Kenakalan Remaja Kti Arif

  • Uploaded by: arief
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kenakalan Remaja Kti Arif as PDF for free.

More details

  • Words: 3,042
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN Banyak orang berkata, bahwa remaja adalah kelompok yang biasa saja, tidak jauh beda dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah kelompok orang yang sering menyusahkan orang-orang tua. Pada pihak lain lagi menganggap, bahwa remaja adalah manusia yang perlu dimanfaatkan karena memiliki banyak potensi. Namun mana kala remaja sendiri yang angkat bicara tentang dirinya, maka ia akan menyatakan hal lain. Mungkin mereka berbicara tentang ketakutan, ketidak pedulian orang lain atau bahkan ketidak adilan atau juga, mereka berpendapat bahwa remaja adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri yang sukar dijamah oleh orang lain atau orang tua. Pandangan semacam inilah yang nantinya akan memunculkan satu bentuk prilaku yang berlawanan dengan norma sosial. untuk lebih jelasnya tentang hal ini berikut uraian kami dalam pendahuluan :

A.

Latar Belakang Masalah Remaja sebagai insan manusia yang tergolong dalam masa labil membuat mereka

sering melakukan hal-hal yang berlawanan dengan norma, baik disengaja maupun tidak. Namun sebenarnya penyimpangan yang di lakukan oleh remaja bukan tanpa alasan ataupun sebab. Banyak faktor yang mendasari akan munculnya prilaku tersebut. Namun tak sedikit dari kita mampu menganalisis, apa penyebab dari kenakalan remaja itu, padahal problem semacam ini, nantinya akan sangat merugikan berbagai pihak. Diantaranya remaja itu sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Sebagai generasi muda hendaknya remaja mendapatkan perhatian serius dari kita semua, agar dikemudian hari mereka dapat menjadi generasi bangsa yang berkompeten dan dapat mengharumkan nama bangsa

B.

Rumusan Masalah Permasalahan mendasar pada penelitian ini adalah, hampir sebagian besar remaja

melakukan penyimpangan (kenakalan remaja). Berpijak pada permasalahan tersebut, maka kami melakukan penelitian pada remaja yang terlibat dalam masalah penyimpangan / kenakalan remaja. Dan memberikan solusi pemecahan masalah tersebut.

C.

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui dengan jelas apa itu kenakalan remaja,

beserta sebab musabahnya

D.

Hipoteses Tindakan Jika kita mampu memberikan sikap yang tepat pada remaja maka kenakalan remaja

yang selama ini menghambat peningkatan SDM yang berkompeten dapat diminimalisir.

E.

Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

beberapa pihak, antara lain : 1. Keluarga, hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur dalam mendidik anak, agar anak tidak terjerumus pada kenakalan remaja. 2. Kepolisian, penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk mengambil sikap dalam menaggulangi kenakalan remaja. 3. Pehak sekolah, hasil penelitian ini dapat di jadikan landasan dalam membina anak didiknya. 4. Remaja, penelitian ini dapat di jadikan kajian akan pentingnya menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Masa Remaja dan Penggolonganya : L.C.T. Bigot, Ph. Kohnstam dan B.G. Palland, ahli-ahli psikologi berbangsa Belanda,

pernah mengemukakan berbagai masa kehidupan manusia, seperti dikutip secara lengkap oleh Drs. B. Simanjuntak, SH. (namun disini kami hanya memaparkan masa remaja saja). a) Masa Pueral : 13 – 14 tahun b) Masa Prae pubertas : 14 – 15 tahun c) Masa Pubertas : 15 – 18 tahun d) Masa Adolescence : 18 – 21 tahun Sedang untuk pendapat kedua dalam hal ini, ahli-ahli Indonesia yang berusaha memberi batasan rentang usia remaja, namun dasar pemikiran para ahli tersebut masih banyak dipengaruhi oleh ahli di atas. Drs. M.A. Priyatno, S.H yang membahas kenakalan remaja menurut pandangan agama Islam menyebutkan, rentang usia 13 – 21 tahun adalah masa remaja. Dra. Singgih Gunarsa dan suami, walau menyatakan kesulitan dalam menentukan batasan masa remaja di Indonesia tapi akhirnya mereka sepakat bahwa usia antara 12 – 22 tahun sebagai masa remaja. Sedang Dra. Susilowindradini, untuk menghindari salah paham, berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun). Selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early Adolescence (13 – 17 tahun) dan remaja akhir atau Late Adolescence (17 – 21 tahun). Dr. Winarno Surachmad, setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menulis usia 12 – 22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar perkembangan Adolenscence. Sedang Kwee Soen Liang S.H membagi masa pubertas sebagai berikut : 1. Prae Pubertas, Laki-laki : 13 – 14 tahun Wanita : 12 – 13 tahun

3. Adolescence, Laki-laki : 19 – 23 tahun Wanita : 18 – 21 tahun

2. Puberteit, Laki-laki : 14 – 18 tahun Wanita : 13 – 18 tahun Berpijak pada pernyataan dari para ahli tersebut di atas, maka kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1.

