Kelompok 4 Makalah Tinjauan Sosial Budaya Perawatan Paliatif.docx

  • Uploaded by: Arum Aripurnami
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 4 Makalah Tinjauan Sosial Budaya Perawatan Paliatif.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,037
  • Pages: 13
TINJAUAN SOSIAL DAN BUDAYA TENTANG PERAWATAN PALIATIF

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang diampuh oleh Ns. Vik Salamanja, M.Kep)

OLEH KELOMPOK 3

Suprianto Prt. Mamonto Nur’Aini R. Hiola Salma Dukalang Rizkawati Biki Nur Rahmatia Kadir Vivi Oktaviani Nurain Arbabu Nursafitra Jamal Nadila Jusuf Adlia Dulanimo Novilina Daud

(841416138) (841416012) (841416015) (841416019) (841416042) (841416046) (841416102) (841416104) (841416108) (841416109) (841416128)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO T/A : 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Tinjauan Sosial Dan Budaya Tentang Perawatan Paliatif”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen mata kuliah dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan lapang dada penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi rekan-rekan semua pada umumnya.

Penyusun Kelompok 3

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2 1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perawatan Paliatif .......................................................................... 3 2.2 Definisi Sosial Budaya ................................................................................ 4 2.3 Tinjauan Sosial Budaya Perawatan Paliatif ................................................. 5 2.4 Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif ...................................... 6 2.5 Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif ............... 6 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8 3.2 Saran ............................................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam

1

menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan debahas dalam makalah ini adalah: a. Apakah yang dimaksud dengan perawatan paliatif ? b. Apakah yang dimaksud dengan sosial budaya? c. Bagaimanakah tinjauan sosial budaya perawatan paliatif? d. Bagaimanakah kajian sosial budaya perawatan paliatif ? e. Bagaimanakah budaya masyarakat tentang pengobatan pada penyakit paliatif ?

1.3 Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui apa itu perawatan paliatif. b. Untuk mengetahui apa itu sosial budaya. c. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan sosial budaya perawatan paliatif. d. Untuk mengetahui bagaimana kajian sosial budaya perawatan paliatif. e. Untuk mengetahui bagaimana budaya masyarakat tentang pengobatan pada penyakit paliatif.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perawatan Paliatif Perawatan bertujuan

untuk

menghadapi

paliatif

menurut

meningkatkan

masalah-masalah

mengancam jiwa, dengan

WHO

kualitas yang

(2002) kehidupan

berhubungan

adalah

“pendekatan

pasien dengan

mencegah dan meringankan

dan

yang

keluarganya

penyakit

yang

penderitaan melalui

identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual” (Roslina,2013).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007). Kualitas hidup pasienyang dimaksud adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya, dimensi dari kualitas hidup, dimensi dari kualitas hidup yaitu gejala fisik, kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, serta fungsi dalam bekerja. Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).

3

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).

2.2 Sosial Budaya Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah piker dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.

4

2.3 Tinjauan Sosial Budaya Perawatan Paliatif Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat. Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu : 1.

Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

2.

Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya

3.

Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan

suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok. Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk

5

mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

2.4 Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang

mengancam kehidupan.

2.5 Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi. Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air. Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat.

Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak

6

terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal. Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turuntemurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat.

Peranan budaya dan

kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia. Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga

8

dalam menghadapi masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang

mengancam kehidupan. Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turuntemurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat.

Peranan budaya dan

kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

3.2 Saran Dengan pembuatan makalah ini kami mengharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai pedoman untuk dapat menjadi pemimpin baik untuk memimpin diri sensiri atau kelompok, dan apabila terjadi kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini, kami menerima kritik yang membangun agar dapat menyempurnakan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

9

DAFTAR PUSTAKA Anisa Et At. 2018. Tinjauan Sosial Budaya Dalam Perawatan Paliatif. Stikes Widya Nusantara Palu Roslina.2013. Keperawatan Dewasa 2. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Wahyuningsih.2017. Tinjauan Sosial Budaya Dalam Perawatan Paliatif. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

10

Related Documents


More Documents from "Dedy Andiwinata"