Kehidupan Sosial Budaya Desa Adat Penglipuran.docx

  • Uploaded by: Andini Andini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kehidupan Sosial Budaya Desa Adat Penglipuran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,527
  • Pages: 18
Kehidupan Sosial Budaya Desa Adat Penglipuran by Ikfina Shionata Rabu, Januari 21, 2015 0 komentar KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DESA ADAT PENGLIPURAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Karya Tulis Ilmiah Bahasa Indonesia dan PRASPA (Praktek Study Lapangan) Kelas XI IPS1 Tahun Pelajaran 2014-2015

Disusun oleh : 1. Ikfina Shionata

(10) 9357

2. Geis Amar Abdullah

(19) 9397

MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KEDIRI Jalan Letjend Soeprapto Nomor 58 Kediri Telp. (0354) 687876 2015

LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis yang berjudul “Kehidupan Sosial Budaya Desa Adat Penglipuran” ini telah disetujui dan disahkan pada Selasa, 20 Januari 2015.

Ketua Panitia PRASPA 2014,

Drs. Moh. Sulaiman, M.Pd.I. NIP.196508191999031001

Pembimbing

Ummi Asmawati, S.Pd NIP 197304012007012022

Mengetahui, Kepala MAN 3 KEDIRI

H. Sja’roni, M.Pd.I. NIP.195909201985031006

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang berjudul “Kehidupan Sosial Budaya Desa Adat Penglipuran” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah Bahasa Indonesia dan PRASPA (Praktek Study Lapangan). Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

Bapak H. Sja’roni, M.Pd.I., selaku kepala MAN 3 Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Ummi Asmawati, S.Pd, selaku guru pembimbing Karya Tulis Ilmiah. 3.

Kedua Orang tua penulis, yang telah memberi dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.

4. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun karya tulis ini, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat diambil manfaatnya. Amin. Kediri, 20 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan….……………………………….…………......

i

Kata Pengantar…….………………………………….……………..

ii

Daftar Isi……………………………………………….………….….

iii

Bab I

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang…...……………………………………………

1

1.2

Rumusan Masalah…………………………………………......

1

1.3

Tujuan Penelitian………………………………………………

1

1.4

Manfaat Penulisan……………………………………………..

1

Bab II

Kajian Pustaka

2.1

Bali Sebagai Pulau Seribu Pura………………………………..

2

2.2

Letak Geografis Bali…………………………………………...

2

2.3

Penduduk Bali…………………………………………………

3

2.4

Desa Adat Penglipuran….……………………………………..

3

Bab III Pembahasan 3.1

Desa Adat Penglipuran…………………………………….......

3.2

Ciri Khas Kebudayaan Desa Adat Penglipuran………………. 4

3.3

Kondisi Sosial Penduduk Desa Adat Penglipuran……………. 8

3.4

Daya Tarik Desa Adat Penglipuran…………..………………..

4

8

Bab IV Penutup 4.1

Kesimpulan.……………………………………………………

9

4.2

Saran…………………………………………………………...

9

Daftar Pustaka……………………………………………………….

10

Lampiran……………………………………………………………..

11

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau, salah satunya adalah pulau Bali. Bali merupakan pulau Internasional yang sudah terkenal dan memiliki potensi kebudayaan yang besar salah satunya “Desa Adat Penglipuran”. Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang masih terpelihara keaslian budayanya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan Desa Adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk rumah yang seragam. Potensi inilah yang membuat Indonesia diakui dunia luar dalam hal kekayaan budaya, warisan leluhur itulah yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak ada lagi pengklaiman budaya oleh negara lain. Karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia haruslah turut bangga dengan budaya yang ada di Indonesia.

2.

Rumusan Masalah 1. Apakah Desa Adat Penglipuran? 2. Apakah ciri khas kebudayaan yang dimiliki Desa Adat Penglipuran? 3. Bagaimana kondisi sosial penduduk Desa Adat Penglipuran? 4. Apakah daya tarik Desa Adat Penglipuran?

3.

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa itu Desa Adat Penglipuran. 2. Untuk mengetahui ciri khas kebudayaan yang dimiliki Desa Adat Penglipuran. 3. Untuk mengetahui kondisi sosial penduduk Desa Adat Penglipuran. 4. Untuk mengetahui daya tarik Desa Adat Penglipuran

4.

