Jenis Pasar Dan Etika .docx

  • Uploaded by: mutiara hartasya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jenis Pasar Dan Etika .docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,153
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Jenis Pasar dan Etika

1.1.1 Jenis Pasar Pasar merupakan perwujudan dari kegiatan ekonomi, pasar muncul karena pemenuhan akan kebutuhan semakin beragam. Pada awalnya dikenal dengan sistem barter disini melakukan pertukaran barang dengan barang lain, dari sini pasar terus berkembang dengan pesatnya sampai sekarang berbagai jenis pasar bermunculan dengan celah-celah ekonomi berdasarkan permintaan pasar. Dalam perkembangannya ada beberapa jenis pasar yang kita kenal antara lain : 1. Pasar Persaingan Sempurna, adalah suatu pasar dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, barang yang didagangkan adalah barang homogen atau barang yang sama dan penjual tidak memiliki kebebasan dalam menentukan harga. Dalam pasar persaingan sempurna produsen bisa keluar dan masuk pasar dengan sangat mudah. Dilihat dari persaingan diuar harga, pasar persaingan sempurna tidak memiiki persaingan di luar harga. 2. Pasar Monopoli, adalah suatu pasar yang hanya memiliki satu penjual saja sehingga pembeli tidak punya pilihan dan penjual memiliki pengaruh besar dalam perubahan harga. Dalam

pasar

monopoli

hanya

terdapat

satu

perusahaan

atau

penjual. Dan barang yang didagangkan pada pasar monopoli adalah barang yang unik atau langka. 3. Pasar Oligopoli, adalah yaitu pasar yang hanya terdapat beberapa produsen di dalamnya yang saling mempengaruhi dan bersaing dalam kualitas barang. Pasar oligopoli memiliki sedikit perusahaan atau produsen. Dengan menghasilkan barang standar atau berbeda corak, dalam pasar oligopoli adakalanya produsen tangguh dan adakalanya lemah dalam memengaruhi harga serta cukup sulit bagi produsen untuk keluar masuk pasar. 1

(Anjas Wibisana - 11214337) 1.1.2 Etika Pasar David Gauthiar pernah mengemukakan pendapat bahwa pasar yang sempurna tidak membutuhkan moralitas. Dengan pasar sempurna dimaksudkan pasar dimana

kompetisi

berjalan dengan sempurna. Mekanisme pasar berjalan dengan sendirinya. Semua orang mengambil keputusan rasional yang selalu cocok dengan keputusan rasional yang tepat dari orang lain. Moralitas baru di parlukan bila pasar gagal atau mempunyai kekurangankekurangan. Alasan lain mengapa kompetisi dalam pasar tidak sempurna adalah bahwa tidak semua orang menduduki tempat yang sama agar dapat memainkan perannya masing-masing. Sistem pasar bebas yang bisa dijalankan sekarang tetap merupakan system ekonomi yang paling unggul, karena menjamin efisiensi ekonomi dengan cara paling memuaskan. Pentingnya etika tampak dalam dua segi : 1. Pertama, dari segi keadilan sosial, supplay kepada semua peserta dalam kompetisi di pasar diberikan kesempatan yang sama. 2. Kedua, sebagaimana lazimnya dalam etika, tuntutan moral ini bisa

dirumuskan

dengan cara positif dan negatif. Sifat fair merupakan tuntutan etis yang menandai kompetisi dalam konteks olahraga maupun bisnis. Kompetisi dalam olahraga sering disebut zero sum, yang artinya jika yang satu menang, yang lainnya kalah. Dalam bisnis kadang-kadang juga terjadi begitu, contohnya adalah tender. Pemenang tender hanya bisa satu orang atau perusahan. Dalam konteks kompetisi tidak bertentangan dengan kerjasama. Kompetisi pasti bertentangan dengan monopoli atau oligopoli, tetapi tidak dengan kerelaan atau bekerjasama dengan pihak lain. Sebaliknya kompetisi dalam bisnis menuntut adanya kerjasama. Karena itu dalam bisnis, mutual benefit sering menjadi suat nilai etis yang khusus dan kedua belah pihak memperoleh manfaat dari kegiata bisnis.

