K 10 Perkembangan Hukum Islam Masa Bani Abbasyah.docx

  • Uploaded by: Suci Ramadhani Putri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K 10 Perkembangan Hukum Islam Masa Bani Abbasyah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,912
  • Pages: 17
TARIKH TASR DINAMIKA HUKUM ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH

DISUSUN OLEH KELOMPO 10 ALYA AFIFAH SAPUTRI { 170201037 } Khofifatul Mastary

{ 170201009 }

Laela Safira

{ 170201010 }

DOSEN Drs. H. M. Fachrir Rahman, M.A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan KaruniaNya, saya dapat menyelesai kanmakalah Pertamadan yang utama, penulis memanjatkan puji dansykur kepada Yang Maha Kuasa.Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammmad SAW. Dengan rahmat, hidayah serta inayah dari Allah, pada kesempatan yang baik ini menyusun suatu makalah pembelajaran dengan tema “Amal Shaleh Persatuan Dan Kerukunan”. Didalamnya kami uraikan mulai dari pengertian akhlak persatuan dan kerukunan, penerapan akhlak persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari serta nilai positif dari akhlak persatuan dan kerukunan. Dalam makalah ini juga terdapat beberapa ayat-ayat Al-Quran yang lebih menjelaskan makalah Walau pun dalam proses penyusunan makalah ini kami mendapatkan beberapa hambatan dan masalah tetapi dengan kerja sama antar anggota kelompok dan atas seidzin zat yang maha kuasa akhirnya kami berhasil menyusun makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok Aqidah Akhlak semester genap. Semoga usaha kami dalam membuat makalah ini untuk mendapatkan nilai yang baik serta selalu menjaga kekompakan mendapat ridho dari Allah SWT. Sehingga makalah Aqidah Akhlak di tengah teman-teman dan guru pembimbing mendapat sambutan hangat serta dapat diamalkan. Tiada gading yang tak retak, kami menyadari akan kelemahan kami dalam menulis tetapi semua itu kami lakukan dengan ikhlas dan maksimal agar mendapatkan hasil yang maksimal pula. Maka apabila teman-teman,dan guru pembimbing menjumpai dalam makalah ini suatu kekhilafan, sudilah teman-teman dan guru pembimbing membetulkanya. Dan apabila teman-teman dan guru pembimbing menemukan kebenaran dalam makalah ini, maka tiada lain itu datangnya dari Alah SWT. Dan semoga Allah SWT. Memberikan kelancaran untuk persentasi untuk maju di depan kelas dan mendapatkan nilai yang maksimal tanpa ada kecurangan sedikitpun. Amin ya Robbal ‘alamin. Mataram,

SEPTEMBER 2017

KELOMPOK 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH 3. RUMUS MASALAH BAB II PEMBAHASAN BAB I PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAAH A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAAH B. PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAAH C. MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAAH D. DUNASTI-DINASTI YANG MEMERDEKAN DIRI DARI BAGHDAD E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAAH F. AKHIR KEKUASAAN DINASTI ABBASIYAAH BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSAKA

BAB I PENDAHULUN A. Latar Belakang Mengingat pentingnya dalam syari’at Islam yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan Assunah, secara komprehensif karena memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian secara sungguh-sungguh atas persoalanpersoalan yang tidak ditunjukan secara tegas oleh nas itu. Maka untuk itu ijtihad menjadi sangat penting. Kata ijtihad terdapat dalam sabda Nabi yang artinya “pada waktu sujud” bersungguh-sungguh dalam berdo’a. Dan ijtihad tidak membatasi bidang fikih saja dan banyak para pendapat ulama mempersamakan ijtihad dengan qiyas. Adapun dasar hukum itu sendiri adalah AlQur’an dan Assunah. Maka dari itu karena banyak persoalan di atas, kita sebagai umat Islam dituntut untuk keluar dari kemelut itu yaitu dengan cara melaksanakan B. Rumusan Masalah 1. Apakahpengertian? 2. ApasajafungsiI? 3. Apakahdasar-dasar? 4. Apasajasyarat-syarat? 5. JelaskanHukum! 6. ApasajaMetode?

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH Pemerintah Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullah SAW, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinassti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul Abbas Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M).

