Kejang Demam Baru.docx

  • Uploaded by: Rizaldhy susanto
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kejang Demam Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,338
  • Pages: 25
BAB I PENDAHULUAN Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012). Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010). Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 69% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010). Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa Tengah sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang (Gunawan, 2008). Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa

ibu panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011). WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005) Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit.Mengukur suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebihsama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2008). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan data angka kejadian kejang demam yang terdapat pada rekam medik sepanjang tahun 2011-2012 di Puskesmas Gatak Sukoharjo sebanyak 38 anak dari usia 1-3 tahun dan merupakan angka kejadian kejang demam tertinggi pada 2 minggu terakhir 2019 di IGD RS Siti Khodijah Sepanjang . Bahkan dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan terdapat beberapa anak yang kembali dirawat dengan kasus yang sama. Hasil wawancara oleh beberapa ibu, mereka mengatakan datang dengan keadaan cemas dan panik terhadap kondisi anak. Mereka tidak tahu tentang apa yang terjadi pada anak mereka dan tidak mampu memberikan pertolongan terhadap anak mereka.

BAB II TINJAUAN TEORI KEJANG DEMAM KOMPLEKS

2.1 DEFINISI Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejamg demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kiurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu: 1.

Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)

2.

Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang Demam Kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini: 1.

Kejang lama > 15 menit

2.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang parsial 3.

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak

sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkita kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

2.2 PATOFISIOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sitem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NaK-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak denagn ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejangt lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi ”matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan antomis di otak hingga terjadi epilepsi.

2.3 FAKTOR RESIKO Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.

2.4 ETIOLOGI Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

2.5 MANIFESTASI KLINIK Serangan kejang demam berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral dan dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jamsampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap.

2.6 LANGKAH DIAGNOSTIK 2.6.1 ANAMNESIS 1.

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu

sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat. 2.

Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi

dalam keluarga. 3.

Singkirkan penyebab kejang lainnya.

2.6.2 PEMERIKSAAN FISIS Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.

2.6.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningits, terutama pada pasien kejang pertama. Pemeriksaan

Elektroensefalografi

(EEG)

tidak

dapat

memprediksi

berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal. Foto X-Ray kepala atau pencitraan seperti Computed Tomography Scan (CT-Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: 1.

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2.

Paresis nervus VI

3.

Papiledema

2.6.5 DIAGNOSIS BANDING

Penyebab lain kejang disertai demam seperti Meningitis atau Ensefalitis.

2.7 PENATALAKSANAAN Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata laksana penghentian kejang (lihat bagan). Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat demam, berupa: 1.

Antipiretik Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah demam meningkat. Berikan parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam

2.

Antikejang Beri diazepam oral 0,3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB/hari setiap 12 jam saat demam. Efek samping diazepam oral adalah letargi, mengantuk, dan ataksia.

3. Pengobatan jangka panjang Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang demam kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalh fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari.

2.8 PROGNOSIS Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 2550%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.

2.9 BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

KEJANG 1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau Berat badan < 10 kg: 5 mg Berat badan > 10 kg: 10 mg 2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB KEJANG Diazepam Rektal

Di rumah sakit

KEJANG Diazepam IV Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit) (Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit

KEJANG Transfer ke ruang rawat intensif

Keterangan: 1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan nerdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor lainnya 2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur denagn cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek sampinh aritmia dan hipotensi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GADAR

A. IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS

PENANGGUNG

JAWAB Nama

: An. R

Nama

: Tn.Y

Umur

: 9 bln

Umur

: 45 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: tidak sekolah

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Taman Sidoarjo

Alamat

: Taman Sidoarjo

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan kejang. Kejang sejak 1 jam yg lalu matak melirik dan kontaknya terganggu, panas sejak kemarin. 2. Riwayat penyakit sebelumnya : Pasein MRS karena panas sejak 3 hari yang lalu 3. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit Genogram :

9 bln

4. Keadaan kesehatan lingkungan :

C. PENGKAJIAN FISIOLOGIS - Pengembangan paru

Simetris

Asimetris

- Pemakaian otot pernafasan

Ada

Tidak ada

- Suara pernafasan

Bilateral

Rales



Rochi

Wheezing

Lokasi : .................................................................. - Batuk

Produktif

- Sputum

Kuning

Non produktif Coklat

Kental

Berdarah

Kehijauan

Respirasi

- Pernafasan

- Alat bantu nafas Lain – lain

l Dyspnoe Irregular

Tachypnoe

Orthopnoe

Bradipnoe

Jenis : O2 nasal: 3 lpm (jam 00.00), O2 Simple Mask: 8 lpm (jam 00.30), Juction risk

- Suara jantung

S1 S2 S3 S4

Murmur

- Irama jantung

Reguler

Irreguler

- Capillary Refill Time

< 2 detik

> 2 detik

- Edema

Ada

Tidak ada

Kardiovaskuler

Lokasi : ............................................. - JVP

Normal

Meningkat

- CVP

Nilai : .................................................

