PENGKAJIAN SISTEM MUSKOLOSKELETAL OLEH : SUGENG SRI UTAMI, SKep.
Tinjauan Fisiologik
Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak Matrik tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih ( hematopoiesis ) Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh
Pembentukan dan Pemeliharaan Tulang
Mulai terbentuk lama sebelum kelahiran Osifikasi adh proses dimana matriks tulang ( serabut kolagen dan substansi dasar ) terbentuk dan pengerasan mineral ( garam kalsium) ditimbun di serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap tarikan tulang sdgkan kalsium memberikan kekuatan terhadap tekanan terhadap tulang.
.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan yang konstan ( resorpsi dan pembentukan tulang ) Faktor pengatur penting yang menentukan keseimbangan antara pembentukan dan resorbsi tulang a.l stress terhadap tulang, vitamin D, hormon paratiroid, kalsitonin dan peredaran darah. Vit D berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan
.
Hormon paratiroid dan kalsitonin adh hormon utama pengatur homeostasis kalsium. Paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Sebagai respon kadar kalsium darah rendah terjadi peningkatan paratiroid yg berakibat peningkatan mobilisasi kalsium,dg cara merangsang perpindahan kalsium dari tulang. Kalsitonin (kelenjar tiroid) meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang Turunnya pasokan darah atau hiperemia (kongesti) akan mengakibatkan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis. Nekrosis akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah
Penyembuhan Tulang Tahapan penyembuhan tulang : 2. Inflamasi 3. Proliferasi sel 4. Pembentukan kalus 5. Penulangan kalus 6. Remodeling menjadi tulang dewasa
1. Inflamasi
Adanya patah tulang, mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera akan diinvasi oleh makrofag Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri Terjadi beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam selama 5 hr hematoma mengalami organisasi, terbentuk benang2 fibrin dlm jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast ( berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel periosteum ) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sbg matriks kolagen pd patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid) Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar
3. Pembentukan Kalus Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 mg agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan/jaringan fibrus
4. Osifikasi Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 mg patah tulang mll proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar2 telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang panjang orang dewasa normal penulangan memerlukan waktu 3-4 bln
5. Remodeling
Terjadi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya Remodeling memerlukan wkt berbulan2 sampai bertahun2 tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pd kasus yg melibatkan tulang kompak dan kanselus- stres fungsional pd tulang Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lbh cpt dr pada tulang kortikal kompak Imobilisasi harus memadai sampai tampak tanda2 adanya kalus pada gambaran sinar X
Latihan, disuse dan perbaikan Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya Hipertropi terjadi bila otot berulang2 mencapai tegangan maksimum slm wkt yg lama, seperti latihan beban teratur maka irisan melintang otot akan membesar. Terjadi krn penambahan ukuran masing2 serat otot tanpa peningkatan jumlah serat otot. Hipertropi hanya bisa dipertahankan slm latihan dilanjutkan
.
Sebaliknya jika terjadi disuse otot dlm wkt lama akan menyebabkan pengecilan ukuran otot (atrofi). Tirah baring dan immobilisasi akan menyebabkan kehilangan masa dan kekuatan otot Bila immobilisasi krn suatu modalitas penanganan, dpt dikurangi dg latihan isometrik otot2 di bagian yg diimobilisasi Latihan kuadriseps ( mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal (mengencangkan otot bokong) dpt membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan Latihan aktif dan beban berat badan pd bagian tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot
Pengkajian Fisik 1.Pengkajian skelet tubuh ; adanya deformitas dan kesejajaran adanya
pertumbuhan tulang abnormal akibat
tumor pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yg tidak dalam kesejajaran anatomis Angulasi abnormal pd tulang panjang/gerakan pd titik selain sendi patah tulang Teraba krepitus pada titik gerakan abnormal
2. Pengkajian Tulang Belakang
Kaji skoliosis ( deviasi kurvatura lateral tulang belakang ). Dapat kongenital, idiopatik atau akibat kerusakan otot paraspinal (poliomielitis) Kifosis ( kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian dada ). Sering dijumpai pd manula dg osteoporosis dan klien dg penyakit neuromuskuler Lordosis ( membebek, kurvatura lateral tulang belakang bagian pinggang yg berlebihan). Biasa dijumpai pd saat kehamilan krn usaha menyesuaikan postur tubuh akibat perubahan pusat gaya beratnya
3. Pengkajian sistem persendian
Kaji luas gerakan sendi. Dpt menggunakan goniometer (suatu busur derajat yg dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Luas gerakan yg terbatas dpt disebabkan krn deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendon disekitarnya. Kaji adanya nyeri sendi periksa adanya kelebihan cairan dalam kapsul (efusi), pembengkakan dan peningkatan suhu yg mencerminkan inflamasi aktiv
.