Masa Pra-Pubertas ( 12-13 Tahun ) Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada masa ini banyak perubahan yang dialami oleh remaja. Antara lain, meningkatnya hormon seksualitas, mulai berkembangnya organ-organ seksual atau organ-organ

reproduksi dan juga perkembangan intelektual yang sangat pesat. Pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutamakan keinginan, mengutarakan pendapat dan juga mempertahankan pendapat mereka.

2.

Masa Pubertas ( 14-16 Tahun ) Masa ini disebut juga masa remaja awal dimana perkembangan fisik mereka sangat menonjol. pada masa ini emosi mereka sangat labil, Akibat perkembangan hormonhormon seksual yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat pada masa ini. Selain itu remaja pada masa ini mulai mengerti tentang gengsi, penampilan dan daya tarik seksual. Perasaan sosialnya juga semakin kuat, sehingga mereka mulai bergabung dengan kelompok-kelompok sosial yang di sukainya dan membuat peraturan dengan pikirannya sendiri.

3.

Masa Akhir Pubertas ( 17-18 Tahun ) Pada masa ini bagi remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik akan mampu menerima kodratnya, baik sebagai lelaki maupun perempuan. Namun kematangan psikologi belum mencapai tahap maksimal.

4.

Periode Remaja Adolesen ( 19-21 Tahun ) Pada masa ini kebanyakan remaja sudah mencapai tahap kematangan sempurna, baik segi fisik, emosi dan psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai berjuang mencapai suatu tujuan yang ada di dalam pikirannya. Pada masa ini sikap remaja pada kehidupan mulai jelas seperti : cita-cita, bakat, minat dan lain-lain

A.

Ciri Karakteristik Remaja 1. Perkembangan Fisik.

Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, perkembangan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan dan

kaki. Pada remaja akhir, proporsi tubuh remaja mencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagian. (Syamsu Yusuf, 2000). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas, yang dapat dinilai menjadi dua bagian, yaitu : A) Seks Primer Remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembulu yang memproduksi seperma dan kelenjar prostate. kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar 14-15 tahun mengalami mimpi basah. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada ovum rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibat terjadinya siklus menarche (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit punggung, depresi dan mudah tersinggung. B) Seks Sekunder Seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang janggut, tangan, kaki, ketiak dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar.Pada remaja waniata juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga akan terjadi pada kelenjar yang nantinya memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi seperti wanita dewasa secara proporsional.

2. Perkembangan Kognitif Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12-20 tahun dan Secara fungsional perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut : a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak. b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggiyang membuat remaja strategis dan membuat keputusan keputusan serta memecahkan masalah.

c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang kogrit dengan yang abstrak. d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguasai hipotesis. e. Memikirkan masa depan, perencanaan dan mengekspresikan alternative untuk mencapainya. f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berintropeksi. g. Horison berfikirnya semakin luas. 3. Perkembangan Emosi Remaja mengalami puncak emosionalitas, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung, marah, sedih, murung). Sedangkan remaja akhir mulai mampu mengendalikannya. Remaja yang berkembang dilingkungan yang kuarang kondusif, kematangan emosionalnya tehambat. Sehingga mengalami akses negativ berupa tingkahlaku ”Salah Suai”, misalnya : a) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka mengganggu dan lain-lain. b) Lari dari kenyataan (Regresif) : Suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang. Sedangkan lingkungan yang harmonis dan kondusif dapat membantu kematangan remaja menjadi : Adekuasi (kematangan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain) ramah dll. Mengendalikan emosi : Tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimis, tidak meledak-ledak, menghadapi frustasi secara sehat dan bijak. 4. Perkembangan Moral Moral yang muncul dari agama dan lingkungan sosial remaja, memberikan konsep baik maupun buruk, patu dan tak patut. Pada satu pihak remaja tidak menerima begitu saja konsep tersebut, tetapi dipertentangnya dengan citra diri dan setruktur kognetif yang dimiliki. Remaja menganggap bahwa hal yang benar adalah hal yang praktis dan sesuai dengan tingkat nalarnya. Lebih dari itu, kecenderungan

