Kepdas Keb Eliminasi Urine.pptx

  • Uploaded by: finandita kartaatmadja
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kepdas Keb Eliminasi Urine.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,754
  • Pages: 51
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

KELOMPOK 4 D W I R A H AY U K E N E N G L I N DA E R I K S E T I AWA N

F A L D H A Y U S T I N I N G T YA S F E R I N D H I TA M E L I A N A S A R I F I N A N D I TA S I T I U TA R I K K E P E R A W ATA N D A S A R 1

STIKESMI

ELIMINASI URINE

PENGERTIAN Eliminasi urine adalah pengeluaran sisa-sisa metabolisme dalam tubuh berupa cairan melalui saluran perkemihan atau urogenetalia. Kebutuhan eliminasi urine merupakan kebutuhan tubuh mengeluarkan bahan buangan cair secara berkala atau secara fisiologi. (Mongan Ruth,2014)

FAKTOR – FAKTOR YA N G M E M P E N G A R U H I ELIMINASI URINE

• Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine, yaitu: 1. Diet dan Intake Makanan 2. Respon Keinginan Awal Untuk Berkemih 3. Gaya Hidup 4. Stress Psikologi 5. Tingkat Aktifitas 6. Tingkat Perkembangan 7. Kondisi Patologis 8. Urine

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, yaitu

:

• Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

• Inkontinesia Urine yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih • Enuresis sering terjadi pada anal-anak, umumnya terjadi pada malam hari dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam. • Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih • Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih • Polyuria produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal seperti 2.500 ml/hari tanpa adanya peningkatan intake cairan. •

Urinari Suppresi adalah keadaan dimana ginjal berhenti mendadak memproduksi urine secara tiba-tiba

C A R A M E N O LO N G BAK DENGAN P I S P O T ATA U URINAL M E M B E R I K A N P E R T O L O N G A N PA D A PA S I E N YA N G H E N D A K B A K K A R E N A PA S I E N H A R U S B E R B A R I N G D I T E M PAT T I D U R D A N T I D A K D A PAT M E L A K U K A N SENDIRI.

Tujuan

Alat

• Membantu memenuhi eliminasi BAK

• Pispot(wanita) atau urinal (lakilaki)

• Mengurangi pergerakan pasien • Menolong pasien yang tidak dapat/ tidak boleh bergerak ke kamar mandi(bed rest)

• Pengalas atau pengalas bokong

• Untuk memeriksa urine secara langsung atau pemeriksaan spesimen

• Kapas cebok

• Waskom • Air bersih

• Kertas closet • Bengkok • Schrem • Selimut mandi

• Handscoon

Prosedur 1.

Cuci tangan

2.

Buka pakaian bawah pasien dan tutup dengan selimut mandi

3.

Pasien dianjurkan menekuk lutut (dorsal recumbent) dan angkat bokong serta pasang pengalas

4.

Pasang pispot (wanita) atau urinal (laki-laki)

5.

Bila telah selesai anus dan daerah genetalia dibersihkan dengan air dan keringkan dengan tissu lalu dibuang ke dalam bengkok, diulang beberapa kali sampai bersih

6.

Pispot atau urinalia diangkat dan urine diamati, bila ada kelalaian segera lapor dan dicatat

7.

Pasien dirapihkan dan pakaian bawah dipasang kembali

8.

Pengalas dan selimut diangkat

9.

Bersihkan dan rapihkan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula

10.

Sampiran dibuka

11.

Cuci tangan

12.

Obeservasi keadaan pasien

13.