Manfaat Penulisan 1. Bagi pengembangan teknologi pariwisata dapat dijadikan dasar untuk menganalisis budaya ada di pulau Dewata Bali. 2. Bagi wisatawan dapat menarik minat perhatian untuk mengunjungi pulau Bali.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Bali Sebagai Pulau Seribu Pura Bali adalah pulau yang mempesona dan sangat menarik sebagai objek wisata, karena

memiliki keindahan alam yang masih alami dan keunikan budaya yang sudah diwarisi secara turun-temurun. Oleh karena itu, Bali merupakan salah satu tempat tujuan wisata favorit para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Selain itu Bali sangat terkenal dengan Pulau Seribu Pura, karena Bali hampir setiap hari ada upacara atau rahinan, dimulai dari upacara sederhana sampai dengan upacara besar agama Hindhu. Upacara besar agama Hindhu disebut upacara agama dimana seluruh masyarakat Bali melakasanakan seperti : Galungan, Kuningan, Nyepi, dan hari besar umat Hindhu lainnya. Sedangkan upacara sederhana disebut upacara agama dimana hanya keluarga tertentu saja yang melaksanakannya, seperti Melaspas, odalan, dan lain-lain. 2.2

Letak Geografis Bali Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112

km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran, Batubulan dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

2.3

Penduduk Bali Penduduk Bali kira-kira berjumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 93% menganut agama

Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan, Katolik, dan Buddha. Selain sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau trilingual yaitu dua bahasa atau tiga bahasa. 2.4

Desa Adat Penglipuran Penglipuran adalah sebuah desa yang memiliki tatanan khas dan berbeda dengan desa

adat lainnya yang ada di Bali. Ciri khas desa tersebut terletak pada angkul-angkul (pintu gerbang) rumah penduduknya yang seragam. Selain angkul-angkul yang seragam, desa yang terletak sekitar lima kilometer diutara Bangli ini juga memliki sejumlah adat istiadat dan tradisi yang unik.

BAB III PEMBAHASAN 3.1

Desa Adat Penglipuran Desa Penglipuran merupakan salah satu desa di Bali yang sampai saat ini masih

memegang teguh budayanya. Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari desa Bayung Gede ke Penglipuran yang jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan pura yang sama sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Jaraknya sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Desa Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan Panglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk. 3.2

Ciri Khas Kebudayaan Desa Adat Penglipuran

Ada beberapa hal yang unik dari Desa Adat Penglipuran yang merupakan ciri khas dari desa tersebut. 1. Bentuk Bangunan Yang Seragam Keseragaman bentuk bangunan dan juga bahan bangunannya berupa tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul serta atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penataan rumah dan pekarangan sangat ketat dan mengikuti ketentuan Asta Kosala-Kosali, Asta Bumi, Sikut Karang, dan berbagai aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis lainnya. Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Sedangkan pola tata ruang dan tata letak bangunan rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti pola Tri Mandala. 2. Masyarakat Anti Poligami Selain keseragaman bentuk bangunan, desa ini juga memiliki sejumlah aturan adat dan tradisi unik lainnya. Salah satunya, pantangan bagi kaum lelakinya untuk beristri lebih dari satu atau berpoligami. Pantangan berpoligami ini diatur dalam peraturan (awig-awig) desa adat. Dalam

bab perkawinan (pawos pawiwahan) awig-awig itu disebutkan, krama Desa Adat Penglipuran tan kadadosang madue istri langkung ring asiki. Artinya, krama Desa Adat Penglipuran tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu. Jika ada lelaki Penglipuran melanggarnya, maka akan dikucilkan di sebuah tempat yang diberi nama Karang Memadu. Karang artinya tempat dan memadu artinya berpoligami. Karang Memadu merupakan sebidang lahan kosong di ujung Selatan desa. 3. Sistem Adat Desa Penglipuran Di desa Panglipuran terdapat dua sistem pemerintahan yaitu menurut sistem pemerintah atau sistem formal yaitu terdiri dari RT dan RW, dan sistem yang otonom atau Desa adat.Kedudukan desa adat maupun desa formal berdiri sendiri- sendiri dan setara. Karena otonom, desa adat mempunyai aturan-aturan tersendiri menurut adat istiadat di daerah panglipuran dengan catatan aturan tersebut tidak bertentangan dengan pancasila dan Undang-undang pemerintah. Undangundang atau aturan yang ada di desa panglipuran disebut dengan awig-awig. Awig-awig tersebut yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana tersebut yaitu sebagai berikut. a. Parhyangan adalah hubungan manusia dan tuhan. Meliputi penentuan hari suci, tempat suci dan lain-lain. b. Pawongan adalah hubungan manusia dan manusia. Meliputi hubungan masyarakat panglipuran dengan masyarakat desa lain, maupun hubungan dengan orang yang beda agama. Dalam pawongan bentuk-bentuknya meliputi sistem perkawinan, organisasi, perwarisan dan lain-lain. c. Palemahan adalah hubungan manusia dan ligkungan, masyarakat Desa Penglipuran diajarkan untuk mencintai alam lingkungannya dan selalu merawatnya.

