Kasus.docx

  • Uploaded by: Naela Diyannur
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,104
  • Pages: 4
KASUS :HARTA PENINGGALAN WARISAN ORANG YANG BERISTRI DUA KASUS POSISI : • Seorang pria, A. Bakar ( alm ), menikah dengan wanita Hadijah, yang kemudian mempunyai anak – anak. • Bakar menikah lagi dengan seorang wanita Mariyam, yang mejadi istri keduanya dan mempunyai anak – anak. • Kemudian A. Bakar meninggal dunia dan meninggalkan 2 ( dua ) orang istri dan anak – anak hasil perkawinan dari kedua istrinya. Dan setelah itu istri pertama A. Bakar ( Hadijah ) meninggal dunia dan meninggalkan anak – anak. Kemudian harta warisan A. Bakar diagi – bagikan dan Mariyam sebagai istri kedua merasa harta yang telah dibagikan untuknya tidak sesuai, • Karena melalui musyawarah dengan istri pertama ( Hadijah alm ) dan anak – anaknya tidak dapat menyelesaikan masalah dalam untuk penyelesaian pembagianharta warisan A. Bakar almarhum, maka melalui Penasehat Hukumnya, Mariyam melakukan gugatan perdata terhadap Hadijah Alm dan anak – anaknya ke Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri Dompu : • Dalam putusannya, harta Peninggalan alm A. Bakar , dibagi dua bagian yang sama rata dengan perincian yaitu : a. Hadijah Alm, istri pertama ( A. Bakar Alm ) memperoleh setengah bagian dan bagian ini adalah hak anak – anaknya ( Tergugat ); b. A. Bakar alm memperoleh setengah bagian dan bagian ini meruakan hak dari Mariyam, istri kedua dan anak – anaknya ( Penggugat ). • Dalam melakukan pembagian harta warisan ini, harus diutamakan fungsi musyawarah dan kerukunan dalam keluarga mengingat tujuan warisan adalah untuk kelanjutan hidup para ahli warisnya. • Adalah Adil, bila bagian yang sudah diterima diperhitugkan dalam pembagia harta warisan ini.

Pengadilan Tinggi Mataram : • Dalam putusannya memperbaiki putusan Hakim Pertama dengan memutuskan bahwa Harta Peninggalan A. Bakar alm harus dibagi menjadi 7 ( tujuh ) bagian yang sama rata, yaitu : a. Penggugat memperoleh 4 bagian; b. Tergugat memperoleh 3 bagian. Mahkamah Agung RI : • Dalam putusan kasasinya telah membatalkan putusan jutex facti, karena dinilai telah salah menerapkan hokum dengan memberikan putusan sendiri, yang enyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima, dengan pertimbangan hokum yang pada intinya : a. Bahwa yang digugat oleh Panggugat dalam kasusu ini adalah harta gono-gini A. Bakar dengan istrinya yang pertama ( Hadijah Alm ); b. Bahwa menurut hokum adat, Penggugat sebagai istri kedua tidak mempunyai hak

atas harta gono-gini anatara suaminya dengan istri pertama, karena harta gono-gini tersebit merupakan hak dari istri pertama dengan anak – anaknya. Abstrak Hukum : • Janda adalah ahli waris almarhum suaminya yang kedudukannya sejajar dengan ahli waris anak – anak. Karena itu Janda merupakan ahli waris dalam kelompok keutamaaan bersama dengan anak – anaknya. • Namun, hal tersebut mempunyai 2 konsekuensi, yaitu : a. Bila janda itu tidak mempunyai keturunan, maka janda itu menutup keahli warisan kelompok penggantinya, yaitu oleh saudara almarhum suaminya. Oleh karena itu janda tersebut berhak atasharta peninggalan suaminya baik harta pencaharian atau harta asal; b. Bila janda itu meninggal dunia dan mempunyai keturunan, maka harta peninggalannya dibagikan kepada keturunannya tersebut; ANALISIS : • Dalam system parental, dimana anak – anak adalah ahli waris dan ibunya adalah janda dari almarhum bahwa anak – anaknya dan ibu mendapat bagian yang sama rata atas harta warisan yang ditinggalkan oleh Almarhum ( Buku Hilman Hadikusumah, S.H – Hal 89 ); • Dan dikarenakan alm A. Bakar menikah lagi dan meninggalkan anak sah dari pernikahannya itu, maka harta peninggalan campur kaya yang dikuasai Janda yang pertama tidak dibagikan kepada istri kedua dan anak – anaknya karena harta tersebut milik harta gono–gini suaminya dengan istri pertama dan anak – anak dari istri pertama yang sah itu dengan yang mendapat harta campur kaya yang sama rata dengan ibunya tetapi karena Hadijah telah meninggal dunia hak itu tetap jtuh kepada anak – anaknya.