2

(Ergi Putra M – 13214591) 1.2

Etika Dalam Pasar Kompetitif Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali

dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Pada pasar persaingan sempurna terdapat persaingan yang ketat karena setiap penjual dalam satu wilayah menjual barang dagangannya yang sifatnya homogen. Harga pada pasar persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya. Konsumen tentu akan memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan. Ada dua etika yang harus di pegang oleh para pelaku pasar agar pasar selalu dalam kondisi ideal dan fairness, yaitu: 1. Adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat diartikan sebagai pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang oleh penjual. Bertemunya dua hal ini, menjadikan barang yang ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan kemubadziran dan kesia-siaan. 2. Pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Teori ekonomi mengenal ekuiblirium sebagai titik pertemuan antara demand dan supply. Ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak antara pembeli dan penjual. Hak yang seperti apa hak pembeli untuk mendapatkan barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat produk yang berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang yang sepantasnya sebagai pengganti harga barang yang dibelinya. Etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh pelaku pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang berkualitas yang siap berkompetisi. Mereka bisa menjalin kemitraan guna meningkatkan jumlah produksi dan memenuhi satu sama lain sehingga konsumen akan tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut.

3

(Mutiara Hartasya – 17214683) 1.3

Etika Dalam Pasar Global Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang dilupakan banyak

orang. Padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat memahami suatu bisnis persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap manis, menjaga sopan santun, berpakaian yang baik sampai bertutur kata semua itu ada “meaning” nya. Bagaimana era global ini dituntut untuk menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat terselesaikannya tujuan dengan baik. Menguasai medan dan menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan menjadi suatu hal yang lumrah, padahal etikanya tidak begitu. Dalam pasar global, banyak sekali yang harus diperhatikan sebelum memasarkan produk. Sebelum produk dibuat dan dipasarkan, para produsen harus terlebih dahulu melakukan riset dan menyesuaikan keaadaan pada setiap Negara yang akan dijadikan pangsa pasar. Dalam hal ini faktor utama adalah budaya dan media dalam pemasaran global. Setiap Negara memiliki budaya dan peraturan yang berbeda-beda yang menimbulkan dampak pada kemampuan pemasar global dalam peluang pasar pada sebuah Negara. Etika bisnis dalam pasar global antara lain : 1. Sesuaikan produk yang produsen buat dengan budaya dan peraturan masing-masing Negara 2. Pahami budaya atau kebiasaan dari masyarakat diberbagai Negara 3. Hargai budaya yang dimiliki masing-masing Negara 4. Buat media komunikasi pemasaran global yang inovatif sesuai dengan peraturan masing-masing Negara 5. Patuhi peraturan berdagang di setiap negara Dari beberapa hal di atas, sangat penting bagi produsen untuk teliti dan fokus dalam membuat produk dalam pasar global sesuai dengan etika bisnis. Sebelum memasuki pasar global, produsen haruslah menguasai dan memahami budaya pada pasar domestik. Riset dan informasi yang dilakukan didapat guna untuk mencapai keberhasilan produsen dalam bisnis pasar global agar tidak mengalami kerugian dan protes dari pasar. 4

(Maryafitrianigrum Cahya – 16214440) 1.3.1

Norma-Norma Moral yang Umum pada Taraf Global K Bertenz berpendapat bahwa pandangan yang menganggap norma –norma moral

relative saja tidak bisa dipertahankan, namun norma-norma moral yang bersifat absolute juga tidak bisa diterapkan dengan mutlak. Lalu, apa yang harus dilakukan apabila di bidang bisnis norma-norma moral di Negara lain berbeda dengan norma-norma yang kita anut. Richard De George memberikan tiga jawaban untuk pertanyaan tersebut, yaitu : 1. Menyesuaikan diri. Dalam lingkup bisnis internasional, kita harus menyesuaiakan diri begitu saja dengan norma-norma etis yang berlaku di Negara lain dimana kita mempraktekkan bisnis. Pandangan dalam bidang moral, dipandang mengandung relativisme ekstrem. Jadi, menurut pandangan ini, norma-norma moral yang penting sebenarnya diberlakukan sama di seluruh dunia, norma-norma non-morallah yang bisa berbeda di berbagai tempat.

2. Rigorisme Moral Pandangan ini menekankan bahwa kita harus berpegang pada norma-norma etis yang berlaku di Negara kita sendiri, tidak peduli apakah norma tersebut berbeda dengan di Negara lain. Kebenaran yang dapat temukan dari pandangan ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku moral kita.

3. Imoralisme Naif Menurut pandangan Imoralisme naïf, Bisnis di Negara lain tidak perlu berpegangan pada norma-norma etis karena hal itu akan merugikan posisi kita dalam kompetisi dengan pihak bisnis lain. Karena apabila perusahaan terlalu memperhatikan etika, kita berada pada posisi yang merugikan, karena daya saing perusahaan akan terganggu.

