapi globalisasi tersebut kita harus tahu kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai berikut : 1. Geografi Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik dan strategis, namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat, laut dirgantara, dan pengaturan tata ruangnya. 2. Sumber Kekayaan Alam Potensi SKA di daratan, lautan, dan dirgantara, baik yang bersifat hayati maupun nonhayati, serta yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui sangat besa. Hal ini merupakan modal dan kekuatan dalam pembangunan. Kelemahaanya, belum sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut dimanfaatkan secara optimal. Hal ini tidak sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yang ada tidak seutuhnya dapat dijaga keamanannya dengan baik atau dengan kata lain rawan pencurian. 3. Demografi. Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia. Pertumbuhannya dapat ditekan melalui KB. Begitu juag tingkat kesehatan harapan hidup, dan kualitas fisik semakin meningkat. Kelemahannya, sebagian penduduk Indonesia antarwilayah atau daerah atau antarpulau tidak proporsional, pertumbuhan belum mencapai zero grwoth dan kualitas nonfisik yang masih rendah. 4. Ideologi Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Kelemahannya, pengamalan atau pmbudayaan Pancasila tersebut belum sepenuhnya terwujud. 5. Politik Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik Demokrasi Pancasila dan sudah tertata terutama struktur politik dan mekanismenya. Kelemahannya, budaya politik masih perlu perbaikan dan peningkatan. Suprastruktur masih sangat dominan apabila dibandingkan dengan infrastruktur dan substruktur. 6. Ekonomi Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yang makin seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa. Kelemahannya, perindustrian Indonesia belum begitu kokoh karena masih tergantung pada impor bahan baku atau komponen. Sementara itu, dalam proses pembangunan terjadi ekonomi biaya tinggi (high cost economy) yang membuat inefisien biaya pembangunan. Kesenjangan ekonomi juga cenderung semakin tinggi dapat memacu dan memicu destabilisasi ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan. Perpajakan juga masih lemah dan perlu mendapat perhatian.
7. Sosial Budaya Hasil pembangunan selama PJPT I dapat meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah individualis dan materialistis dan makin berkurangnya keteladanan para pemimpin. 8. Pertahanan dan Keamanan Bangsa Indonesia mewarisi tradisi sebagai bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamrata tersebut belum sepenuhnya terwujud. Kesadaran bela negara belum memasyarakat. Sementara itu tingkat keamanan masyarakat masih terganggu dengan makin meningkatnya kriminalitas.
Faktor yang sangat berpengaruh dominan adalah perekonomian, khususnya perdagangan untuk memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan rakyat masing-masing negara. Kondisi sekarang negara-negara maju menguasai sebagian besar modal, teknologi atau skill. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mensejajarkan diri dengan bangsa atau negara maju tersebut, melalui peningkatan tannas Indonesia. Kunci dalam peningkatan tannas Indonesia itu adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia menuju ke penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh iman dan taqwa.
Tannas Indonesia harus mampu meberikan jaminan, terhadap :
Identitas dan integritas Nasional; Eksistensi bangsa Indonesia dan negara kesatuan Republik Indonesia; Tercapainya tujuan dan cita-cita Nasional
A. Aspek Trigatra Dalam pengaturan aspek Trigatra yang perlu mendapat perhatian ialah : a. Pengaturan tata ruang wilayah Nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan keamanan. Sumber-sumber perekonomian dan pemukiman harus dilindungi. Perencanaan pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan keamanan tersebut dalam arti luas, selain mempertimbangkan aspek kesejahteraan untuk masyarakat luas. b. Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Asas manfaat berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber kekayaan alam itu, digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Mempunyai daya saing berkaitan dengan “mutu” yang tinggi standar sesuai dengan kebutuhan pasar dan pelayanan yang menyenangkan. Begitu pula hasil pembangunan hendaknya mencerminkan pemerataan.
Program KB tidak hanya ditujukan kepada pengendalian tetapi peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan. Perlu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui program pendidikan dan keterampilan dalam arti luas untuk memulihkan kualitas SDM Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan dilandasi iman dan taqwa. Di sisi lain, perlu diupayakan agar menjadi sebaran yang proporsional, melalui program pengembangan atau pembangunan wilayah luar Pulau Jawa. Pada tahap awal transmigrasi boleh jadi alternatif, tetapi relokasi industri di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pengembangan potensi-potensi perekonomian di wilayah luar Pulau Jawa.