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW, Abbas bin Abdul Muthalib, dari nama Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan. Pemerintahan Abul Abbas Ash-Shaffah Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Umyyah. Mereka memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena ladasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah Barat. Seluruh anggota keluarga Abbas dan pemimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abdul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat deket Baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka kecuali Abdurahman, yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beber apa orang pembantu Bani Umayyah. Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat periode berikut. 1. Masa Abbasiyah I,yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M) sampai meninggalkan Khalifah Al- Watsiq 232 H (847 M). 2. Masa Abbasiyah II, yaitu berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).

3. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M). 4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M). B. PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa bin Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti Bani Umayyah. Dan satu hal yang baru lagi bagi para khalifah Abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu Ja’far misalnya, ia memakai gelar AlManshur. Para khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah: 1. Abul Abbas As-Shaffah. (Pendiri) 2. Abu Ja’far Al-Manshur 3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 4. Abu Muhammad Musa Al-Hadi 5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid 6. Abu Musa Muhammad Al-Amin 7. Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun 8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim 9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakil 11. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir 12. Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in 13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi 18. Abul Fadl Ja’far Al- Muqtadir 19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi 21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 22. Abul Qasim Abdullah Al- Mustaqfi 23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai 25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim 27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir

749-754 M 754-775 M 775-785 M 785-786 M 786-809 M 809-813 M 813-833 M 833-842 M 842-847 M 847-861 M 861-862 M 862-866 M 866-869 M 869-870 M 870-892 M 892-902 M 902-905 M 905-932 M 932-934 M 934-940 M 940-944 M 944-946 M 946-974 M 974-991 M 991-1031 M 1031-1075 M 1075-1094 M 1094-1118 M

29. Abu Manshur Al-fadl Al-Mustarsyid 30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 31. Abu Abdul Abdullah Muhammad Al-Muqtafi 32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir 35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir 36. Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansif 37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah

1118-1135 M 1135-1136 M 1136-1160 M 1160-1170 M 1170-1180 M 1180-1225 M 1225-1226 M 1226-1242 M 1242-1258 M

C. MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat menyapai tinggakat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada perluasan wilayah. Di sini letak perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Pucak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid memerintah, Negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Pada masanya hidup pula para filsuf,pujangga,ahli baca Al-qur’an dan para ulama dibidang agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, didalamnya orang dapat membaca,menulis dan berdiskusi. Khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai orang yang taat beragama menunaikan ibadah haji setiap tahun yang diikuti oleh keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama ],dan berderma kepada fakir miskin. Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu kemajuan tersebut paling tidak juga di tentukan oleh dua hal yaitu sebagai berikut.

1. Terjadinnya asimilasi antara bahasa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintah Bani Abbas, bangsa-bangsa non-arab banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsungsecara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan sangat kuat di bidang pemerintahan. 2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa Khalifah Al-Makmur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dalam mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa Khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Bukubuku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat, dan kedokteran pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut. A) BIDANG AGAMA Kemajuan dibidang agama antara laindalam bebrapa bidang ilmu, yaitu ulumul Qur’an, ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa, dan fiqih 1. Fiqh Pada masa dinasti abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain sebagai berikut. 1) Imam Abu Hanifah (700-767 M) 2) Imam Malik (713-795 M) 3) Imam Syafi’i (767-820 M) 4) Imam Ahmad bin Hambal (780-855 M) 2. Ilmu Tafsir Perkebangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Diantara para ahli tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah adalah 1) Ibnu Jarir Ath-Thabari 2) Ibnu Athiyah Al-Andalusi 3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani 3. Ilmu hadis Diantara para ahli hadis masa Dinasti Abbasiyah adalah 1) Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari 2) Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim 3) Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah

4) Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud 5) Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai 6) Imam Baihaqi 4. Ilmu Kalam Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa pahala, surge neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu kalam atau teologi diantara tokoh ilmu kalam adalah 1) Imam abul hasan Al-Asy’ari dan Imam abu Mansur Al-Maturidi, tokoh Asy’ariyah 2) Washil bin Atha, abul huzail Al-allaf (w. 849 M),tokoh Mu’tazillah. 3) Al –Juba’i 5. Ilmu Bahasa Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’ , dan arudh. Disamping sebagai alat komunikasi antarbangsa. Diantara para ahli ilmu bahasa adalah 1) Imam sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman. 2) Al-kiasi 3) Abu zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman

