Konteks Tugas BK dan Keunikan serta Keterkaitan Tugas Guru dan BK Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu: Nanda Istiqomah, M.Pd.
Disusun oleh kelompok 5: 1. Ilma Naela Fadlilah
(12204173203)
2. Taruvita Rosa Anggraini
(12204173205)
3. Eria Kristiana
(12204173260)
4. Ma’rifatul Kamalia
(12204173269)
5. Yugo Pratama P.H.
(17204153164)
SEMESTER 4-F JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG Maret 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang telah membawa kebenaran yakni agama Islam yang merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin. Makalah ini berjudul Konteks Tugas BK dan Keunikan serta Keterkaitan Tugas Guru dan BK ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penegasan konteks tugas BK, pemetaan tugas konselor dalam jalur pendidikan formal dan keunikan serta keterkaitan tugas guru dan BK. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Adapun ucapan terima kasih penulis haturkan kepada: 1. Ibu Nanda Istiqomah, M.Pd. selaku dosen Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dalam segala hal. 3. Teman-teman yang telah memberi ide, kritik dan saran. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya makalah ini membawa manfaat bagi yang membacanya. Aamiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulungagung, 27 Maret 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 C. Tujuan Pembahasan................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 A. Penegasan Konteks Tugas BK ................................................................ 3 B. Pemetaan Tugas Konselor dalam Jalur Pendidikan Formal ..................... 4 C. Keunikan serta Keterkaitan Tugas Guru dan BK..................................... 7 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9 A. Kesimpulan ........................................................................................... 9 B. Saran ................................................................................................... 10 DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 11
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan upaya konselor memberikan bantuan secara profesional kepada konseli (peserta didik) pada bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi konseli serta membantu mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada diri konseli. Konteks tugas BK dalam permendiknas No.27 tahun 2008 menegaskan bahwa konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan bimbingan konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan umum. 1 Seorang konselor memetakan tugasnya dalam jalur pendidikan formal mulai dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Seorang konselor dalam menjalankan tugasnya tidak berjalan sendiri, adanya hubungan kemitraan antara konselor dengan guru mata pelajaran atau guru wali kelas. Guru merupakan individu yang berperan sangat penting dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Pada perkembangannya, tugas guru bukan hanya menyampaikan materi, namun seorang guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Hubungan kemitraan antara guru dan konselor dapat dilakukan dengan kegiatan rujukan. Seperti permasalahan mengenai perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor dalam penanganannya. Berbeda dengan permasalahan peserta didik yang ditangani oleh konselor mengenai proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya. Hal inilah yang membuat kami membahas penegasan konteks tugas BK dan keunikan serta keterkaitan tugas guru dan BK.
1
Undang-undang no.27 tahun 2008 standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.
1
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penegasan konteks tugas BK? 2. Bagaimana pemetaan tugas konselor dalam jalur pendidikan formal? 3. Apa keunikan serta keterkaitan tugas guru dan BK?
C. Tujuan Pembahasan 1. Mendeskripsikan penegasan konteks tugas BK. 2. Mendeskripsikan pemetaan tugas konselor dalam jalur pendidikan formal. 3. Mendeskripsikan keunikan serta keterkaitan tugas guru dan BK.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penegasan Konteks Tugas BK Bimbingan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu
mencapai
tingkat
perkembangan
yang
optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. 2 Konteks tugas BK dalam permendiknas No.27 tahun 2008 menegaskan bahwa konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan bimbingan konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan umum. 3 Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaraan dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik.4 Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan di dalam UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, sedangkan hal-hal yang ada di dalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No.28 tahun 1989 pasal 25 yang isinya; 1) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, 2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Oleh karena itu, bimbingan turut serta dalam merealisasikan fungsi pendidikan dalam bidang managerial, pembelajaran, dan bidang bimbingan dan konseling, seperti pada gambar berikut.
2
Fenti Hikmawanti, Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Rajawali Press, 2012), hal 53. Undang-undang no.27 tahun 2008 standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. 4 Fenti Hikmawanti, Bimbingan dan Konseling,...hal 54. 3
3
Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi pendidikan seperti pada gambar tersebut terarah kepada upaya membantu individu dalam mencapai perkembangan yang optimal. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu idividu untuk memahami diri dan lingkungannya, serta dalam konteks pendidikan bimbingan terfokus pada pengembangan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi individu memperoleh kesuksesan belajar. 5
B. Pemetaan Tugas Konselor Dalam Jalur Pendidikan Formal Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, perbedaan rentang usia peserta didik pada setiap jenjang pendidikan menyebabkan perlakuan kebutuhan akan pelayanan kebutuhan bimbingan dan konseling berbeda-beda, meskipun terdapat perbedaan yang tidak sangat tajam dalam beberapa jenjang pendidikan. Adapun perbedaan yang lebih signifikan, juga tampak pada sisi lain pengaturan birokratik, seperti misalnya di taman kanak-kanak sebagian besar tugas konselor ditangani langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak. Sedangkan di jenjang sekolah dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh konselor, namun cakupan pelayanannya belum merujuk untuk ditempatkannya konselor di setiap sekolah dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang sekolah menengah.