Mencatat kegiatan dan hasil tindakan (dokumentasi)

Evaluasi •

Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan

CARA MEMASANG KO N D O M K AT ET E R

Tujuan • Memberikan metode pengambilan urine secara noninvasif

Alat • Sarung tangan non steril • Waslap

• Handuk • Waskom berisi air hangat, air sabun • Kateter kondom • Sepotong perekat velkro atau sepotong perekat adhesif • Kantong drainase urine dengan selang

1. Pengkajian Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut : • Kemampuan klien untuk berkemih tanpa episode inkontinensia • Keadaan penis (keutuhan kulit, tidak ada edema)

2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis Keperawatan yang muncul antara lain: • Inkontinensia urine neuromuskular

yang

berhubungan

dengan

gangguan

• Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan konfusi(kebingungan) dan kelemahan fisik 3. Identifikasi Hasil dan Perancanaan Hasil yang diharapkan antara lain : • Klien berkemih tanpa meneteskan urine secara tidak disengaja • Kliean tidak mengalami kerusakan kulit di area batang penis • Klien tidak mengalami konstriksi aliran darah di area batang penis

Implementasi 1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan prosedur pada klien

3.

Berikan privasidan tutupi/selimuti klien untuk memberikan akses ke penis

4.

Turunkan pagar tempat tidur dan letakkan klien pada pada posisi Fowler rendah atau posisi terlentang

5.

Letakkan kantong drainase urine pada tempat tidur sehingga slang terletak diatas tempat tidur, angkat matras di atas kerangka tempat tidur dan sangkutkan kantung pada kerangka tempat tidur (tidak boleh dilekuk melalui atau ke pagar tempat tidur)

6.

Pasang sarung tangan bersih

7.

Lepaskan selimut, kemudian cuci dan keringkan penis dengan baik

8.

Pegang batang penis dengan kuat menggunakan tangan nondominan

9.

Ambil kateter kondom dengan tangan dominan dan gulung ke penis dari ujung distal kearah batang penis, biarkan 2,5 sampai 5 cm ruang tetap terbuka antara ujung penis dan dan ujung kateter yang akan dihubungkan ke slang drainase.

10. Pegang kateter kondom di tempatnya dengan tangan nondominan, tempelkan Velkro atau pelekat elastik secara komplet dipasangkan mengelilingi ujung atas kateter kondom yang telah terpasang ke penis.Velkro atau pelekat elastik harus dilekatkan pada kateter karet, bukan pada penis, dan harus pas teteapi tidak terlalu ketat. Tanyakan pada klien apakah kondom terlalu ketat atau pantau terjadinya konstriksi

11. Hubungkan bagian akhir (ujung) kateter ke slang drainase.

12. Atur slang drainase sehingga longgar tetapi tidak tertarik, dan kantong drainase tegantung bebas 13. Posisikan klien untuk mendapatkan kenyamanan. 14. Tinggikan pagar tempat tidur 15. Letakkan lampu pemanggil dalam jangkauan

16. Buang waskom air dan suplai mandi sekali pakai 17. Buang sarung tangan dan cuci tangan 18. Kaji kembali keamanan penempatan, posisi kateter pada penis, dan status penis dan kulit setiap 4 jam 19. Lepas kateter kondom selama setengah jam selama mandi setiap hari atau selama 24 jam Evaluasi Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain: • Hasil tercapai: klien berkemih tanpa meneteskan urine secara tidak disengaja • Hasil tidak tercapai: klien mengalami kemerahan dan iritasi di area batang penis • Hasil tercapai: klien tidak mengalami kontriksi aliran darah di area batang penis

Dokumentasi

• Hal – hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain: • Jumlah, warna, bau, dan konsistensi urine

• Penampakan/keadaan penis(kulit,edema,rabas) • Kenyamanan klien • Toleransi terhadap prosedur

• Penyuluhan yang dilakukan dan pemahaman/pengertian yang diindikasikan

MEMASANG K ATETER URINE

JENIS – JENIS KATETER • Kateter Plastik Digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel. • Kateter Latex atau Karet Digunakan untuk penggunaan pemakaian dalam jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu). • Kateter Silicon Murni atau Telfon

Untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur pada meatus urethra. • Kateter PVC Untuk penggunaan 4-6 minggu, bahannya lembut tidak panas dan nyaman bagi urethra. • Kateter Logam Digunakan untuk pemakaian sementara biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.