5

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Gambaran Unit Usaha

2.1.1 Profil Perusahaan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis rantai toko swalayan yang ada di Indonesia. Jaringan toko yang dirintis oleh pasangan suami istri Paulus Tumewu dan Tan Lee Chuan ini pertama kali dibuka pada tahun 1978. Kantor pusat Ramayana berlokasi di Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 220 A-B, Jakarta 10250 – Indonesia. Toko yang pertama didirikan dengan nama Ramayana Fashion Store ini merupakan harapan pasangan asal Ujung Pandang, Sulawesi Selatan ini untuk mengadu nasib di ibukota Jakarta. Berangkat dari rencana membuka sebuah department store yang menyediakan barang-barang berkualitas namun dengan harga yang terjangkau, mereka mulai memberanikan diri untuk membuka bisnis garmen dan pakaian. Perkembangan toko yang baru dibuka itu nyatanya menunjukkan hasil yang baik. Terbukti pada tahun 1985, mereka telah membuka toko cabang yang berada di luar Jakarta yakni di Bandung. Selain itu, mereka juga mulai mengembangkan produk-produk yang ditawarkan di toko. Pada toko cabang pertama mereka di Bandung, mereka telah memperkenalkan produk aksesoris seperti sepatu dan tas yang tak hanya terbatas pada pakaian. Seiring dengan perkembangan toko yang semakin pesat. Bisnis toko sederhana ini pun menjelma menjadi sebuah jaringan ritel yang tumbuh secara global. Pada tahun 1989 saja, Ramayana telah memiliki lebih dari 13 gerai yang mampu mempekerjakan setidaknya 2.500 orang karyawan. Tak hanya itu, Ramayana juga mulai mengembangkan berbagai varian produk, mulai dari kebutuhan rumah tangga, mainan hingga perlengkapan alat tulis. Kedudukan Ramayana 6

semakin kuat saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana sejak tahun 1996 seiring dengan pertumbuhan gerai hingga mencapai 45 unit. Ramayana

terus

melakukan

berbagai

inovasi

menarik

lainnya

dengan

mengembangkan konsep belanja satu atap pusat perbelanjaan. Dengan konsep ini, Ramayana semakin tumbuh dengan jaringan ritel yang terbesar di Indonesia. Hingga saat ini jaringan ritel Ramayana telah tersebar di lebih dari 42 kota besar yang ada di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan Ramayana telah membuka jaringan toko di Papua pada tahun 2010. Saat ini perusahaan telah mempekerjakan lebih dari 17.867 orang karyawan yang telah berdedikasi tinggi pada perusahaan. Dengan visi "menjadi jaringan ritel terbesar di Indonesia dengan mengendalikan biaya, meningkatkan layanan pelanggan, pengembangan sumber daya manusia kami dan mempertahankan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok dan rekan bisnis" Ramayana akan selalu memanjakan konsumen-nya dengan produk berkualitas tinggi dan harga yang terjangkau. Ekspansi besar-besaran minimarket, yang hanya sebagian dikendalikan Pemerintah Indonesia, dan pemberlakuan batasan operasi di dekat pasar tradisional, terus menjadi ancaman persaingan bagi Ramayana, karena ada pula aspek menghindari kemacetan lalu lintas, kenyamanan dan daya tarik baru bagi konsumen Indonesia. Secara historis, Ramayana mengoperasikan sekitar sepertiga bisnisnya di bidang penjualan makanan, tetapi bidang ini mengalami tekanan persaingan yang ketat akibat adanya 'minimarket' yang telah menjamur di seantero negeri. Dengan ruang ber AC, lampu yang terang, menawarkan pilihan kebutuhan sehari-hari yang tepat, minimarket memiliki satu keunggulan yang tidak dimiliki pesaing besar seperti Ramayana: kenyamanan. Bila jarak minimarket dekat dengan rumah, anda pasti lebih memilih untuk pergi kesana. Disamping toko-toko 'big box' jauh jaraknya, toko-toko seperti Ramayana juga belum dikenal sebagai tempat belanja makanan.

7

2.1.2

Struktur Organisasi

Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi pada Ramayana : Gambar 2.1 Struktur Organisasi