B. Aspek Pancagatra a. Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi) Penataran dan pengajaran Pancasila di masyarakat dan sekolah masih dianggap kurang efektif karena cenderung berorientasi kepada ketermapilan kognitif dan formalitas. Dalam konteks ini suatu hal yang perlu dan harus diingat bahwa P4 adalah norma yang mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dan kalaupun ada kelemahan kekurangan dalam pengamalannya, itu adalah kesalahan oknum, bukan kesalahn P4nya. b. Penghayatan budaya Pancasila Suasana harmonis, terpadu dan bersinergi perlu diciptakan sehingga setiap keputusan politik yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat berlandaskan hukum yang berlaku. Indonesia berdasar atas hukum (rechstaat) tidak berdasar kekuasaan belaka (machstaat). Rule of law berasaskan supremacy of law, persamaan di muka hukum atau equality before the law (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945). Jika rule of law dengan asas-asasnya dapat kita lukakn dengan baik diiringi dengan makin meningkatnya “kecerdasan” rakyat, pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka “partisipasi” politik rakyat akan meningkat. c. Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi Kendatipun struktur perekonomian Indonesia makin seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa, namun belum efisien. Adanya kebocoran, KKN, pungutan liar, dan lain0lain yang sejenis dianggap menodai perekonomian Indonesia. Dengan pemerataan kita akan mencapai pertumbuhan. Konsep ini mengarah kepada empowerment (pemberdayaan masyarkat), dan bukan konglomerasi pada sekelompok kecil anggota masyarkat. Paradigma empowerment atau pemberdayaan masyarakat dilandasi oleh pemikiran bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarkat mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan emnggunakan untuk pembangunan masyarakat. Perbedaan antara model pembangunan yang partisipatif dengan model empowerment terletak dalam hal model empowerment rakyat miskin, tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan program, perencanaan dan pelaksanaanya. Dalam model partisipasi keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilihan, perencanaan dan pelaksanaan, sedang pemerintah tetap
menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program. Pemberdayaan rakyat tidak akan berhasil apabila tidak didukung suatu sistem politik dan ekonomu yang demokratis. Reformasi eknomi dengan model pemberdayaan ini harus disertai dengan reformasi di bidang politik. Birokrasi negara harus memiliki sikap mental baru yakni sikap memfasilitasi masyarakat dan bertanggung jawab pada masyarakat terhadap segala kebijaksanaannya. d. Memantapkan identitas Nasional Bhinneka Tunggal Ika Perlu disadari dalam kemajemukan itu terdapat kerawanan yaitu gampang dipecah belah. Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk hidup bersama dalam suasan kebhinnekaan tersebut. Hilangkan premordialisme. Kondisi-kondisi yang mengarah kepada pertentangan SARA harus dihilangkan. Selain itu, mengekkan hukum dengan asas-asasnya mutlak diterapkan. e. Memantapkan kesadaran bela negara Bela negara dalam pengertian yang luas tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran atau Hankam, tetapi pada seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara. Stabilitas keamanan dalam pembangunan Nasional maka yang lebih esensial harus dipadukan atau dimantapkan ialah kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak kita untuk mencapai kasra dalam cita-cita nasional, tujuan nasional, tujuan Pembangunan Nasional, sasaran pembangunan nasional, dan kepentingan Nasional.
Kedelapan aspek kehidupan (astagatra) ditempatkan atau dianggap sebagai komponen proses yang akan memproses baik langsung maupun tidak langsung input mentah (maslah masyarkat) menjadi output berupa kondisi tannas sesaat itu kesejahteraan dan keamanan. Tingkat tannas yang kita ciptakan tersebut melalui pembangunan nasional dengan pendekatan tad mengarah kepada kebangkitan bangsa Indonesia untuk menyejajarkan dirinya dengan bangsabangsa yang telah maju (national rivival), tannas yang tangguh (national resiliencies) dan kelangsungan hidup bangsa dan negara atau kejayaan bangsa dan negara (national survival) yang bebas dari berbagai bentuk penjajahan. Kelemahan-kelemahan gatra sumber kekayaan alam Indonesia : · Belum adanya data inventarisasi potensi dan penyebaran sumber kekayaan alam secara menyeluruh. · Belum sepnuhnya sumber kekayaan alam tersebut dimanfaatkan secara optimal · Teknologi pengolahan yang masih rendah.
Harapan kondisi tannas Indonesia untuk menghadapi era globalisasi ialah bahwa tannas Indonesia harus diupayakan untuk mampu meberikan jaminan terhadap identitas dan integritas nasional, eksistensi bangsa Indonesia dan negara kesatuan Republik Indonesia, dan tercapainya tujuan serta cita-cita nasional.
BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan
Sebagai kesimpulan secara umum bahwa Nasionalisme bangsa Indonesia belum memudar, sekalipun saat ini didera oleh pengaruh globalisasi dan liberalisasi serta proses demokratisasi. Tantangan baru ini harus dihadapi dengan serius dan optimisme, bilamana tidak di pupuk kembali dan tidak mendapat dorongan semangat baru oleh para pemimpin bangsa ini, maka tidak mustahil faham tentang kebangsaan ini akan tersapu oleh peradaban baru yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur sosio-kultural bangsa kita. Hanya tekad dan semangat yang disertai usaha yang serius melalui wahana pendidikan akan dapat diharapkan mampu melestarikan semangat nasionalisme. Tidak salah kiranya bahwa perhatian para pemimpin, tokoh masyarakat, serta seluruh komponen kekuatan bangsa untuk bersama-sama membenahi sistem pendidikan nasional, agar mampu menghasilkan lulusan/hasil didik sebagai generasi penerus bangsa yang dapat membawa kemajuan dan kejayaan di era Indonesia baru. Pada sisi lain sosialisasi nilai-nilai Intrinsik nasionalisme melalui berbagai lembaga dan masyarakat harus terus diupayakan. Karena generasi bangsa ini terus diperbarui oleh generasi baru yang menuntut pemahaman yang hakiki.