B. Bidang Umum Dalam bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geomentri, aljabar, aritmetika, mekanika, astronomi, music kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra. 1. Filsafat Kajian filsafat dikalangan umat islam mencapai puncaknya pada daulah Abbasiyah, diantaranya dengan penerjahan filsafat Yunani ke dalam bahasa arab. Para filsuf islam antara lain: 1) Abu ishaq al-kindi (809-873 M). karyanya lebih dari 231 judul. 2) Abu Nasr Al-farabi (961 M). karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar Al-Mualimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles. 3) Ibnu sina, terkenal dengan Avicernna (980-1037 M). ia seorang filsuf yang menghidupkan kembali filsafat yunani aliran aristotees dan palto. Selain filsuf Avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang terkenal adalah Asy-Syifa dan Al-Qanun fi Ath-Thib 4) Ibnu Bajah (w. 581 H)

5) Ibnu Tufail (w 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yadzan 6) Al-ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali mendapat julukan al- hujjatu islam. Karyanya antara lain Maqasid al-falasifah al-munqid minadh dhalal, tahafut alfalasifah, dan ihya ulumuddin 7) Ibnu rusyd dibarat dikenal dengan averros(1126-1198 M). ibnu rusyd, seorang filsuf, dokter,dan ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-falasifah, tahfut, tahafut at- tahufut al falasifah, al-kuliah fi ath-thibb, dan bidayah al-mujtahid.

2. Ilmu Kedokteran Ilmu kedoteran pada masa daulah Abbasiyah berkembang pesat. Rumah-rumah sakit besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan. Diantara ahli kedokteran ternama adalah 1). Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih (W. 242 H), seorang ahli farmasi di rumah sakit Jundhisapur Iran 2). Abu Bakar Ar-Razi (Rhazes) (864-932 M) dikenal sebagai “Galien Arab” 3). Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun fi Ath-Thib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan, yang diterjamahan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine. 4). Ar-Razi, adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku mengenai kedokteran anak. 3. Matematika Terjemahan dari buku-buku asing ke dalam bahasa arab, menghasilkan karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika Islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi. AlKhawirizmi adalah pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan Penemu angka nol. Sedangkan angka latin 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0 disebut angka arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I,II,III,IV,V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin ismail bin Al-abbas (940-998),terkenal sebagai ahli ilmu matematika. 4.Farmasi Di antara ahli farmasi pada masa Dinasti Abbsiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi) 5.Ilmu Astronomi

Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti bangsa Yunani,India,Persia,Kaldan ,dan ilmu falak Jahiliah, diantara ahli astronomi Islam adalah 1) Abu Mansur Al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah Isbat Al-Ulum dan Hayat Al-Falak. 2) Jabir Al-Batani (w. 319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina Arbai Al-Falak. 3) Raihan Al-Biruni (w. 440 H). karyanya adalah At-Tafhim li Awal As-Sina At-Tanjim. 6. Geografi Dalam bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat islam mengembarake cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan islam. Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah. 1. Abdul Hasan Al-Mas’udi(w. 345 H/956 H), seorang penjelajah yang mengadakan perjalajan sampai Persia,india, Srilanka,cina, dan penulis buku Muruj Az-Zahab waMa’adin Al-jawahir. 2. Ibnu khurdazabah (820-913M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai ahlli geografi islam tertua. Di antara karyanya adalah Masalik wa Al-Mamalik, tentang data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan peraturan keuanggan. 3. Ahmad El-yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan penulis buku Al-Buldan. 4. Abu Muhammad Al-Hasan Al-hamadi ( w.334 H/946M), karyanya berjudul Sifatu Jazirah Al-Arab. 7. Sejarah Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah. Beberapa tokoh sejarah lainnya antara lain: 1) Ahmad bin Al-Ya’kubi (w. 895 M) karyanya adalah Al-Buldan (negeri-negeri), AtTarikh (sejarah) 2) Ibnu Ishaq 3) Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah (w. 889 M), penulis buku Al-Imamah wa AsSiyasah, Al-Ma’rif, ‘Uyunul Ahbar dan lain-lain 4) Ibnu hisyam 5) Ath-Thabari (w. 923 M), penulis buku kitab Al-Umarm wa Al-Muluk 6) Al-Maqrizi 7) Al-Baladzuri (w. 892 M), penulis buku-buku sejarah

