ASUHAN KEPERWATAN PADA ANAK DENGAN “KEJANG DEMAM”
LANDASAN TEORI 1. DEFINISI Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Demam ialah meningkatnya temperature tubuh secara abnormal Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitkan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 2. EPIDEMOLOGI Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di AS, Amerika selatan, dan Eropa barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demm kompleks. Umumya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). 3. FAKTOR RESIKO Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat riwayat kejang demam pada orang tua dan saudara kandung perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. 4. ETIOLOGI Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroententis, dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi contohnya vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang. 5. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Adapula kejang yang berlangsung lama dan mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang menetap. 6. KLASIFIKASI Pichard dan Mc Greak membagi kejang demam menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam atipikal Yang tergolong kejang demam sederhana ialah : 1. penderita dengan neurologis normal 2. umur 6 bulan - 4 tahun 3. suhu 1000F atau lebih 4. kejang simetris 5. kejang berlangsung < 30 menit 6. setelah kejang, neurologis normal 7. ECG normal setelah tidak demam Penderita kejang demam yang tidak memenuhi kriteria seperti diatas digolongkan kedalam kejang demam atipikal Disub bagian saraf anak, bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta, kriteria Livingstone setelah dimodifikasi dipakai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu : 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan-4 tahun 2. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit 3. Kejang bersifat umum 4. Kejang timbul didalam 16 jam pertama 5. Pemeriksaan neurologis sebelum dan sesudah kejang tidak menunjukkan kelainan 6. Pemeriksaan EEG yang dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu mormal tidak menunjukkan kelainan 7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur <6 bulan, EEG ternyata kurang mempunyai nilai prognostic. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana. 8. PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian yang ketat. Jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin atau pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal 2. Mencari dan Mengobati Penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. 3. Pengobatan Profilaksis a.
Profilaksis Interitoen Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam juga dapat diberikan secara intrarektal setiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10kg) dan 10 mg (BB>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu >38,50C
b. Profilaksis Terus-menerus Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg BB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1-2 bulan ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN “KEJANG DEMAM”
I.
PENGKAJIAN Identitas 1. Identitas Klien Nama
: An. C.S
TTL/Usia
: Rumangan, 28 Januari 2001/ 7 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Rumangan Atas jaga VII Tareran
Tanggal masuk
: 20 Mei 2008
Tanggal pengkajian : 20 Mei 2008 2. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny. V. L
Umur
: 23 tahun
Alamat
: Rumangan Atas jaga VII Tareran
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan
: IRT
Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Panas, SB : 37,80C, kejang-kejang b. Riwayat Penyakit Sekarang Oleh ibu, anak mulai panas 2 hari yang lalu, mual dan muntah-muntah dirumah, tetapi sejak tadi malam panas datang lagi dan tidak pernah turun. Panas tinggi dan disertai panas sekitar 2 jam. Oleh keluarga penderita dibawa ke RS dan dirawat dibagian pediatrik.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1. Kehamilan -
Umur
: 23 tahun
-
Keadaan : baik
-
Apakah ibu pernah mengonsumsi obat-obatan dan rokok : tidak pernah
-
Kebiasaan ibu : menjelang trimester III, ibu mulai berolahraga dipagi hari (jalan pagi)
-
Kesehatan ibu saat hamil : Baik, tidak pernah mengalami penyakit yang menganggu kehamilan
-
Imunisasi TT 2X
2. Riwayat Kelahiran -
Kamanya kelahiran : pada kala II berlangsung kuang lebih 1/2 jam, pada multi 1/2 jam
-
Jenis dan kamanya partus : lahir kepala 1 1/2 jam
-
Jenis pertolongan persalinan : persalinan normal
-
Berat badan lahir : 3100 gr
3. Riwayat Perkembangan Anak -
Umur membalikan badan : 4 bulan
-
Merangkak
: 6 bulan
-
Belajar duduk
:10 bulan
-
Belajar berdiri
: 11 bulan
-
Belajar berjalan
: 13 bulan
-
Berjalan sendiri
: 16 bulan
d. Imunisasi : Lengkap
No
Jenis Imunisasi
Waktu pemberian
Reaksi setelah pemberian
1
BCG
1 bulan
-
2
DPT (I,II,III)
1 bulan
panas
II.