5
Muhibbu Abivian, Kedudukan bimbingan dalam pendidikan dan konsep dasar bimbingan dan konseling.https//www.academia.edu/8250348/KEDUDUKAN_BIMBINGAN_DALAM_KONSEP_ DASAR_BIMBINGAN_DAN_KONSELING, pada Rabu, 27 Maret 2019, pukul 13.46.
4
Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja konselor di tiap jenjang pendidikan. 1.
Jenjang Taman Kanak-kanak Di jenjang Taman Kanak-kanak di Indonesia, tidak ditemukan posisi
struktural bagi konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif (mencegah atau mengurangi dampak buruk dimasa mendatang) dan developmental atau pengembangan diri. Komponen kurikulum pelaksanaan dalam bimbingan konseling yang perlu dikembangkan oleh konselor pada jenjang ini membutuhkan alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 6 Pada jenjang Taman Kanak-kanak komponen perencanaan individual student planning (yang terdiri dari : pelayanan appraisal, advicement transition planning) dan pelayanan responsive services, (yang berupa pelayanan konseling dan konsultasi) memerlukan alokasi waktu yang lebih kecil. Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen responsive services, dilaksanakan terutama untuk memberikan layanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku mengganggu (disruptive) siswa Taman Kanak-kanak. 2.
Jenjang Sekolah Dasar Pada Jenjang Sekolah Dasar juga belum ditemukan posisi struktural untuk
konselor. Namun meskipun demikian sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar terutama pada zaman milenial seperti dewasa ini, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada ,melainkan harus dilaksanakan ,meskipun tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang sekolah menengah dan jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang sekolah dasar, bukan dengan memposisikan diri sebagai fasilitator pengembangan saja, melainkan dengan memposisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang membantu guru sekolah dasar mengatasi perilaku menganggu (disruptive 6
Djoko Budi Santoso, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Progam Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang, 2009),hal.143.
5
behavior), antara lain dengan konsultasi pendekatan. Setiap gugus sekolah dasar diangkat 2 (dua) atau 3 (tiga) konselor untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. 3.
Jenjang Sekolah Menengah Secara hukum, Posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan
dan konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas (structural). Pada jenjang ini ,konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-suport perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik, konseling kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan responsive, dan pengembangan system support. Setiap sekolah menengah idealnya diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100. 7 4.
Jenjang Perguruan Tinggi Secara struktural posisi konselor Perguruan Tinggi belum tercantum dalam
sistem pendidikan di tanah air. Maka dari itu terdapat beeberapa universitas atau perguruan tinggi yang belum menyelenggarakan bidang studi atau pelayanan bimbingan konseling,kecuali terdapat khusus melalui satu unit yang ditetapkan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun bimbingan dan konseling dalam rangka men- “support” perkembangan personal, sosial akademik, dan karier mahasiswa sangat dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, konselor Perguruan Tinggi juga harus mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum pelayanan dasar bimbingan dan konseling, individual student planning, responsive services, serta system support. Namun, alokasi waktu konselor perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan individual student career planning dan penyelenggaraan responsive services. Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
7
Ibid.,hal.144
6
melalui suatu unit yang ditetapkan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.8
C. Keunikan serta Keterkaitan Tugas Guru Dan BK Masalah kesulitan belajar pada peserta didik sesungguhnya lebih bersumber dari proses pembelajaran. Oleh karene itu, hubungan guru dan BK sebenarnya saling berkaitan untuk menegembangkan peserta didik secara utuh dan optimal. Dalam pengembangan dan proses pembelajaran secara maksimal, fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian dari guru, dan sebaliknya, fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian dari konselor. 9 Secara rinci keunikan dan keterkaitan pelayanan pembelajaran oleh guru dan konselor dapat dilihat pada table 1 berikut. 10 Tabel 1 Keunikan dan Keterkaitan Pelayanan Guru dan Konselor No. 1.
2.
3.
Dimensi Wilayah Gerak
Tujuan Umum
Konteks Tugas
Fokus Kegiatan
Guru
Konselor
Khususnya sistem
Khususnya sistem
Pendidikan formal.
Pendidikan formal.
Pencapaian tujuan
Pencapaian tujuan
Pendidikan nasional.
Pendidikan nasional .
Pembelajaran yang
Pelayanan yang
mendidik melalui Mata
memandirikan dengan
Pelajaran dengan
Skenario konseli dan
Skenario Guru.
konselor.
Pengembangan
Pengembangan potensi diri
kemampuan
bidang pribadi, social,
penguasaan bidang
belajar, karir, dan masalah-
studi dan masalah-
masalahnya.
masalahnya.
8 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19590327 1986011-DEDI_HERDIANA_HAFID/Presentation_rambu-rambu_[Compatibility_Mode].pdf 9 Djoko Budi Santoso, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,..hal. 145. 10 Ibid.,hal. 146.