INDIKASI PEMASANGAN KATETER URINE Indikasi pemasangan kateter terbagi menjadi dua, yaitu: 1.

Indikasi Diagnostik

• Mengambil spesimen urine tanpa terkontaminasi

• Monitoring dari produksi urine • Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih • Diagnosis dari pendarahan saluran kemih

2.

Indikasi Terapi

• Retensi urine akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah, gangguan neurogenik)

• Obstruksi kronik yang menyebabkan hidrofrosis, serta tidak dapat diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah) • Inkontensia urine yang tidak dapat ditangani dengan terapi lainnya

MEL AKUK AN K ATETERISASI PADA PRIA

Tujuan

Alat

• Memungkinkan pengosongan kantung kemih

• Set kateterisasi uretra

• Memungkinkan didapatkannya spesimen urine steril

• Waslap

• Memungkinkan didapatkannya jumlah urine residu yang terdapat di kandung kemih

• Sarung tangan non steril

• Memberikan kesempatan untuk melalakukan irigasi kandung kemih

• Wadah berisi air hangat, bersabun • Handuk besar • Kain untuk menyelimuti • Perlak • Plester • Pispot(bedpan,urinal) atau alat penampung kedua • Wadah spesimen, jika spesimen dibutuhkan

• Kaca mata pelindung (jika klien tidak mampu mempertahankan kontrol perkemihan selama prosedur) • Pencahayaan ekstra

Pengkajian • Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut ini : • Jenis kateterisasi yang diprogramkan (misalnya kateterisasi lurus, Foley, residual) • Status kandung kemih (distensi sebelum pemasangan kateter)

• Abnormalitas genetalia atau kelenjar prostat • Riwayat kondisi yang dapat mengganggu kelancaran pemasangan kateter (misalnya pembesaran prostat, struktur uretra) • Alergi klien terhadap antiseptik berbahan dasar iodin/yodium (misalnya betadin)

Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain:

• Nyeri akut yang berhubungan dengan distensi kandung kemih • Retensi urine neuromuskular

yang

berhubungan

dengan

disfungsi

Identifikasi Hasil dan Perencanaan Hasil yang diharapkan antara lain : • Pasien mendapat dan mempertahankan haluaran urine minimal 250 ml per sif selama rawat inap di rumah sakit • Pasien mengatakan bahwa nyeri di abdomen bawahnya berkurang dalam waktu 1 jam setelah pemasangan kateter

• Implementasi

1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan prosedur kepada klien

3.

Selidiki dan tentukan apakah klien menderita alergi terhadap antiseptik berbahan dasar yodium/iodin

4.

Berikan privasi

5.

Pasang sarung tangan non steril

6.

Apabila kateterisasi dilakukan untuk urine residu, minta klien berkemih di pispot, dan ukur serta cacat jumlah yang dikleuarkan, kosongkan pispot

7.

Turunkan pagar tempat tidur, bantu klien ke posisi terlentang, dan letakkan perlak di bawah bokong klien

8.

Cuci area genital dengan air hangat bersabun, bilas dan keringkan dengan menepuk-nepuknya menggunkan handuk

9.

Buang sarung tangan, air mandi, waslap dan handuk, cuci tangan

10. Selimuti klien sehingga yang terlihat hanya penis

11. Atur area kerja : • Buka set kateter dan keluarkan dari kemasan plastik terluarnya • Tempelkan bungkus terluar ke meja di samping tempat tidur dengan membalik tepi alasnya

• Letakkan paket kateter ke samping lutut klien dan secara hati-hati buka tepi terluar • Minta klien untuk sedikit membuka/melebarkan kakinya • Keluarkan selimut seluruhnya dari kemasan menggunakan ujung jari dan letakkan melintasi paha, bagian plastik menghadap ke bawah, tepat di bawah penis, pertahankan sterilitasi di sisi yang lain • Apabila kateter dan kantong kateter terpisah, gunakan teknik steril untuk membuka kemasan yang berisi kantong dan letakkan kantong di area kerja. 12. Pasang sarung tangan steril

13.