Lain – lain

............................................................ ............................................................

Gallop

Reaksi pupil : - Kiri - Kanan Reflek cahaya :

Ada

Tidak ada

Diameter : ………. Ada

Tidak ada

Diameter : ……....

- Kiri

Ada

Tidak ada

- Kanan

Ada

Tidak ada

- Gaslow Coma Scale

E:1

M:1

V:1

- Reflek Fisiologis

Ada

Tidak ada

- Reflek Patologis

Babinski

Chaddok

- Meningeal sign

Ophenhaim

Brudzinski

Kaku kuduk Hoffman tromner

Neurologi

Tanda peningkatan TIK - Nyeri kepala

Ada

Tidak ada

- Pusing

Ada

Tidak ada

- Keinginan muntah

Ada

Tidak ada

- Lain – lain

Ada

Tidak ada

.....................................................................................

- Abdomen

Supel

Flat

Distensi

- Peristaltik usus

Normal

Tidak ada

Hipoaktif

- Mual

Ada

Tidak ada

- Muntah

Ada

Tidak ada

Hiperaktif

Jumlah : .............. Karakteristik : .................... - Haematemesis

Ada

Tidak ada

Jumlah : ............. Karakteristik : ..................... - Terpasang NGT

Ada

Tidak ada

Jumlah : .............. Karakteristik : .................... - Melena

Ada

Tidak ada

Jumlah : ............. Karakteristik : ..................... - Perdarahan perectal

Ada

Tidak ada

Jumlah : .............. Karakteristik : .................... - Diare

Ada

Tidak ada

Jumlah : ............. Karakteristik : .....................

Abdomen

- Konstipasi

Ada

Tidak ada

Hari ke : ........................................ - Ascites

.......................................................

- Lain – lain

.......................................................

- Kulit

Panas

Berkeringat

Dingin

Lembab

Jaundeed Pucat

Daerah insisi Terpasang drain :

Ada

Produksi : ..........................

Integumen

- Turgor kulit

Karakteristik : ....................

- Perdarahan

Baik

Menurun

- Ikterus

Ptechie

Purpura

- Lain-lain

Ada

Tidak ada

Jelek Echimosis

Haematom

............................................................................... ..............................................................................

- Urine

Jumlah : ................. Warna : ..................

- Catheter

Ya

Tidak

Jenis : ......................

Perkemihan

- Kesulitan BAK

Ya

Tidak

- Vaginal drainage

Jenis : ......................

Lain – lain

.................................................................................. .................................................................................

- Kemampuan pergerakan sendi

Bebas

Terbatas

- Parese

Ya

Tidak

- Paralise

Ya

Tidak

- Hemiparese

Ya

Tidak

- Kontraktur

Ya

Tidak

- Lain – lain

......................................... .........................................

Ekstremitas :

Tidak ada kelainan

Peradangan

- Atas

Patah tulang

Perlukaan

Lokasi : ................................

Muskuloskeletal

- Tulang Belakang

Tidak ada kelainan

Peradangan

Patah tulang

Perlukaan

Lokasi : ................................ Lain – lain

............................................... ...............................................

Riwayat

pertumbuhan

perkembangan fisik

dan

Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada waktu dewasa Kekeringan kulit atau rambut Exopthalmus

Goiter

Hipoglikemia

Tidak toleran terhadap panas

Endokrin

Tidak toleran terhadap dingin

P

Polidipsi

Poliphagi

Postural hipotensi

Poliuri

Kelemahan

Lain – lain

……………………………………….

Konsep Diri

Tanggapan tentang tubuh : .....................................

s

Citra diri / body image

Bagian tubuh yang disukai : ..................................

i

Bagian tubuh yang tidak disukai : .........................

k

Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh lainnya

o

Sebutkan : ..............................................................

s

Identitas

Status klien dalam keluarga :

o

Suami

Istri

Anak

s

Kepuasan klien terhadap status dan posisinya dalam

i

keluarga :

a

Puas

l

Tidak puas

Kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya : Puas

Tidak puas

Lain – lain : ........................................................... ……………………………………… Peran

Tanggapan klien terhadap perannya : Senang

tidak senang

Lain – lain : .......................................................... Kemampuan / kesanggupan klien melaksanakan perannya : Sanggup

Tidak sanggup

Lain – lain : .......................................................... .......................................................... Ideal diri / Harapan

Kepuasan klien melaksanakan perannya : Puas

Tidak puas

Lain – lain : .......................................................... ….………………………………… Tubuh : …………………………………….. Posisi (dalam pekerjaan) : ………………..... Status (dalam keluarga) : ………………….. Tugas/pekerjaan : .......................................... Harapan klien terhadap penyakit yang sedang di deritanya : .............................................................. Lain –lain : ............................................................