Deformitas sendi dpt disebabkan kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi), dislokasi (lepasnya permukaan sendi), subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi) atau disrupsi struktur sekitar sendi. Stabilitas sendi. Lakukan palpasi sementara sendi digerakkan scr pasif. Normalnya sendi bergerak scr halus, tdk terdapat krepitus ataupun suara lain.
.
Benjolan ; benjolan RA lunak, terdapat didlm dan sepanjang tendon yg memberikan fungsi ekstensi pd sendi. Benjolan pd gout keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kdg mengalami ruptur dan mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan osteoartritis keras dan tidak nyeri. Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrifi otot di proksimal dan distal sendi.
4. Pengkajian sistem otot
Dikaji dengan mengobservasi kemampuan mengubah posisi dan koordinasi serta ukuran masing2 otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai macam kondisi polineuropati, gangguan elektrolit (K dan Ca), miastenia gravis, poliomielitis dan distrofi otot. Lakukan palpasi untuk mengetahui tonus otot Kekuatan otot ditest dengan gerakkan yg dpt dilakukan klien
.
Klonus otot (kontraksi ritmik otot) dpt dibangkitkan pd pergelangan kaki atau tangan dengan dorsofleksi kaki mendadak dan kuat atau ekstensi pergelangan tangan Ukur lingkar ekstremitas untuk memantau pertambahan/pengurangan ukuran otot Perbedaan ukuran yang lebih besar/kecil dari 1 cm dianggap bermakna
5. Pengkajian cara berjalan
Pemeriksa mengobservasi kehalusan dan irama berjalan Adanya gerakan tdk teratur dan irreguler dianggap tdk normal Jika terdpt nyeri hrs dikaji lbh jauh Klien tampak pincang dpt disebabkan krn nyeri, salah satu ekstremitas lbh pendek, pelvis turun kebawah. Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara berjalan Kondisi neurologi yg mempengaruhi cara berjalan ( stroke- cara berjalan spastik hemiparesis, penyakit LMN-cara berjalan selangkah2, parkinson-cara berjalan bergetar)
6. Pengkajian kulit dan sirkulasi perifer
Inspeksi kulit Palpasi kulit untuk mengetahui adanya suhu yg lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema Sirkulasi perifer dikaji dengan mengetahui denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler Adanya luka, memar, perubahan warna kulit dan tanda penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dpt mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kerusakan mobilitas fisik, nyeri,resiko kerusakan integritas kulit, resiko sindrome disuse, resiko disfungsi neurovaskuler perifer, gangguan perfusi jaringan perifer, kurang perawatan diri, kurang pengetahuan, resiko terhadap cedera, intoleran aktivitas, keletihan, perubahan penampilan peran, gangguan harga diri, ggn citra diri, koping individual tdk efektif, ketidak berdayaan, perubahan proses keluarga, resiko infeksi, gangguan pola tidur, kurang aktivitas pengalih, nutrisi kurang dari kebutuhan
Evaluasi Diagnostik
Prosedur pencitraan ; sinar X, CT scan, MRI, digital subtraction angiography/DSA, venogram, mielogram, diskogram, artrografi. Artrosentesis Artroskop Pemindai tulang Termografi Elektromiografi Absorpsiometri feton tunggal dan ganda Biopsi Pemeriksaan laboratorium