4. Tata Ruang Desa Adat Penglipuran Tata ruang desa panglipuran dikenal dengan Tri Mandala yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut : a. Utama Mandala Utama

Mandala

diartikan

sebagai

tempat

suci.

Ditempat

inilah

orang-orang

Penglipuran melakukan kegiatan sembahyang kepada Sang Hayng Widhi yang mereka percaya sebagai Tuhan mereka. b. Madya Mandala

Madya Mandala adalah rumah keluarga. Di tiap rumah pun terdapat tata ruang yang telah diatur oleh adat. tata ruangnya adalah sebelah utara dijadikan sebagai tempat tidur, tengah sebagai tempat keluarga sedangkan sebelah timur dijadikan tempat pembuangan atau MCK. Dan bagian nista dari pekarangan biasanya berupa jemuran, garasi dan tempat penyimpanan kayu. c. Nista Mandala Nista mandala ini adalah tempat yang paling buruk, disana terdapat kuburan dari masyarakat panglipuran. 5. Bentuk Bangunan dan Topografi Topografi desa tersusun sedimikian rupa dimana pada daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura Penataran dan Pura Puseh yang merupakan daerah utama desa yang unik dan spesifik karena disepanjang jalan koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-angkul, dan telajakan yang

seragam. Keseragaman

dari

wajah

desa

tersebut

disamping karena

adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa. 6. Upacara Kematian (Ngaben) Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Penglipuran masyarakatnya mengadakan upacara yang biasa disebut ngaben. Ngaben ini adalah suatu upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang meninggal yang awalnya menurut kepercayaan orang Bali arwah tersebut masih tersesat kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan daerah ini hanyalah pada ritualnya saja. Di Penglipuran mayat di kubur. Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Penglipuran sebagai tanda hormat dan juga sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan buruk mengingat daerah Penglipuran yang berada di daerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti yang diketahui bahwa abu jenazah yang telah dibakar harus dibuang ke laut, sedangkan bagi orang Bali menyimpan abu jenazah adalah suatu pantangan, jadi solusi terbaik adalah dimakamkan. 7. Stratifikasi Sosial

Di Penglipuran hanya ada satu tingkatan kasta, yaitu Kasta Sudra, jadi di Penglipuran kedudukan antar warganya setara. Hanya saja, ada seseorang yang diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat. Pemilihan ketua adat tersebut dilakukan lima tahun sekali. 8. Kesenian Di Desa Penglipuran terdapat tarian, yaitu Tari Baris. Tari Baris Sakral di Desa Adat Penglipuran adalah merupakan tarian yang langka, dan berfungsi sebagai tari penyelenggara upacara Dewa Yadnya. Adapun iringan gamelan yang mengiringi pada saat pementasan semua jenis

Tari

Baris

Sakral

tersebut

adalah

seperangkat gamelan gong

gede yang

didukung oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat Penglipuran. Unsur bentuk ini meliputi juga keanggotaan Sekaa Baris Sakral ini diatur dalam awig-awig Desa Adat Penglipuran. Kemudian, nama-nama penari ketiga jenis Baris Sakral ini juga telah ditetapkan, yakni Baris Jojor 12 orang, Baris Presi 12 orang, dan Baris Bedil 20 orang. 9. Mata Pencaharian Mata pencaharian para penduduk Desa Panglipuran adalah sebagai petani. Dimana sawah menjadi tumpuan harapan mereka di samping kerajinan tangan yang mereka jual kepada para wisatawan yang berkunjung ke desa mereka. Penduduk desa ini dilimpahi hujan yang lebat tiap tahunnya sehingga memudahkan penduduknya dalam bercocok tanam dan masalah irigasi.