Persiapkan barang-barang di dalam kemasan untuk digunakan selama pemasangan kateter sebagai berikut:

• Tuangkan larutan yodium ke atas bola kapas • Pisahkan bola kapas menggunakan forsep • Lumasi ujung kateter 15 sampai 17,5 cm dan letakkan secara perlahan pada troli/nampan sehingga ujung kateter berada di dalam troli/nampan

• Apabila memasukkan kateter indwelling, hubungkan spuit yang sebelumnya telah diisi air steril ke pintu balon kateter • Injeksikan 2 sampai 3 ml air steril dari spuit yang sebelumnya telah diisi air steril ke balon dan pantau adanya kebocoran pada balon saat balon terisi air • Apabila diketahui adanya kebocoran, buang dan ambil kemasan kateter yang lain

• Kempiskan balon, dan biarkan spuit tetap terhubung ke balon • Hubungkan kateter ke slang wadah drainase (atau jika slang drainase telah terhubung ke kateter, letakkan slang dan kantong secara aman di area steril, dekat dengan perlengkapan/alat yang lain) •

Periksa klem pada kantong penampung spesimen untuk memastikan klem tertutup. Letakkan kateter dan troli tempat penampung spesimen di dekat perineum

• Buka wadah penampung spesimen dan letakkan di area steril 14.

Keluar kain selimut yang berlubang dari paket kateterisasi dan letakkan penis ke lubang kain selimut tersebut menggunakan tangan nondominan. Pertahankan sterilitas tangan yang dominan.

15. Tarik penis ke atas dengan sudut 90 derajat terhadap tubuh klien yang dalam keadaan terlentang 16. Dengan tangan nondominan, pegang glans(ujung) penis secara mantap, retraksikan kulit kulup, jika perlu. 17. Dengan forsep dimtangan dominan, bersihkan meatus dan glans menggunkan bola kapas, dimulai di lubang uretra dan bergerak ke arah batang penis, bersihkan melingkari penis secara komplet pada setiap bola kapas yang digunakan, buang bola kapas setelah setiap apusan 18. Setelah semua bola kapas digunakan, buang forsep 19. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, angkat kateter dititik sekitar 3,75 sampai 5 cm dari ujung kateter 20. Secara perlahan ambil slang tambahan dengan tangan 21. Minta klien mengedan seakan-akan hendak berkemih dan ambil nafas dalam yang lambat, dorong klien untuk melanjutkan bernafas dalam sampai kateter dimasukkan 22. Masukkan ujung kateter secara perlahan melalui lubang uretra sepanjang 17,5 sampai 22,5 cm (atau sampai urine keluar)

23. Turunkan penis kira-kira 45 derajat setelah sekitar setengah kateter dimasukkan dan letakkan ujung kateter yang terbuka ke atas wadah penampung (jika kateter tidak terhubung ke kantong drainase) 24. Apabila ditemui adanya tahanan:

• Hentikan beberapa detik • Dorong klien untuk terus mengambil nafas lambat dan dalam • Jangan paksa: lepaskan ujung kateter dan beri tahu dokter jika urutan diatas tidak berhasil

25. Setelah kateter dimasukkan dan memasukkannya 1 sampai 1,5 inci

jaraknya

tepat, lanjutkan

26. Untuk kateterisasi yang lurus: • Dapatkan spesimen urine dalam wadah spesimen, jika diinstruksikan • Biarkan urine mengalir sampai urine tidak keluar lagi atau sampai jumlah mililiter maksimal yang dikhususkan oleh instansi(biasanya 1000 sampai 1500 ml) tertampung ke dalam wadah, gunakan wadah kedua, pispot(bedpan atau urinal) jika perlu. 27. Untuk kateter indwelling, gembungkan balon dengan spuit yang telah terhubung dan secara perlahan tarik kateter sampai kateter tidak dapat tertarik lagi(tersangkut) 28. Fiksasi kateter secara longgar dengan meletakkan kateter pada abdomen bawah di sisi tempat kantong drainase akan digantung(lebih disukai jauh dari pintu), pastikan agar slang tidak tersangkut di pagar tempat tidur yang terkunci atau tidak tersumbat 29. Bersihkan tempat tidur dari semua peralatan 30. Posisikan klien untuk mendapatkan kenyamanan, dan letakkan kembali linen untuk mendapat kehangatan dan privasi

