Kepergian Pertama

  • Uploaded by: Indonesiana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kepergian Pertama as PDF for free.

More details

  • Words: 523
  • Pages: 2
Kepergian Pertama Hari itu, aku melepas kepergian anakku dengan segenap rasa haru. Ada tas terselempang di bahu kecilnya, ada dua stick drum terselip di sela-selanya. Aku lepas dia hingga lenyap di tikungan jalan. Sementara ia tak nampak lagi aku masih terpaku di halaman. Sebetulnya ritual ini ini amat berlebihan. Karena yang kusebut pergi itu bukan pergi jauh, bukan sekolah ke luar kota apalagi untuk pergi ke luar negeri. Yang kusebut pergi itu sesungguhnya hanya ngeloyor ke gang sebelah untuk kursus drum. Benar-benar cuma gang sebelah karena tempat kursus itu hanya berjarak beberapa rumah. Tetapi dasar kami ini keluaga kurang kerjaan, seberapapun jauh kepergian anak kami, itulah kepergian pertamanya hingga ia naik kelas empat SD. Walau memang, karena kekhawatiran kami yang berlebihan, tak pernah anak-anak itu kami lepas sendirian bahkan untuk sekadar bepergian sederhana. Banyak faktornya. Bisa karena bahkan di gang-gang kampung pun sekarang ini telah menjadi medan berbahaya tempat kebut-kebutan. Semua anak sekarang ini seperti diajari untuk menjadi pembalap, sebelum masanya tiba. Maka jalan raya adalah horor yang menakutkan. Belum pula jika kami memikirkan penculikan anak misalnya. Inilah jaman ketika semua anak seperti boleh diculik. Tidak perlu menunggu menjadi milyader untuk khawatir terhadap penculikan karena ada jenis peculik yang tidak perlu uang tebusan. Penculik ini cuma butuh mendapatkan sembarang anak, membuangnya jauh ke luar kota kalau perlu keluar pulau dan menjadikannya sebagai pengemis di jalanjalan. Membayangkan kejahatan itu menimpa anak-anak kita adalah imajinasi yang tak ingin aku fantasikan. Tetapi memang, walau semua risiko itu mungkin, walau gang-gang kampung pun telah menjadi medan berbahaya, walau penculikan anak bisa terjadi pada siapa saja, sumber ketakutan terbesar itu pastilah imajinasiku sendiri. Nyatanya anak-anak tetangga itu begitu gembiranya. Ada yang masih belum cukup panjang kakinya, tetapi sudah boleh bermotor ke mana-mana termasuk keliling kota tanpa helm, tanpa SIM, dengan dengan kecepatan gila, eh� pulang toh masih selamat juga. Ada anak begitu kecilnya, tetapi jika sudah bersepeda seperti pembalap saja layaknya. Ia bisa menikung di tikungan tanpa sedikitpun mengurangi kecepatan. Mudah membayangkan apa yang terjadi jika ada motor lewat dari lain jurusan pada saat yang bersamaan. Padahal apa susahnya mencari motor nekat semacam itu. Motor kreditan merajalela dan tak perlu menunggu anak menjadi remaja untuk menerjunkan mereka ke jalan raya yang ganas. Tapi eh, pada saat anak itu menikung, hasilnya kok ya baik-baik saja. Nyatannya tabrakan yang aku takutkan itu juga cuma terjadi sesekali padahal kecerobohannya berlangsung setiap kali. Ini benar-benar kemurahan Tuhan. Mungkin karena paham Tuhan Maha Pemurah itulah, banyak sekali orang menjadi ceroboh dengan percaya diri. Aku kadang-kadang iri juga melihat orang-orang yang ceroboh tetapi selamat berkali-kali. Enak betul. Untung saja, baik si pemberani seperti mereka, maupun si penakut sepertiku memiliki rezekinya sendiri-sendiri. Karena sikapku yang penakut itu, misalnya, bisa membuat anakku yang cuma kursus ke gang sebelah itu, aku bayangkan sebagai pergi ke luar negeri. Akibatnya keberangkatnnya harus kulepas dengan cara sedemikian rupa, selama dalam perjalanan kubayangkan sedemikian rupa, selama pergi kunanti sedemikian rupa, sehingga begitu pulang ia juga kusambut sedemikian rupa, setara dengan menyambut

anak pulang dari medan perang saja layaknya. Jadi, untuk memeluk anak dengan histeris, tidak perlu menunggu anak kita benarbenar harus pulang dari berperang. Cukup ketika ia pegri ke kampung sebelah!

Related Documents

Kepergian Pertama
November 2019 37
Pertemuan Pertama
May 2020 27
Malam Pertama
November 2019 37
Generasi Pertama
June 2020 29
Pertemuan Pertama
June 2020 23
Malam Pertama
May 2020 20

More Documents from ""

Teman Masa Kecilku
November 2019 40
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Buatan Indonesia
November 2019 53
Nasihat Dari Cd Porno
November 2019 40
Andai Aku Engkau Percayai
November 2019 43