Berikut

adalah manfaat mempelajari ilmu mawaris :

1. Mengetahui kepada siapa dan seberapa besar bagian yang diterima oleh ahli waris tersebut Di dalam Al Qur’an telah diatur siapa saja yang boleh menjadi ahli waris dan siapa yang tidak serta seberapa besar bagian yang diterimanya, seperti untuk anak laki-laki dan perempuan yang masing-masing mendapat bagian yang berbeda. 2. Mengamalkan ayat-ayat suci dalam Al Quran yang membahas tentang pembagian harta warisan Ketentuan pembagian warisan didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa : 7 “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”. (An-Nisa : 7).

3. Menyelamatkan harta orang yang meninggal dari pengambil alihan oleh orang yang tidak bertanggungjawab Karena dengan mewariskan harta peninggalan kepada keluarga atau orang yang benar maka akan terhindar dari penyalahgunaan harta oleh pihak tak bertanggungjawab yang dapat merugikan pewaris. 4. Mengetahui syarat dan rukun pembagian warisan Syarat mawaris adalah matinya muwaris, hidupnya ahli waris, tidak adanya penghalang kewarisan. Sementara rukun pewarisan yaitu pewaris atau orang yang meninggal dunia dan memiliki harta yang akan diberikan kepada ahli warisnya, ahli waris yaitu orang yang berhak menerima harta warisan karena adanya hubungan nasab atau pernikahan. 5. Mengetahui sebab-sebab pewarisan Adapun beberapa sebab pewarisan yaitu karena adanya : 

 

Hubungan Kekerabatan – Dalam surat al-Anfal ayat 75 : …Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah. (Q.S. Al-Anfal : 75). Hubungan Perkawinan – Hubungan pernikahan yang syarat dan rukunnya terpenuhi serta telah sesuai dengan syariat Islam. Hubungan karena sebab Al Wa’la – Kekerabatan karena adanya perjanjian tolong menolong dan pemberian kebebasan.

6. Menghindari perselisihan antara ahli waris atau keluarga yang ditinggalkan Untuk menciptakan keharmonisan dan ketentraman hidup diantara anggota keluarga yang ditinggalkan maka pembagian harta warisan yang benar dan syariat harus benar-benar dipelajari agar tidak muncul rasa ketidakadilan. 7. Memahami asas-asas hukum kewarisan Islam 



 

Asas Ijbari – Terjadinya pemindahan harta seseorang kepada ahli warisnya yang terjadi dengan sendirinya secara langsung tanpa ada perbuatan hukum atau pernyataan dari pihak pewaris. Asas Bilateral – Seseorang menerima hak kewarisan yang bersumber dari kedua belah pihak yaitu dari garis keturunan perempuan dan laki-laki. Ayat di dalam Al Qur’an terkait asas ini ada dalam Surat An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176. Asas Individual – Setiap ahli waris berhak atas harta warisan yang didapatkannya tanpa terikat oleh ahli waris lain. Asas Keadilan Berimbang – Keseimbangan antara hak dengann kewajiban, serta keseimbangan antara dasar kebutuhan dan kegunaan tanpa memandang jenis kelamin.

Islam telah membuat aturan tentang hukum pewarisan dengan sangat adil tanpa memandang gender, semua memiliki hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan hanya perbandingannya saja yang berbeda. Al Qur’an telah menjelaskan secara terperinci mengenai detail hukum yang mengatur pembagian harta warisan tanpa mengabaikan hak seorang pun dan disesuiakan dengan kedudukan nasabnya.

More Documents from "Naela Diyannur"