31. Tinggikan/naikkan pagar tempat tidur 32. Ukur jumlah urine yang tertampung dalam wadah atau dalam kantong drainase, dan buang urine dan alat seklai pakai 33. Kumpulkan semua alat tambahan dan buang sarung tangan

34. Cuci tangan Evaluasi Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain: • Hasil tercapai: haluaran urine sejumlah 250 ml per sif dipertahankan selama rawat inap di Rumah Sakit • Hasil tercapai: Klien mengatakan nyeri pada abdomen bawah telah berkurang dalam 1 jam setalah pemasangan kateter

Dokumentasi Hal – hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:

• Keberadaan distensi sebelum katerisasi • Pengkajian genetalia, jika diketahui adanya abnormalitas • Jenis kateterisasi • Ukuran kateter

• Jumlah, warna, dan konsistensi urine yang mengalir saat kateterisasi • Kesulitan yang dihadapi, jika ada, dalam memasukkan kateter secara lancar • Laporan ketidaknyamanan yang tidak biasa selama pemasangan kateter

• Spesimen urine yang didapat untuk kultur

MEL AKUK AN K ATETERISASI PADA WANITA

Tujuan

Alat

• Memungkinkan pengosongan kantung kemih

• Set kateterisasi uretra

• Memungkinkan didapatkannya spesimen urine steril

• Waslap

• Memungkinkan didapatkannya jumlah urine residu yang terdapat di kandung kemih

• Sarung tangan non steril

• Memberikan kesempatan untuk melalakukan irigasi kandung kemih

• Wadah berisi air hangat, bersabun

• Handuk besar • Kain untuk menyelimuti • Perlak • Plester • Pispot(bedpan,urinal) atau alat penampung kedua • Wadah spesimen, jika spesimen dibutuhkan • Kaca mata pelindung (jika klien tidak mampu mempertahankan kontrol perkemihan selama prosedur) • Pencahayaan ekstra

Pengkajian Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut ini : • Jenis kateterisasi yang diprogramkan (misalnya kateterisasi lurus, Foley, residual)

• Status kandung kemih (distensi sebelum pemasangan kateter) • Abnormalitas genetalia atau kelenjar prostat • Riwayat kondisi yang dapat mengganggu kelancaran pemasangan kateter (misalnya pembesaran prostat, struktur uretra)

• Alergi klien terhadap antiseptik berbahan dasar iodin/yodium (misalnya betadin) Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain:

• Nyeri akut yang berhubungan dengan distensi kandung kemih • Retensi urine yang berhubungan dengan disfungsi neuromuskular

Identifikasi Hasil dan Perencanaan Hasil yang diharapkan antara lain : • Pasien mendapat dan mempertahankan haluaran urine minimal 250 ml per sif selama rawat inap di rumah sakit

• Pasien mengatakan bahwa nyeri di abdomen bawahnya berkurang dalam waktu 1 jam setelah pemasangan kateter

Implementasi 1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan prosedur kepada klien

3.

Selidiki dan tentukan apakah klien menderita alergi terhadap antiseptik berbahan dasar yodium/iodin

4.

Berikan privasi

5.

Pasang sarung tangan non steril

6.

Apabila kateterisasi dilakukan untuk urine residu, minta klien berkemih di pispot, dan ukur serta cacat jumlah yang dikleuarkan, kosongkan pispot

7.

Turunkan pagar tempat tidur, bantu klien ke posisi terlentang, dan letakkan perlak di bawah bokong klien

8.

Beri cahaya untuk meningkatkan visualisasi

9.