Tanggapan klien terhadap harga dirinya : Harga diri

Tinggi

Sedang

Rendah

Lain – lain : .......................................................... ............................................................. Klien sering dikunjungi oleh keluarga : Sosial / Interaksi

Ya

Kadang-kadang

Tidak

Hubungan klien dengan keluarga : Baik

Cukup

Kurang

Pola komunikasi dengan keluarga : Baik

Cukup baik

Kurang

Dukungan keluarga terhadap klien : Baik

Cukup

Kurang

Lain – lain : ......................................................... ......................................................... Konsep tentang penguasaan kehidupan Spiritual

Tuhan

Allah

Dewa

lain-lain

Sumber kekuatan / harapan di saat sakit Tuhan

Allah

Dewa

lain-lain

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : sholat

membaca kitab suci

lain-lain Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melakukan ritual agama yang diharapkan saat ini: Lewat ibadah

Rohaniawan

lain-lain

Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama : Makanan

Tindakan

Keyakinan/kepercayaan

Obat-obatan bahwa

penyakit

disembuhkan Ya

tidak

Persepsi terhadap penyebab penyakit Hukuman

Cobaan

lain-lain

lain-lain

dapat

NUTRISI Pola Makan -

Diet : ..................................................................

-

Mendapat makanan tambahan :

-

Klien Makan :

-

Makanan yang disajikan :

-

Klien mengalami kesulitan menelan :

Sendiri

Ya

Tidak

Bantuan Habis

¾ porsi Ya

½ porsi

¼ porsi

Tidak

Penyebab : .......................................................................... ........................................................................... -

Makanan yang diberikan : .................................... kaliri

-

Lain – lain : ..........................................................................

Surabaya, ........................................ Perawat Primer,

(........................................................)

Waktu

Nama Pasien Umur Diagnosa Medis Tanggal

: An. R : 9 bulan : .Kejang demam Konvulsi. : 25 Maret 2019 Vital Sign

TD

RR

Suhu

Hemodinamik Nadi

CVP

MAP

Ventilator Oxi Meter

TV

FIO2

MODE

Analisa Gas Darah PEEP

pH

PCO2

PO2I

A:a DO2

HCO2 O2 Sat

07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00

B

19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00

-

32

38,7

120

01.00

-

32

37,7

110

32

37,7

110

02.00 03.00 04.00 05.00

37,5

06.00

37.6

Pemeriksaan Penunjang : Cek DL Foto Thorax

Terapi: Stesok dsupping Santagesik 100 mg Ceftriaxone 200 mg

Nama Pasien

: An.R

Umur

: 9 bulan

Diagnosa Medis

: kejang demam konvulsi

Tanggal

: 25 Maret 2019

Waktu

Medikasi/Pemberian infus

Dosis

Tempat

Jumlah

Tanda

Pemberian

Tetesan

Tangan

IV

20 tpm

00.10

D5 ¼

00.10

Inj. Santagesik

100mg

IV

01.15

Inj. Ceftriaxone

200mg

IV

Tanggal/waktu 25 Maret 2019

Pengeluaran Urine

Emesis

NGT

BAB

Keterangan

INTERVENSI Nama Pasien

: An.R

Umur

:9 bulan

Diagnosa Medis

: kejang deman konvulasi

Tanggal

: 25 Maret 2019

No. No : Tanggal : Jam :

Masalah Keperawatan Intervensi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 1X4 jam menit 1. observasi TTV terutama suhu

Evaluasi Klien menunjukkan : Suhu dalam Rentang normal (36,537,5) 2. brikan injeksi santagesik Tidak terjadi kejang berulang  DS : ibu px mengatakan anak nya Tercapai : Ya ( √ ) demam 3. berikan obat kejang stesolid Tidak ( ) dizepam 25 mg  DO : suhu 38,5 Waktu : jam 05.00 4. ajarkan keluarga untuk menurunkan panas Paraf : gita  Kriteria hasil : Suhu dalam batas normal (36,55. pasang iv line atau infus untuk 37,5) mengembalikan cairan tubuh 6. monitoring TTV setiap 15 menit secara berkala 7. pantau tanda-tanda kejang berulang

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal

Nama

: An.R

Umur

: 9 bulan

Diagnosa

: kejang deman

Waktu

Masalah

Catatan Perkembangan

Paraf

DAFTAR PUSTAKA 1. Kapita Selekta Kedokteran. Ilmu Kesehatan Anak. Media Aeculapius. Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia 2000. 2. Konsensus Penatalaksanaan kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006. 3. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia 1985. 4. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi I 2004.

Related Documents

Kejang Demam
August 2019 53
Kejang Demam
October 2019 58
Kejang Demam
June 2020 27

More Documents from "Aprido"