10. Organisasi Masyarakat Desa Panglipuran yang berumur tiga belas tahun diwajibkan untuk masuk organisasi yang dinamakan Karang Taruna dan harus masuk organisai ini sampai mereka menikah. 3.3

Kondisi Sosial Penduduk Desa Adat Penglipuran Desa Adat Penglipuran merupakan desa yang sangat mengutamakan kebersamaan dengan

wujud membangun bangunan rumah yang seragam dari bentuk gerbang hingga pembagian bangunan yang berada didalam rumah. Keramahan warga Desa Adat Penglipuran ini menjadikan para wisatawan lokal maupun mancanegara yang ke Bali tidak pernah enggan untuk berkunjung ke Desa Penglipuran yang terkenal dengan adat yang sangat kental. Masyarakat Desa Penglipuran yang mengutamakan keasrian desa adalah suatu bentuk keramahan juga terhadap lingkungan atau pun alam sekitar. 3.4

Daya Tarik Desa Adat Penglipuran

Bangli, satu-satunya dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Bali yang tak memiliki kemolekan pantai laksana. Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya tarik tersendiri. Keseragaman bangunan adalah salah satu bentuk daya tarik desa tersebut. Dari bentuk gerbang yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa disebut angkulangkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah. Kesamaan lainnya juga pada pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir semuanya menggunakan bahan baku bambu. Mereka berharap dapat selalu bersahabat dengan alam sehingga mampu ramah dengan lingkungan. Keramahan lingkungan itu pun menjadikan desa mendapat penghargaan Kalpataru. Hanya saja, ia mengakui beberapa warganya mulai menggeser sebagian bangunannya dengan material batu bata dari asalnya bambu.

Kelebihan lain, desa ini memiliki panorama, kesejukan, kenyamanan, kedamaian,

dan keunikan dengan bentuk atau arsitektur bangunan berbeda. BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai

berikut: 1.

Desa Adat merupakan sebuah desa yang memiliki adat istiadat dan tradisi yang sangat kental didalamnya, sehingga menjadikannya sebagai salah satu pusat perhatian wisatawan yang berkunjung.

2. Desa Adat Penglipuran terletak di Jalan Utama Kintamani Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Desa ini terletak di kaki Gunung Batur dengan ketinggian berkisar 700 meter daerah permukaan laut sehingga kawasan ini cukup sejuk. Desa ini merupakan salah satu desa yang terkenal di Pulau Seribu Pura ini dengan adat istiadat dan tradisi yang dimiliki. Yang menjadikan desa ini berbeda dengan desa lainnya di Bali ialah arsiterkur bangunan yang seragam sehingga tampak rapi dan teratur. Desa adat Penglipuran merupakan areal bebas kendaraan. 4.2

Saran Menurut kami, masyarakat Desa Penglipuran harus tetap mempertahan budaya yang telah

dibangun oleh nenek moyang, yang meliputi bentuk bangunan, sistem adat, tata ruang desa, upacara adat, kesenian daerah, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat setempat juga harus tetap

menjaga kelestarian alam sekitar dan tidak mudah terpengaruh oleh masa globalisasi saat ini. Karena hal itulah yang mendorong minat para wisatawan untuk berkunjung ke Desa Adat Penglipuran.

DAFTAR PUSTAKA Dharmayuda, I Made Suasthawa, 2001.Desa Adat: Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Bali. Universitas Michigan: Upada Sastra Ekaristi, Maria dan Agung Bawantara. 2008. Jalan-Jalan Bali. GagasMedia Koentjoroningrat, 1976. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Kuswanto, Dkk. 1974. Geografi Kependudukan. Solo: Tri Ratna. http://www.google.com.// http://majalahasri.com/desa-adat-penglipuran-bertahan-di-tengah-arus-modern/ http://balibudaya.blog.com/bali-pulau-seribu-pura.html/

LAMPIRAN

TAGS : SHARE :    

Related Documents


More Documents from "Nadinnn"