3
Polio (I,II,III,IV)
2 bulan
-
4
Campak
5 bulan
-
5
Hepatitis
5 bulan
-
Data Dasar Pengkajian 1. Nutrisi dan Cairan Sebelum sakit = makan : Nasi, bubur, ikan, sayur, buah (nafsu makan baik) minum : air putih, susu Sesudah sakit = makan : anak kurang nafsu makan minum : anak tidak suka minum 2. Eliminasi Sebelum sakit = BAB : 1-2 X/hari BAK : 3-4 X/hari Sesudah sakit = BAB : saat pengkajian penderita belum BAB BAK : 2-3 X/hari 3. Aktivitas Semua aktivitas dibantu orang tua 4. Istirahat dan Tidur Pola tidur : tidur siang kurang lebih 3 jam tidur malam10-11 jam Saat sakit penderita sulit tidur karena suhu badan tinggi 5. Personal Higiene Bersih, rapih, tidak ada masalah 6. Aktivitas bermain
Biasanya anak bermain berkelompok 7. Neurosensori
elum kejang : anak tidak memberi reaksi apapun tentang adanya kelainan neurosensori
t kejang
: bola mata terbalik keatas dengan disertai kekalunan dan kelemahan
udah kejang : anak tidak memberi repon apapun 8. Pernapasan Respirasi : 26 X/m Tidak ada pernapasan cuping hidung 9. Pemeriksaan Fisik Kesadaran : compor mentis TTV : sb : 37,8 0C Respirasi : 26 X/m Nadi : 120 X/m Berat badan : 16 kg 10. Pemeriksaan Head to toe a. Kepala -
bentuk simetris
-
tidak ada kelainan yang nampak b. Mata
-
letak kedua mata simetris kiri/kanan
-
sklera tidak anemis
-
konjungtiva pucat c. Telinga
-
bentuk : simetris kanan dan kiri
-
pendengaran baik
-
sekret kurang d. Hidung
-
penciuman baik, tidak ada pernapasan cuping hidung
-
bentuk simetris
-
mukoza hidung berwarna merah muda e. Mulut
-
gigi lengkap, tidak ada caries
-
mukoza mulut tampak kering
-
tonsil tidak hiperemi f. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar g. Thorax
-
cor bising kurang
-
pulmo : gerakan dada simetris, suara pernapasan vesikuler, tidak ada kesulitan pernapasan. Ronchi (-), whezeng (-) h. Abdomen Lemas dan datar, tidak kembung i. Ekstremitas
-
atas : adanya ketegangan otot/kalium otot
-
bawah : adanya ketegangan otot/kekalunan otot
Data penunjang Pengelompokan Data Data subjektif : -
orang tua mengungkapkan badan anaknya terasa panas
-
orang tua mengungkapkan nafsu makan anak berkurang
-
orang tua mengungkapkan anaknya mengalami kejang
-
orang tua bertanya-tanya tentang keadaan anaknya, bagaimana cara pencegahan dan pengobatan Data objektif :
-
Sb >37,80C
-
Terjadi kejang
-
Mual dan muntah
-
Porsi makan tidak dihabiskan
-
Nampak sesak
-
Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
-
Pasien teraba panas
-
Orang tua tampak cemas
Analisa Data Data Data subjektif : -
Penyebab
masalah
Proses infeksi
Hipertermi
orang tua mengungkapkan badan anaknya terasa panas Data objektif :
-
Sb >37,80C
-
Pasien teraba panas
Menganggu pusat pengaturan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh
Data subjektif : Orang tua mengungkapkan
Kejang
Resiko tinggi cedera
Kerja otot terkendali
anaknya mengalami kejang Data objektif : Terjadi kejang
Dapat terjadi trauma
Data subjektif :
Kejang
Orang tua mengungkapkan nafsu makan anak berkurang
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Vomiting center terganggu Nausea, anoreksia
Data objektif : Mual dan muntah Porsi makan tidak
Gangguan nutrisi
dihabiskan
Data subjektif :
Proses penyakit
Kurang pengetahuan
orang tua bertanya-tanya tentang keadaan anaknya, bagaimana cara pencegahan
Hospitalisasi dan kurang terpajan informasi
dan pengobatan Data objektif : Orang tua tampak cemas
Diagnosa Keperawatan Dan Patoflow Kejang Demam
1. peningkatan suhu badan berhubungan dengan proses infeksi 2. resiko cedera berhubungan dengan kejang 3. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan neusea dan anoreksia 4. kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan dengan proses penyakit