pada ketidak adilan yang dialami oleh remaja sehari-hari, menimbulkan konflik dalam diri mereka. 5. perkembangan Sosial Semakin bertambah usia remaja, maka ia akan mulai mengerti dan mengalami sendiri kehidupan sosial. Dimana dalam kehidupan itu mereka telah mampu berinteraksi dengan lingkingan sekitar. Jika saat semacam ini remaja tidak mampu mendalikan diri dengan baik bisa jadi ia akan salah mengambil langkah, sehingga ia cenderung melakukan penyimpangan. 6. Perkembangan Kepribadian Seiring dengan proses sosialisasi yang dilakukan oleh remaja, maka akan timbul reaksi dari apa yang telah ia perbuat. Pada permasalahan seperti ini kepribadian remaja akan semakin tampak dan berkembang dengan cukup dinamis. 7. Perkembangan Kesadaran Beragama Kembali pada masing-masing individu yang sejatinya dibekali suara hati atau ”Gad Sport”, maka ia akan mulai menggunakan nalar dan juga memadukan antara suara hati yang cenderung membimbing remaja untuk mampu memilih jala untuk kembali mencari ketenangan batin, salah satunya adalah agama.

B. Definisi Kenakalan Remaja Karhono, ilmuwan sosiologi Kenakalan remaja (juvenile delinguency) merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk prilaku menyimpang. Santorock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai prilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial, hingga terjadi tindakan kriminal. Kenakalan remaja pertama kali mendapat perhatian sejak terbentuknya peradilan anakanak nakal (juvenile court) pada tahun 1899 di Illinois, Amerika Serikat

A.

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Mencuri Tawuran Bolos sekolah Melawan kepada orang tua

BAB III PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah kami mengamati siswa-siswi SMAN dan juga mengumpulkan dari pihak sekolah kami menyimpulkan : 50% kenakalan remaja di sebabkan oleh faktor orang tua. 15% kenakalan remaja di sebabkan oleh faktor sifat kepribadian. 15% kenakalan remaja di sebabkan oleh faktor lingkungan. 15% kenakalan remaja di sebabkan oleh faktor teman sepermainan.

5%

kenakalan remaja di sebabkan oleh faktor kemajuan teknologi.

B. Pembahasan keseluruhan Setelah mengamati secara sistematis dan mengumpulkan data dari angket dan wawancara, maka kami mengambil kesimpulan, bahwa faktor yang mengakibatkan kenakalan remaja diantaranya :

1. Faktor Interen 1.1 Dalam diri remaja secara pribadi A. Gen / keturunan Sebagai mahluk hidup yang berkembangbiak manusia selalu membawa sesuatu hal yang dimiliki orang tuanya, contonya ciri fisik dan juga sifat. Hal inilah yang mendasari adanya sifat yang dimiliki oleh masing-masing individu. Apabila orang tua memiliki kebiasanan atau sifat yang kurang baik maka secara alami fifat itu akan menurun pada sang anak. Begitu juga sebaliknya, jika orang tua punya sifat kasih sayang maka sifat tersebut akan menurun pada sang anak. B. Kepribadian Selain adanya sifat yang merupakan ciri khas itu, manusia yang dikarunia pikiran dan hasrat juga akan memberikan pandangan tentang suatu permasalahan dengan cara dan pemikirannya sendiri. Hal inilah yang nantinya memunculkan sifat atau kepribadian. Jika kebiasaan itu buruk dan tiada upaya untu merubahnya maka suatu saat hal itu akan memunculkan sebuah prilaku yang mungkin tidak bisa diterima oleh kelompok sosial. 1.2 Keluarga Lingkungan keluarga adalah satu bentuk kelompok sosial yang dimiliki oleh seorang anak manusia. Keluarga ini dapat digolongkan dalam faktor interen dan juga eksteren tergantung dari mana kita mengambil pola pengelompokan. Di sini kami menggolongkan keluarga sebagai faktor interen berdasarkan pada bentuk interaksi yang dihasilkan. Di dalam keluarga remaja mendapatkan berbagai macam pengaruh yang nantinya akan berdampak pada kehidupan seorang anak di masa yang akan datang. Apabila remaja mendapatkan kasih sayang yang cukup, maka ia akan menjadi pribadi yang baik. Namun jika kekerasan yang ia dapatkan, maka itu akan menjadi dampak negatif dalam kehidupan remaja. Berikut fakto-faktor yang mengakibatkan remaja depresi dan melakukan prilaku menyimpang (kenakalan remaja) yang disebabkan atau berhubungan dengan orang tua (keluarga) : a. Kurangnya Perhatian

