VAKSIN TIFOID
Oleh KELOMPOK 10 Alexander Shintu Salem
NIM 1608010035
Mega Ayu Septyowati
NIM 1608010041
Maria Magdalena Tiansy Meko
NIM 1608010049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2019
VAKSIN TIFOID
Demam tifoid adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Tifoid menimbulkan gejala demam, lelah, lemah, nyeri perut sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang disertai ruam. Apabila tidak diobati angka kematian mencapai 30%. Sebagian penderta tifoid dapat menjadi karier pembawa kuman yang dapat menyebarkan penyakit. Secara umum tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Tifoid jarang pada anak usia < 5 tahun. Sebagian besar pelancong mendapatkan infeksi ketika sedang berwisata. Diperkirakan 21 juta orang terinfeksi tifoid di dunia dan meninggal sebanyak 200.000 per tahun. Data CDC pada tahun 2014, diperkirakan sekitar 22 juta kasus demam tifoid dan 200.000 kematian yang berhubungan dengan demam tifoid terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Kejadian demam tifoid di Indonesia sepanjang tahun selalu ada, di mana diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun dan sepanjang tahun ditemukan mengalami demam tifoid, sehingga Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid.
1. JENIS VAKSIN TIFOID a. Vaksin tifoid oral (Vaksin Oral Ty 21a Vivotif Berna) Vaksin yang mengandung salmonella typhi galur Ty 21a. Daya proteksi dilaporkan ada yang mencapai 100% namun sayangnya di Indonesia hanya 36-66%. Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang telah dilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA, mempunyai reaksi efek samping yang lebih rendah dibandingkan vaksin parenteral. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, satu jam sebelum makan. Penyimpanan pada suhu 20 – 80 C. Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita imuno-kompromise, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak kecil 6 tahun. Lama proteksi 5 tahun.
b. Vaksin Parenteral sel utuh : Typa Bio Farma Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella Typhi yang dimatikan yang mengandung kurang lebih 1 milyar kuman setiap milimeternya. Dikenal 2 jenis vaksin yakni K vaccine (acetone in activated) dan L vaccine (heat in activated - phenol preserved). Daya proteksi K vaccine adalah 79-89 % dan L vaccine 51-66%. Dosis untuk dewasa : 0,5 ml, anak 6-12 tahun 0,25ml, dan anak 1-5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri kepala,
lesu dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada pemberian pertama.
c. Vaksin tifoid polisakarida parenteral (Vaksin polisakarida Typhim Vi Vaentis Pasteur Merrieux) Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari basil salmonella. Mempunyai daya proteksi 60-70% pada orang dewasa dan anak diatas 5 tahun. Susunan vaksin polisakarida: setiap 0,5 ml mengandung kuman Salmonella typhii; polisakarida 0,025 mg; fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium fosfat. Penyimpanan pada suhu 20 – 80C, jangan dibekukan Vaksin diberikan secara Intra Muskular dan booster setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak kecil 2 tahun. Vaksin ini kadaluarsa dalam 3 tahun.
2. CARA KERJA a. Vaksin Oral Vaksin Ty21a yang dilemahkan secara langsung (Vivotif) menyebabkan respons imun lokal di saluran usus. Strain yang dilemahkan menyebabkan biosintesis lipopolisakarida yang menginduksi respons imun protektif. Sel-sel bakteri yang diinaktivasi lisis sebelum menyebabkan infeksi mematikan karena penumpukan intermediet lipopolisakarida intraseluler. Responsnya membutuhkan empat dosis vaksin pada hari-hari alternatif (alternate days). b. Vaksin Parenteral Vaksinasi dengan Typhoid Vi Polysaccharide Vaccine menginduksi peningkatan antibodi anti-Vi dan 74% efektif untuk mencegah infeksi pada anak-anak usia 2 – 4 tahun, selama 20 bulan masa tindak lanjut.
