KEPERCAYAAN DI DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU Salah satu tuntutan naluriah manusia adalah mempercayai adanya kekuasaan gaib yang bersifat Maha Sempurna yang dihayati sebagai rasa keagamaan.Kepercayaan kepada kekuasaan alam di luar lahiriah seperti makhluk gaib, roh-roh dan kekuatan alam, adalah penyimpangan dan mengaburkan hakekat kepercayaan kepada Keesaan Yang Maha Sempurna yang bersifat naluriah dan fitrah insaniah itu. Kepercayaan terhadap hal yang mistis tumbuh karena tipuan setan yang membonceng bersama ketidak-sanggupan manusia mengadapi tantangan alam dalam memenuhi kebutuhan jasmaniahnya. Kepercayaan ini pernah ada di dalam masyarakat Minangkabau masa lalu. Islam mengembalikan kepercayaan masyarakat Minangkabau kepada fitrahnya semula Namun, beberapa peninggalan kepercayaan lama masih melekat dan dalam beberapa cara dan upacara bahkan saling bermesraan dengan Islam.Pengakuan bahwa manusia adalah alam kecil yang susunannya berimbangan dengan alam luas, menuntut perilaku manusia untuk menjaga dan memelihara keseimbangan itu. Dalam bahasa di Minangkabau tampak pengaruhnya pada penggunaan kata “pantang”, “sumbang” dan “cando” atau sesuatu yang salah dan terlarang. MASYARAKAT MINANGKABAU Pola hubungan bermasyarakat dalam tatanan kekerabatan di Minangkabau mempertahankan garis keturunan keibuannya. Hal ini dapat juga bersumber dari atau didasarkan pada penghormatan yang timbul karena penderitaan alamiah ibu melahirkan manusia. Kesadaran untuk menjaga ketinggian moral ini sesungguhnya sesuai dengan tuntutan agama Islam. Di samping hubungan manusia dengan ibu adalah hubungan awal yang paling erat.Garis keturunan ibu yang dipertahankan ini tidak menghalangi masyarakat Minangkabau melaksanakan ketentuan agama mereka (Islam) dalam hubungan-hubungan muamalah. Dalam bahasa Minangkabau garis keturunan keibuan ini membayang pada kata-kata, ungkapanungkapan dan kesusastraan yang mengedepankan aspek rasa (emosional) daripada aspek pikiran (rasional) semata. Rasa itu juga dibentuk oleh kepercayaan yang dianutnya.Bahasa dan kesusastraan Minangkabau mempunyai peranan penting dalam pembentukan moral penduduknya dalam kaitan moral (akhlak) yang timbul antara hubungan makhluk dan khalik dan moral yang timbul antara hubungan manusia sesama manusia dan sesama makhluk.Konsep-konsep yang merupakan pedoman hidup yang diatur dalam adat dan lembaga masyarakat Minangkabau juga ditetapkan dengan bahasa.Sifat pembawaan masyarakat bahasa Minangkabau yang menghindari berkata tepat dan kebiasaan berkata kias, bermisal dan memakai pertimbangan-pertimbangan yang tepat, membayangkan pengakuan terhadap adanya suatu kekuasaan diluar diri mereka. Kekuasaan tersebut mereka kagumi.