Di era globalisasi seperti sekarang ini, semua keluarga dituntut untuk aktif guna untuk mencukupi hidupnya. inilah sebabnya, mengapa anak remaja kurang dalam hal perhatian orang tua. Kesibukan yang dialami oleh orang tua telah menyita waktu mereka untuk sekedar memperhatikan anak – anak mereka. Akhirnya karena merasa tidak diperhatikan, maka ia mencari pelarian guna untuk mencari obat dalam kesepian hati dan jiwanya. Hal inilah yang nantinya membawa remaja pada penyimpangan norma dan salahnya dalam pelarian. Sebaiknya orang tua dapat menyisihkan sebagian waktu untuk dapat berkumpulbersama keluarga agar keharmonisan tampak dan secara langsung orang tua dapat memberikan perhatian pada buah hatinya (remaja). b. Pemberian contoh dalam keluarga. Dalam keluarga itulah seorang anak akan pertama kalinya menerima adopsi dari apa yang ia lihat. Baik disengaja ataupun tidak. Mereka menerima semua bentuk yang ada dalam keluarga secara utuh selama proses belajar. Bagi remaja yang tak mampu mengguanakan nalarnya maka ia akan mengadopsi secara utuh semua yang ada dalam keluarga sebagai pola perilaku. Apabila dalam keluarga tersebut orang tua / anggota keluarga yang lain melakukan sifat yang kurang terpuji maka sifat itulah yang akan terekam oleh remaja dan akan menjadi sifat yang terpatri dalam pola pikirnya. Maka sebagai orang tua hendaknya mampu memberikan contoh yang baik bagi sang anak, ada atau tidak ia di sisi anda. Sebaiknya orang tua harus selalu bersikap positif sehingga anak akan meniru kebiasaan anda itu. c. Konflik Keluarga. Keluarga memang sangat rawan akan adanya konflik / permasalahan. Karena keluarga adalah penyatuan antara karakter individu yang harus menjadi satu. Bila dalam keluarga ada masalah hendaknya hal tersebut tidak berlarut hingga beberapa hari. Agar anak tidak tertekan dan juga merekam kejadian – kejadian yang nantinya akan menimbulkan bentuk pribadi remaja yang kurang baik. d. Cara didik orang tua yang kurang tepat Memang sudah menjadi kewajiban orang tua untuk dapat memberikan kepada anak – anaknya dan inilah faktor terbesar yang nantinya akan menentukan pola pribadi anak. Apabila anak menerima didikan dari orang tua maka ia akan menggunakan sifat aslinya sebagai pola perilaku namun jika orang tua mampu mendidik anaknya sejak dini dengan

kaidah yang sesuai kemungkinan besar anak akan terbiasa dengan kaidah yang baik. Misalnya : 1. Ciptakan kesadaran beragama Agama adalah salah satu yang harus dimiliki setiap insan manusia agar ia mampu berpijak pada suatu yang benar, selain itu agama juga berfungsi sebagai pedoman hidup. Apabila agama remaja baik maka ia akan tau kaidah – kaidah yang harus dilakukan dan dijauhi. 2. Tanamkan sifat – sifat terpuji sejak dini. Diantaranya : a. Jujur b. Bijaksana c. Disiplin d. visioner / berprinsip e. Tolong menolong f. Percaya diri tanpa berprasangka negatif g. Komitmen 3. Luangkan waktu bersama untuk anak – anak dan jalin hubungan harmonis dengan mereka. 4.Bekali anak dengan pengetahuan seks agar mereka tau secara pasti dan dapat meletakkan pribadi yang sesuai. 5. Beri contoh yang baik pada anak. 6. Pantau anak dengan ketentuan yang berlaku. Berikut cara didik anak yang kurang baik : 1. Orang tua yang terlalu melindungi anaknya. Sering kali orang tua melakukan hal tersebut pada buah hati mereka. Hal ini bukan tidak boleh namun sebaiknya jangan terlalu berlebihan karena nantinya anak akan menjadi kurang mandiri, selalu bergantung diri pada orang lain dan kurang memiliki kenyakinan, sehingga ia akan cenderung pada orang tua. 2. Orang tua yang menolak anaknya. Kejadian seperti ini sering terjadi pada pernikahan dini / kehamilan diluar nikah. Sehingga keberadaan anak membebani orang tua. Hal ini nantinya membuat anak merasa kurang berarti dalam hidupnya sehingga ia mudah melakukan penyimpangan.