3. INDIKASI & SASARAN INDIKASI: a. Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tahun. b. Vaksin Polisakarida Parenteral diberikan untuk anak usia ≥ 2 tahun.
SASARAN : 1. Vaksinasi demam tifoid dapat diberikan kepada mereka yang bepergian ke tujuan
di mana risiko demam tifoid tinggi, terutama individu yang tinggal di daerah endemis selama> 1 bulan dan / atau di lokasi di mana terdapat resistensi antiobiotik terhadap strain S. Typhi. 2. Orang orang yang sering kontak dengan seorang karier-tifoid 3. Pekerja laboratorium yang bekerja dengan bakteri Salmonella Typhi
4. CARA PEMBERIAN Dosis dan Jadwal: a. Vaksin tifoid oral 1. Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C, pada hari ke 1, 3 dan 5. 2. Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi turis. 3. Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka karena kuman dapat mati oleh asam lambung. 4. Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada individu yang terus terekspose dengan infeksi Salmonella sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap beberapa tahun. 5. Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan minuman yang higienis.
b. Vaksin tifoid polisakarida parenteral 1. Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha 2. Imunisasi ulangan tiap 3 tahun 3. Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan minuman yang higienis.
5. MANAJEMEN PENYIMPANAN Vaksin tifoid oral maupun parenteral harus di simpan pada suhu 20 – 80 C.
6. KONTRA INDIKASI 1. TY21a oral adalah vaksin hidup, jadi tidak boleh diberikan pada kehamilan atau untuk pasien yang mengalami gangguan sistem imun/imunokompromise termasuk orang dengan HIV / AIDS, mereka yang menggunakan steroid lebih dari 2 minggu, atau siapa saja yang menderita kanker, yang menggunakan pengobatan kanker atau pengobatan radiasi. Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif terhadap Salmonella. Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid oral (karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat dari interferon mukosa)
2. Vaksin
Polisakarida
Vapsular
Suntik
(Typhim
Vi)
yang
disuntikkan
dikontraindikasikan pada siapa saja yang memiliki reaksi alergi terhadap komponen apa pun dalam vaksin, pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik progresif.
Studi
pada
kehamilan
belum
selesai,
dan
vaksinasi
hanya
direkomendasikan jika diperlukan.
3. EFEK SAMPING 1. Efek samping vaksin TY21a oral termasuk sakit perut (6,4%), mual (5,8%), sakit kepala (4,8%), demam (3,3%), diare (2,9%), muntah (1,5%), dan ruam kulit (1,0%) ).
2. Efek samping vaksin Vi yang dapat diinjeksi termasuk malaise (15%), sakit kepala (14%), mual (2%) dan diare (2%). Reaksi di tempat injeksi juga diamati dalam penelitian, termasuk nyeri tekan (13%), dan nyeri dalam pada area injeksi (7%). Tidak ada reaksi merugikan serius yang diamati dalam uji klinis. PENANGANAN : Jika terdapat tanda-tanda reaksi alergi parah mencakup gatal-gatal, pembengkakan pada wajah dan tenggorokan, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, pusing, dan kelemahan yang terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah vaksinasi, harus segera menghubungi dokter dan melaporkan kejadian pada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) atau di Indonesia disebut Kelompok Kerja Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (POKJA KIPI)
4. PEMBERIAN VAKSIN ULANG a. Vaksin Tifoid Oral : Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada individu yang terus terekspose dengan infeksi Salmonella sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap beberapa tahun. b. Vaksin Tifoid Parenteral : Menurut anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia vaksin tifoid sebaiknya diberikan untuk anak di atas usia dua tahun dan selanjutnya diulang setiap 3 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. KEPMENKES RI No.364/MENKES/SK/V/206. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI. PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI. Roscoe O. Van Camp; Mahmoud Shorman. 2018.
CDC : Typhoid Vaccine.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470571
World
Health
Organization.
https://www.who.int/ith/vaccines/typhoidfever/en/
Typhoid
Fever.