8

2.1.3

Tata Kelola Perusahaan

Penerapan Tata Kelola Perusahaan didasarkan pada prinsip dasar yang telah memandu kemajuan manajemen Perusahaan dan Karyawan sebagai berikut : 1. Tranparansi Transparansi telah menjadi komitmen Ramayana untuk menjamin tersedianya informasi sehingga dapat diakses oleh pihak yang membutuhkanya. Informasi ini diantaranya berupa laporan keuangan, manajemen perusahaan atau kepemilikan perusahaan. Semua informasi ini harus akurat. Ramayana menjunjung tinggi prinsip keterbukaan sebagaimana dimanifestasikan dalam penerapan transparansi demi menyediakan informasi yang diperlukan para pemangku kepentingan. Penerapan prinsip ini ditandai dengan selalu meng-update website perusahaan www.ramayana.co.id, yang berfungsi sebagai Platform informasi bagi masyarakat, investor dan para pemangku kepentingan. Kepatuhan Ramayana terhadap transparansi juga ditunjukan melalui Laporan Keuangan per-Kuartal dan Tahunan, Laporan Tahunan, Pengungkapan Informasi dan Public Expose yang diadakan setiap tahun untuk menyampaikan informasi tentang perkembangan yang sedang berlangsung di Ramayana dan rencana- rencana ke depan.

2. Akuntabilitas Akuntabilitas ditandai dengan adanya mekanisme yang handal, peran dan tanggungjawab manajemen profesional, pengambilan keputusan dan kebijakan yang mungkin berdampak penting bagi operasional Perusahaan. Ramayana memprioritaskan hak, kewajiban, kewenangan dan tanggungjawab Dewan Komisaris, Direksi dan para pemangku kepentingan. Rapat untuk menyusun keputusan strategis dilakukan secara regular antara Direksi, Dewan Komisaris dan manajemen.

3. Tanggungjawab Tanggungjawab mengacu pada uraian yang jelas tentang peran setiap orang dalam mencapai tujuan bersama. Tanggungjawab juga menjamin kepatuhan terhadap semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sebagai perusahaan publik yang 9

memprioritaskan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, taat kepada undangundang, peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), peraturan pemerintah dan undang-undang perpajakan, harus tunduk pada manfaat jangka panjang Pemegang Saham. Sementara itu, sebagai bagian dari pertanggungjawaban kepada masyarakat dan lingkungan, Ramayana dan anak-anak perusahaanya secara berkala turut ambil bagian dalam berbagai program CSR.

4. Kelayakan Semua keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh Ramayana harus sejalan dengan berbagai kepentingan pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, pemasok, Pemegang Saham, investor dan masyarakat umum. Karena Tata Kelola Perusahaan yang Baik merupakan kunci utama keberhasilan Perusahaan, Ramayana selama bertahun-tahun, menerapkan prinsip-prinsip dan mempraktekan Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam pengelolaan bisnis, melindungi secara aktif kepentingan para pemangku kepentingan.

5. Kemandirian Manajemen Ramayana terdiri dari para profesional yang bertanggungjawab untuk menjamin bahwa operasi-operasi telah dilaksanakan dengan mengantisipasi kebutuhan dan ekspektasi pasar dan mematuhi prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan. Keputusan dibuat secara mandiri dan obyektif sesuai kepentingan Ramayana dan Para Pemangku Kepentingannya.

6. Keadilan Dalam menjalankan tugas-tugasnya, seluruh karyawan dan Manajemen harus menerapkan profesionalisme dan menunjukan integritas. Setiap tindakan harus sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku di Ramayana Group. Struktur GCG menjamin penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di semua aktivitas operasional dan strategi Perusahaan.

10

2.1.4

Manajemen Resiko

Manajemen menyadari bahwa Perusahaan menghadapi banyak resiko yang harus disikapi secara hati-hati untuk menjamin pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Beberapa resiko bisnis yang dihadapi Perusahaan adalah: 1. Resiko Ekonomi Resiko ekonomi mencakup sejumlah faktor, seperti fluktuasi nilai tukar Rupiah, suku bunga dan inflasi. Faktor-faktor ini berdampak signifikan terhadap kinerja Perusahaan yang secara khusus mempengaruhi posisi hutang yang belum lunas dan daya beli konsumen target. Pada giliranya, resiko ini berdampak pada kemampuan konsumen untuk membeli produk dan jasa yang ditawarkan Perusahaan. Untuk mengurangi resiko ekonomi, Perusahaan secara intensif memantau kondisi ekonomi dan mencari pendapat profesional dari sumber yang kompeten. Perusahaan juga biasanya dilindungi dari fluktuasi mata uang, melalui pendapatan dalam satuan US-Dollar dari bisnisnya. Selanjutnya Perusahaan secara konsisten menyesuaikan mata uang pinjamannya untuk pendanaan proyek agar proyek dapat berjalan.

2. Resiko Keamanan Keamanan merupakan salah satu masalah penting dalam bisnis. Di masa lalu, sejumlah masalah keamanan, terutama menyangkut terorisme, terbukti merugikan Indonesia dan aktivitas bisnis Ramayana. Sebagai langkah pencegahan, Ramayana telah menerapkan seperangkat Prosedur Operasi Standar (SOP) untuk mengatasi masalah keselamatan dan keamanan dan standar keamanan yang ketat di semua gedung dan area Perusahaan.

