Kelompok 6 A16. 2 Alma Savera Sang Ayuning Jati W Niswatul Imtinan Firstayude Unzilla Oktavianing Edna Retno Endarwati M Septeana Tria Adin A Regina Aprilia Roberto Dinda Arimbi Mutiarasari
PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ELIMINASI FEKAL PADA LANSIA
Eliminasi Fekal Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus
Organ dalam sistem eliminasi fekal ini akan mengalami perubahan sejalan dengan adanya penuaan dalam tubuh manusia
Organ eliminasi fekal yang mengalami perubahan Rongga Mulut
Gigi : Periodontal disease, biasa terjadi setelah umur 30 tahun maupun kesehatan gigi dan gizi yang buruk Indera pengecap : Iritasi kronis selaput lendir, atropi indera pengecap, hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap Esofagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi atau pelebaran seiring penuaan
Esofagus
Refleks muntah pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia (Luecknotte, 2000)
Lambung
Terjadi atrofi mukosa yang menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung lansia menjadi lebih kecil. Proses perubahan protein menjadi peptone terganggu sehingga motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar lambung dan terus melalui usus halus serta usus besar
Pankreas
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun
Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun. Hati (Hepar)
Usus Halus
Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous
Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda
Usus Besar dan Rektum
Terjadi perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum, peristaltik kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum yang dapat menyebabkan konstipasi Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang.
DAMPAK DARI PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI GANGGUAN ELIMINASI FEKAL PADA LANSIA
Rongga Mulut
Esofagus
• Gigi banyak yang tanggal dan gusi mulai rusak • Menyebabkan lansia sulit dan malas mengunyah makanan kemudian terjadi penurunan produksi saliva sehingga enzim ptialin menurun • Proses menelan menjadi lebih sulit • Kepekaan terhadap makanan asin berkurang
• Kelemahan otot polos menyebabkan timbulnya gangguan menelan. • Kelemahan otot ini sering menyebabkan terjadinya hernia hiatus.
Lambung
• Ukuran lambung pada lansia mengecil. • Daya tampung makanan menjadi lebih sedikit. • Sekresi asam lambung yang berkurang menyebabkan penurunan nafsu makan.
• Produksi enzim amylase, tripsisn dan lipase yang menurun pada lansia sering menyebabkan terjadinya pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu.
Pankreas
• Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.
Hati (Hepar)
Usus Halus
Perubahan atrofi menjadi jaringan fibrous akan menyebabkan penurunan fungsi hati sehingga harus memperhatikan dalam pemberian obat-obatan.
Menurunnya enzim di daerah duodenum yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu menyebabkan gangguan berupa maldigesti dan malabsorpsi.
Usus Besar dan Rektum
• Berkurangnya motilitas kolon menyebabkan absorpsi air dan elektrolit meningkat. • Feses menjadi lebih keras sehingga menyebabkan konstipasi. • Konstipasi juga disebabkan oleh peristaltik kolon yang melemah dan gagal mengosongkan rektum
MASALAH YANG DITIMBULKAN DARI PERUBAHAN ANATOMI & FISIOLOGI GANGGUAN ELIMINASI FEKAL PADA LANSIA Konstipasi • Konstipasi merupakan masalah eliminasi yang sering dialami oleh lansia terutama lansia wanita. • Penyakit ini ditandai dengan penurunan frekuensi defekasi, konstipasi diperburuk oleh nutrisi yang buruk, asupan cairan yang rendah, dan imobilisasi. • Konstipasi terjadi karena penurunan peristaltik kolon dan pelambatan impuls saraf yang merasakan kebutuhan akan defekasi. • Perubahan tersebut terjadi pada usus besar dan rektum sehingga lansia berisiko mengalami konstipasi. • Dengan pertambahan usia sfingter anal interna kehilangan tonusnya sehingga defekasi tertunda.
Tanda dan Gejala Lansia dengan konstipasi dapat merasakan tanda dan gejala berupa: • Periode waktu lama dalam proses • defekasi • Kram dan kembung pada abdomen • • Abdomen keras • • Mengejan selama defekasi • • Feses kecil dan keras
Bising usus jauh atau kurang terdengar Nyeri punggung Sakit kepala Penurunan tingkat aktivitas (kurang energi)
Penanganan • Penanganan jangka pendek berupa penggunaan laksatif yang kuat untuk mengosongkan seluruh usus • Penanganan jangka panjang berupa diet tinggi serat, asupan cairan yang adekuat, mengurangi penggunaan laksatif, dan memberi waktu yang cukup untuk mengevakuasi usus secara tuntas sesuai rutinitas normal. • Pada impaksi fekal dapat dilakukan pengangkatan feses manual menggunakan retensi minyak hangat diikuti dengan enema yang menggunakan busa sabun pembersih. Setelah 3 hari klien mendapat pelunak feses dan stimulans defekasi.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan konstipasi dapat b.d. • kerusakan neuromuscula • obstruksi usus • megakolon • defekasi yang nyeri • efek obat yang merugikan • imobilisasi • asupan cairan dan serat yang tidak adekuat • atau kondisi metabolik lainnya
Intervensi Keperawatan 1. Tanyakan pasien mengenai asupan dietnya. Dorong peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat 2. Berikan pelunak feses sesuai resep 3. Anjurkan pasien merespons desakan untuk defekasi segera 4. Anjurkan peningkatan aktivitas dan olahraga 5. Memberikan penyuluhan pada pasien mengenai Diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, aktivitas fisik yang lebih banyak
Pencegahan
1. Pencegahan primer terjadinya konstipasi pada lansia dapat berupa memberi edukasi tentang kandungan cairan, selulosa, dan serat dalam diet. 2. Selain itu juga menetapkan latihan rutin yang sesuai seperti latihan gerak pasif, berpindah posisi dapat membantu eliminasi yang sehat 3. Memberikan informasi mengenai pemberian obat katartik, laksatif, dan purgatif 4. Pencegahan sekunder berupa perawat membantu lansia untuk menetapkan tujuan dari eliminasi setiap hari agar terbentuk rutinitas defekasi. 5. Memberikan cairan hangat dengan makanan dan membantu lansia pada posisi duduk tegak yang nyaman akan membantu pergerakan feses
Daftar Pustaka Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Darmojo, R. B., & Martono, H. H. (2006). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) (4 ed.). Jakarta: Yudistira. Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At A Glands Ilmu Bedah (3 ed.). Jakarta: Erlangga. Luecknotte, G. A. (2000). Gerontologi Nursing. United States of America: Mosby. Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults (6 ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer, Lipincott William & Wilkins. Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Stanley, & Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Stanley, M., & Beare, P. (1999). Gerontological Nursing: A Health Promotion/Protection Approach (2nd edition). Philadelphia: The F.A Davis Company. Stockslager, J., & Schaeffer, L. (2007). Handbook of Geriatric Nursing Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Zahair, A. (2017, November 11). Maldigesti. Dipetik Oktober 14, 2018, dari diktio.id: http://www.diktuo.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-maldigesti/13780