7
Hubungan kerja 4.
5.
Alih Tangan (referral).
Alih Tangan (referral).
Target intervensi
Individual
Minim .
Utama.
Kelompok
Pilihan strategis.
Pilihan strategis.
Klasikal
Utama.
Minim.
a. pencapa-ian standar
a. kemandir-ian dalam
Ekspektasi kinerja ukuran keberhasilan
kompe-tensi lulusan.
kehidu-pan.
b. lebih bersifat kuantit- b. lebih bersifat kuantit-atif yang unsurnya saling
atif
terkait pendekatan umum
Pemanfaatan
Pengendalian diri dan
instructional Effects &
lingkungan oleh konseli
Nurturant Effects
dalam rangka pengatasan
melalui pembelajaran
masalah pribadi, social,
yang mendidik .
belaja, dan karir. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang menjadi keputusan konseli.
perencanaan tindak intervensi
Kebutuhan belajar
Kebutuhan pengembangan
ditetapkan terlebih
diri dalam proses
dahulu untuk
transaksional oleh konseli,
ditawarkan kepada
difasilitasi oleh konselor.
peserta didik. pelaksanaaan tindak intervensi
Penyesuaian proses
Penyesuaian proses
berdasarkan respons
berdsaarkan respons
ideosinkratik peserta
ideosinkratik konseli yang
didik yang lebih
lebih lentur dan terbuka.
terstruktur.
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Konteks tugas BK dalam permendiknas No.27 tahun 2008 menegaskan bahwa konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan bimbingan konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan umum. Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan di dalam UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, sedangkan hal-hal yang ada di dalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No.28 tahun 1989 pasal 25 yang isinya; 1) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, 2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Bimbingan dan konseling di jalur pendidikan formal memiliki perbedaan dalam menangani permasalahan berdasarkan rentang usia konseli (peserta didik), meskipun terdapat perbedaan yang tidak sangat tajam dalam beberapa jenjang pendidikan. Adapun perbedaan yang lebih signifikan, juga tampak pada sisi lain pengaturan birokratik, seperti misalnya di taman kanak-kanak sebagian besar tugas konselor ditangani langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak. Sedangkan di jenjang sekolah dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh konselor, namun cakupan pelayanannya belum merujuk untuk ditempatkannya konselor di setiap sekolah dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang sekolah menengah. Keunikan dan keterkaitan tugas guru dan BK itu terdapat dari hubungan kemitraan dalam menangani permasalahan konseli. Masalah kesulitan belajar pada peserta didik sesungguhnya lebih bersumber dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, hubungan guru dan BK sebenarnya saling berkaitan untuk menegembangkan peserta didik secara utuh dan optimal. Dalam pengembangan dan proses pembelajaran secara maksimal, fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat
9
perhatian dari guru, dan sebaliknya, fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian dari konselor.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang tertulis diatas jelas bahwa tugas konselor di dalam jenjang pendidikan formal memiliki perbedaan penanganan masalah sesuai rentang usia konseli (peserta didik). Selain itu, bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan adanya hubungan kemitraan antara konselor dengan guru mata pelajaran atau guru wali kelas. Oleh sebab itu, disarankan kepada: 1. Guru/Dosen selaku pengajar di dalam kelas harus dapat memaparkan dengan benar
dan jelas
mengenai
masalah siswa
beserta solusinya.
Guna
mempersiapkan mahasiswa yang akan terjun ke lapangan. Sebagai seorang guru sebaiknya harus bersikap baik dan ramah kepada peserta didik yang menginginkan konsultasi dengannya. 2. Siswa/Mahasiswa selaku obyek dalam pembelajaran harus dapat menggali dan mempelajari setiap masalah yang pernah dialami selama menjadi pelajar, dan menggali setiap masalah yang dialami pelajar masa kini. Selain itu, sebagai seorang siswa ketika mengalami masalah dan dia tidak mampu untuk menyelesaikannya maka cara terbaiknya dengan berkonsultasi dengan pihak guru dan konselor. 3. Pihak sekolah, yakni lembaga terselenggaranya kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling agar siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Orang tua, sebagai pihak yang sangat berpengaruh dalam perkembangan siswa. Orang tua harus memberikan teladan yang baik bagi anak dan memberikan suasana yang kondusif serta memberikan perhatian yang lebih kepada anak.
10
DAFTAR RUJUKAN
Abivian, Muhibbu. Kedudukan bimbingan dalam pendidikan dan konsep dasar bimbingan dankonseling.https//www.academia.edu/8250348/KEDUDUKAN _BIMBINGAN_DALAM_KONSEP_DASAR_BIMBINGAN_DAN_KONSELI NG. Hikmawanti, Fenti. 2012. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Press. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN /195903271986011-DEDI_HERDIANA_HAFID/Presentation_rambu-rambu_ [Compatibility_Mode].pdf Santoso, Djoko Budi. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Progam Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang. Undang-undang no.27 tahun 2008 standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.
11