Buka labia untuk memperlihatkan lubang uretra:

• Apabila menggunakan posisi dorsal recumbent.

• pisahkan labia menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dengan sedikit mengangkatnya ke atas dan keluar

• Apabila menggunakan posisi miring tarik labia minora atas ke arah atas

10. Cuci area genital dengan air hangat bersabun, bilas dan keringkan dengan menepuk-nepuknya menggunakan handuk 11. Buang/singkirkan air mandi, waslap, dan handuk 12. Apabila memasukkan kateter indwelling yang peralatan drainasenya terpisah dari kateter(belum tersambung): • Periksa klem yang tertutup pada kantong penampung drainase • Ikatkan kantong penampung drainase pada tempat tidur • Tarik slang ke atas antara tempat tidur dan pagar tempat tidur ke atas permukaan tempat tidur • Periksa untuk memastikan bahwa slang tidak akan terjepit saat pagar tempat tidur diturunkan atau dinaikkan 13. Posisikan klien dalam posisi dorsal recumbent atau posisi miring dengan lutut difleksikan dalam posisi miring, geser panggul klien ke arah tepi tempat tidur 14. Selimuti klien sehingga yang terlihat hanya perineum 15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan, naikkan pagar tempat tidur dan tutupi klien sebelum meninggalkan tepi tempat tidur

16. Atur area kerja : • Buka set kateter secara berhati-hati dan keluarkan kateter dari kemasan plastik terluarnya • Tempelkan bungkus terluar ke meja di samping tempat tidur dengan membalik tepi atasnya • Letakkan peralatan kateter antara lutut klien dan secara hati-hati buka tepi terluar (apabila menggunakan posisi miring, letakkan paket kateter sekitar sekitar 30 cm dari area perineum di dekat paha)

• Buka bungkus kain di luar kemasan menggunakan ujung jari dan letakkan bagian plastik menghadap ke bawah, tepat di bawah bokong dengan meminta klien mengangkat panggulnya, pertahankan sterilitasi di sisi yang lain. 17. Pasang sarung tangan steril 18. Persiapkan barang-barang di dalam kemasan untuk digunakan selama pemasangan kateter seperti berikut:

• Tuangkan larutan yodium ke atas bola kapas

• Pisahkan bola kapas menggunakan forsep • Lumasi ujung kateter 7,5 sampai 10 cm dan letakkan secara perlahan pada troli/nampan sehingga ujung kateter berada di dalam troli/nampan • Apabila memasukkan kateter indwelling, hubungkan spuit yang sebelumnya telah diisi air steril ke port balon kateter dengan memiringkannya searah jarum jam

• Injeksikan 2 sampai 3 ml air steril dari spuit yang sebelumnya sudah diisi air steril ke dalam balon dan pantau adanya kebocoran balon saat balon terisi air • Apabila diketahui adanya kebocoran, buang dan ambil kemasan kateter yang lain • Kempiskan balon, dan biarkan spuit tetap terhubung ke balon • Apabila memasukkan sistem indwelling tertutup dengan slang drainase yang telah terhubung ke kateter, pindahkan slang dan kantong mendekati peralatan lain di area kerja, memastikan bahwa sistem drainase hanya berada di area steril. Letakkan kateter dan nampan tempat peralatan di dekat perineum • Periksa kelm pada kantong penampung spesimen untuk memastikan bahwa kelm tertutup • Buka wadah penampung spesimen dan letakkan di area steril 19. Keluarkan kain selimut yang berlubang dari paket kateterisasi dan letakkan pada perineum sehingga yang terlihat hanya labia 20. Pisahkan labia minora dengan tangan non dominan dengan cara yang sama seperti dalam langkah 9 dan tahan posisi ini sampai kateter dimasukkan

21. Dengan forsep di tangan dominan, bersihkan meatus dengan bola kapas : • Buat satu kali usapan ke arah bawah pada setiap bola kapas yang digunakan, dimulai di labia yang jauh dari Anda, dan berlanjut ke arah labia yang terdekat • Selain itu, lap satu kali ke arah bawah ke pusat meatus • Lap satu kali pada setiap bola kapas yang digunakan dan buang

