Kehidupan sosial masa perdaban romawi •
•
•
•
•
Ada beragam jenis keluarga di Kekaisaran Romawi. Secara umum, persamaan kedudukan pria dan wanita di bawah hukum Romawi agak lebih baik dibandingkan dengan hukum Yunani atau bahkan hukum Islam. Persamaan gender di Romawi lebih tinggi di daerah barat, seperti di Eropa dan Afrika Utara, daripada di daerah timur seperti di Asia Barat, yang meneruskan tradisi-tradisi Yunani. Orang-orang dari ras dan budaya minoritas kemungkinan merasa lebih nyaman berada di bawah hukum Romawi. Ada banyak orang berbagai budaya dan suku yang berinteraksi di kekaisaran sehingga muncul toleransi yang tinggi terhadap budaya lain. Di pihak lain, hubungan ini kadangkala juga dapat meletus menjadi kekerasan terhadap kelompok minoritas. Banyak orang yang menjadi budak di setiap penjuru kekaisaran, dari awal hingga akhir masa kekaisaran, namun lagi-lagi jenis perbudakan dan cara budak diperlakukan tergantung lokasi dan waktu saat itu. Di Italia dan Sisilia, dan mungkin juga di beberapa tempat lainnya, ladang yang luas diolah oleh budak-budak yang diperlakukan dengan buruk. Namun budak-budak lainnya menjadi pekerja di rumah, seperti misalnya menjadi pembantu, juru masak, pencuci, dan pengurus kandang. Jenis budak yang kedua diperlakukan lebih baik. Banyak juga budak yang dipekerjakan oleh pemerintah, atau oleh bisnis swasta, atau menjadi manajer, atau mengurus toko, atau di pabrik kecil. Budak-budak lainnya merupakan penjahat yang dihukum untuk bekerja di tambang atau kerja paksa lainnya. Bahkan jika merdeka, mantan budak tetap tidak memiliki hak yang sama seperti halnya orang lain. Di seluruh kekaisaran, banyak anak lelaki di kota yang pergi bersekolah. Beberapa anak perempuan bersekolah, namun sebagian besar tidak diizinkan bersekolah. Di daerah pedesaan, jumlah anak yang bersekolah jauh lebih sedikit lagi. Yang belajar di perguruan tinggi juga sedikit, karena jaraknya yang jauh, misalnya di Athena atau di Alexandria. Anak-anak Romawi memiliki banyak teman, baik di sekolah, keluarga, atau di lingkungan sekitar mereka. Akan tetapi, lelaki dan gadis dari keluarga kaya tidak diperbolehkan untuk saling mencintai dengan leluasa karena biasanya pernikahan dilakukan melalui perjodohan yang diatur oleh keluarga. Sementara untuk orang miskin, percintaan bisa lebih leluasa.