3. Orang tua bersikap serba bebas. Ini sangat erat hubungannya dengan cara nomor 1 diatas yang mana orang tua jika anak dibiasakan pada perilaku semacam ini banyak kemungkinan yang nantinya akan mempengaruhi pola interaksi anak. Diantaranya : menjadi anak yang kurang betanggung jawab dan bahkan ia merasa semua boleh sehingga ia cenderung egois. Akan lebih baik bila orang tua mampu menanamkan kaidahkaidah yang harus ia jalani dan ia tinggalkan. 4. Menganak emaskan anak. Biasanya secara sadar / tidak orang tua sering kali menganak emaskan buah hatinya. perilaku semacam ini akan sangat merugikan anak baik mereka yang selalu diperhatikan / kurang diperhatikan. Hal ini akan menimbulkan rasa iri dengki pada mereka. Terlebih mereka bisa melakukan pemberontakan pada orang tua. 5. Orang tua selalu menguasai anak. Hal ini sebaiknya jangan sampai dilakukan karena nantinya anak akan sulit mencari jati diri dan ia merasa terbebani dalam kehidupannya.. 6. Kurang adanya tanya jawab ( sharing ) Hal ini nantinya membuat anak tertutup pada orang tua. Hingga mereka merasa kurang diperhatikan. 7. Cara menegur anak yang kurang tepat. Sekali lagi komunitas orang tua pada anak memang harus ada, namun ada beberapa cara agar anak menerima dengan baik. Jangan selalu menyalahkan anak. Jangan membanding-bandingkan anak. Carilah cara yang lebih halus dalam berkominikasi. Jangan hanya menegur tapi juga memberi tauladan.

2. Faktor Ekstren 2.1 Lingkungan Dimana remaja bersosialisasi dengan orang lain. Ini dapat Smemperngaruhinya tatkala remaja kurang mampu dalam membentengi diri dan ia menerima begitu saja pengauh dalam lingkungan.

2.2 Teman Sepermainan Bagi remaja memiliki banyak teman adalah suatu kebanggaan tersendiri. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian orang tua, jangan sampai remaja terisolasi dengan pengaruh teman yang kurang baik. 2.3 Kemajuan Tekhnologi Walau tak semua kenakalan remaja disebabkan oleh kemajuan tekhnologi namun kita harus tetap waspada karena bisa jadi lewat kemajuan tekhnologi ini ia akan mudah melakukan penyimpangan.

BAB V PENUTUP

Setelah kami menguraikan penelitian kami pada remaja SMAN maka selanjutnya kami dapat menarik kesimpulan.

5.1 Kesimpulan Kenakalan remaja harus menjadi perhatian serius kita semua dengan adanya beberapa faktor tersebut, harapan kami kita dapat mengkaji satu persatu dan kemudian menjadikan landasan bagi kita untuk mengambil sifat terbaik guna menanggulangi kenakalan remaja. Terutama orang tua yang mana adalah salah satu faktor yang dominan.

5.2 Saran

Sebagai generasi penerus bangsa, remaja harus mendapatkan perhatian yang serius dari kita semua agar kelak muncullah para generasi yang berkompeten dan dapat membanggakan kita semua.

DATAR PUSTAKA

Prof.Dr.H.SUNARTO .1995. perkembangan peserta didik. Penerbit renaxa cipta Dra.Ny.B.AGUNG HARTONO.1995Perkembangan peserta didik. Safiyudin Sastrawijaya.1975.Beberapa hal tentang masalah kenakalan remaja Nusantara. Moch Idris, Universitas Brawijaya. 1985,Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat: Universitas Brawijaya SOSBUD BABINKAR-ABRI, 1977 Kenakalan remaja dengan segala pemasalahannya

Related Documents

Kenakalan Remaja
November 2019 37
Kenakalan Remaja
November 2019 44
Kenakalan Remaja
May 2020 26
Bentuk Kenakalan Remaja
April 2020 21

More Documents from "patah85"