8. Sastra Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra lain: 1) Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya 2) An-Nasyasi, penulis buku buku Alfu Lailah wa Lailah (The Arabian Night),adalah buku cerita sastra seribu satu malam yang sangat terkenal dan terjemahkan hamper seluruh bahasa dunia. D. DINASTI-DINASTI YANG MEMERDEKAKAN DIRI DARI BAGHDAD Dalam bidang politik, disintergrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayyah mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas kekuasaan islam. Hal ini berbeda dengan masa dinasti abbasiyah. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di wilayah Spanyol dan Afrika utara, kecuali mesir. Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-872 M) 2) Safariyah difars, Persia (868-901 M) 3) Samaniyah di Transoxania (873-998 M) 4) Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M) 5) Buwaihiyah , Persia (932-1055 M) 6) Thuluniyah di Mesir ( 837-903 M) 7) Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M) 8) Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M) 9) Dinasti Saljuk (1055-1157 M) 10) Al-Barzuaqani, kurdi (959-1015 M) 11) Abu ali, Kurdi (990-1095 M) 12) Ayyubiyah, kurdi (1167-1250 M) 13) Idrisiyah di Maroko (788-985 M) 14) Aghlabiyah di Tunisa (800-900 M) 15) Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M) 16) Alawiyah di tabiristan (864-928 M) 17) Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M) 18) Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M) 19) Ukailiyah di Mausil (996-1095 M) 20) Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079M) 21) Dinasti Umayyah di Spanyol 22) Dinasti fatimiyah di Mesir

Dari latar belakang dinasti tesebut, tamapak jelas adanya persaingan antarbangsa terutama antara arab,Persia,dan turki. Disamping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang berlatar belakang Syi’ah dan ada pula yang Sunni.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad dibawa sungai Tigris, setelah kota itu telah dibumihanguskan oleh tentara Mongol dibawah Hulagu Khan pada tahun1258 H. Semua bangunan kota termasuk istana emas tesebutdihancurkan pasukan Mongol meruntuhankan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku-buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M. Kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh tentara Kerajaan Safawi. Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut. 1. Luasanya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan sullit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalngan oara penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat mudah. 2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepeda mereka sangat tinggi 3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat bear. Pada saat kekuataan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Sedangkan menurut Dr.Badri Yatim, M.A., diantara hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut: 1) Persaingan antara bangsa Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orangorang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah Dinasti Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antarbangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. 2) Konflik keagamaan

Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan,pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada. 3) Perang Salib Perang Salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan. 4) Serangan Bangsa Mongol (1258 M) Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan islam menyebabkan keukatan islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan Mongol. F. AKHIRNYA KEKUASAAN DINASTI ABBASIYAH Akhirnya dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Hulagu Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayahwilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya.Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terkahir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasihan yang telah memainkan peran penting dalam percaturan Kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengahtengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembagalembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-Syifa'.

B. Saran Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian dinasti Abbasiyah. Mereka bisa mendirikan dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu dinasti yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman daulah Abbasiyah dahulu. Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi pada diri kita dan anak cucu kita. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga dinasti Umayyah yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi pada masa dinasti Umayyah terulang lagi pada masa dinasti Abbasiyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka dirikan.

DAFTAR PUSTAKA Abbas, Siradjuddin, K.H.Sejarah & Keagungan Madzhab Syafi’i,Jakarta:Pustaka Tarbiyah Baru,2007,cet.15 Atjeh,. Aboebakar, H. Dr Prof. Ilmu Fiqh Islam dalam Lima Madzhab,Jakarta: Islamic Research Institute,1977,h.30,Pdf Djatnika, Rachmat, H. Dr, Perkembangan Ilmu Fiqh di Dunia Islam,Jakarta:Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama,1986 Hasbiyallah, M. AG, H., Perbandingan Madzhab, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam http://leviyamani.blogspot.com/2009/12/imam-imam-mazhab-yangterlupakan.htmldiakses pada tanggal 22 April 2014 jam 10:06 http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/11/hukum-islam-pada-masa-keemasandinasti.html diakses pada tanggal 21 April 2014 jam 22.30 Kementerian Agama RI:Jakarta,2012,h.20,Pdf Khallaf, Abul Wahhab, Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1978 Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000 Yatim, Badri , Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008

Related Documents


More Documents from ""