22. Setalah semua bola kapas digunakan buang forsep 23. Pindahkan troli/nampan berisi alat pembersih ke ujung area steril dan pindahkan wadah penampung dan kateter ke dekat klien 24. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, angkat kateter, angkat kateter di sekitar 3,75 sampai 5 cm dari ujung kateter 25. Secara perlahan ambil slang tambahan di tangan 26. Minta klien mengedan seakan-akan hendak berkemih dan ambil nafas dalam yang lambat, dorong klien untuk melanjutkan bernafas dalam sampai kateter dimasukkan 27. Masukkan ujung kateter secara perlahan melalui lubang uretra sepanjang 7,5 sampai 10 cm atau sampai urine keluar, lepaskan slang dari tanagn saat pemasukan kateter berlanjut, arahkan ujung kateter yang terbuka ke wadah penampung. Apabila ditemui adanya tahanan, verifikasi posisi, dan jika tidak ada dapat memasukkan kateter setelah tahanan ditemui, tarik kateter dan beritahu dokter.

28. Setelah kateter dimasukkan sampai sekitar jarak yang tepat (7,5 sampai 10 cm atau sampai urine keluar) masukan lagi kateter sepanjang 2,5 sampai 3,75 cm 29. Ambil kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan dan pegang dengan mantap 30. Untuk kateterisasi lurus: • Dapatkan spesimen urine dalam wadah spesimen, jika diprogramkan, dan letakkan kembali ujung kateter yang terbuka ke wadah penampung

• Biarkan urine mengalir sampai urine tidak keluar lagi atau sampai jumlah mililiter maksimal yang dikhususkan oleh instansi(biasanya 1000 sampai 1500 ml) tertampung ke dalam wadah, gunakan wadah kedua, pispot(bedpan atau urinal) jika perlu. • Lepaskan kateter 31. Untuk kateter indwelling, gembungkan balon dengan spuit yang telah terhubung dan secara perlahan tarik kateter sampai kateter tidak dapat tertarik lagi(tersangkut)

32. Apabila kateter indwelling terpisah dari kantong dan slang, lepaskan tutup pelindung dari ujung slang dan hubungkan slang drainase ke ujung kateter 33. Fiksasi kateter secara longgar dengan plester ke paha di sisi tempat kantong drainase akan digantung(lebih disukai jauh dari pintu) pastikan agar slang tidak tersangkut di pagar tempat tidur yang terkunci atau tidak tersumbat. 34. Bersihkan tempat tidur dari semua peralatan, posisikan kembali klien untuk mendapatkan kenyamanan dan letakkan kembali linen untuk mandapat kehangatan dan privasi, tinggikan atau naikkan pagar tempat tidur. 35. Ukur jumlah urine yang tertampung dalam wadah atau dalam kantong drinase dan buang urine dan wadah penampung.

36. Kumpulkan semua peralatan tambahan dan buang dengan sarung tangan 37. Cuci tangan

Evaluasi Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain: • Hasil tidak tercapai: haluaran urine sejumlah 150 ml per sif dokter telah diberitahukan. • Hasil tidak tercapai: Klien mengatakan nyeri pada abdomen bawahnya setelah 2 jam pemasangan kateter

Dokumentasi Hal – hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain: • Pengkajian abdomen bawah sebelum kateterisasi • Pengkajian genetalia, jika diketahui adanya abnormalitas • Jenis kateterisasi • Ukuran kateter • Jumlah, warna, dan konsistensi urine yang mengalir saat kateterisasi • Kesulitan yang dihadapi, jika ada, dalam memasukkan kateter secara lancar • Laporan ketidaknyamanan yang tidak biasa selama pemasangan kateter • Spesimen urine yang didapat untuk kultur

Related Documents


More Documents from "Khoirifa Safitri"