3. Resiko Bisnis dan Properti Sebagai sebuah Perusahaan yang memiliki berbagai aset bernilai tinggi, Ramayana juga rentan terhadap bencana alam dan peristiwa-peristiwa lain yang merugikan, seperti kebakaran, gempa bumi, banjir dan gangguan lainya. Untuk mengurangi resikoresiko ini, Perusahaan telah memastikan bahwa semua propertinya disuransikan dengan penutupan asuransi yang sesuai dengan nilai pasar properti. Untuk menjamin akurasi, semua polis 11

asuransi ditanggung oleh broker asuransi paling terpercaya dan handal. Perusahaan juga menerapkan serangkaian SOP untuk menangani kejadian-kejadian darurat.

4. Resiko Persaingan Pada tahun-tahun terakhir ini, sektor retail menyaksikan makin agresifnya persaingan bisnis dari pedagang kecil, mall, kios dan pedagang pakaian keliling yang mengancam segmen pasar kita. Jadi, kompetisi muncul dalam dua bentuk-pertama, pesaing dari dalam industri itu sendiri, dan kedua, dari over supply space retail di pasar itu. Oleh karena itu, supplier berusaha untuk menarik pelanggan dengan memotong harga dan menawarkan promosi khusus. Untuk menang dalam iklim usaha yang kompetitif, inovasi produk masih menjadi pilihan utama dalam aktivitas pengembangan bisnis Perusahaan, dengan menampilkan originalitas, keunikan, dan produk-produk berkualitas tinggi serta layanan prima dan fasilitas pendukung yang lengkap sesuai keinginan konsumen.

5. Resiko Hukum Untuk mendirikan dan membuka supermarket atau department store, Perusahaan harus mendapat ijin dari lembaga berwenang dengan mempertimbangkan peran pemerintah sebagai regulator kebijakan yang menyangkut berbagai sektor sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah itu. Oleh karenanya, Perusahaan selalu bekerja sama dengan lembaga berwenang setempat dan selalu memenuhi ketentuan hukum yang diberlakukan Pemerintah. 2.1.5

Laporan Keuangan Perusahaan mencapai hasil yang sangat baik pada tahun 2016, dengan total

pendapatan sebesar Rp 5.857 milyar, naik dari Rp 5.533 milyar di tahun 2015. Pencapaian ini merupakan hasil dari inisiatif transformasi dalam Perusahaan, yang berkaitan langsung dengan peningkatan penjualan konsinyasi dan beli putus: penjualan beli putus pada tahun 2016 sebesar Rp 2.937 milyar, naik 10,9% dari tahun 2015 yang sebesar Rp 2.649 milyar. Penjualan konsinyasi tumbuh 4,8% untuk tahun ini.

12

Tabel 2.1 Posisi Keuangan

 Laba Kotor Dalam upaya mencapai pertumbuhan dan penekanan terhadap biaya sebisa mungkin, Perusahaan membukukan kenaikan laba kotor sebesar 10,3%, dengan nominal Rp 2.202 milyar, dibandingkan dengan laba kotor tahun 2015 sebesar Rp 1.996 milyar. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan dramatis tersebut merupakan hasil dari bagian beli putus, yang lebih dari dua kali lipat dari proyeksi awal kami; Bagian beli putus ini selalu menghasilkan marjin kotor yang lebih tinggi, dan pada tahun 2016 tercatat hampir 2% lebih besar dari tahun sebelumnya.  Beban-beban Usaha Kategori ini terdiri dari Biaya Pemasaran, Biaya Umum dan Administrasi, dan Biaya Penyusutan dan Amortisasi. Total beban usaha tahun 2016 naik 5,1%, dari Rp 1.745 13

milyar pada tahun 2015 menjadi Rp 1.834 milyar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan upah minimum yang cukup besar, bersamaan dengan kenaikan biaya sewa. Tarif dasar listrik (terutama untuk bisnis) terus naik dan beban-beban manajemen juga ikut meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan Perusahaan  Laba Usaha Laba usaha Perusahaan untuk tahun 2016 naik 46,9% menjadi Rp 368 milyar, dari Rp 251 milyar pada tahun 2015. Kami terus berusaha menjaga komitmen untuk bertransformasi, efisiensi dalam operasi dan pelayanan yang baik, serta menerapkan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan peluang investasi.  Laba Bersih Pada tahun 2016, Perusahaan mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 408 milyar, dibanding Rp 336 milyar pada tahun 2015, dengan kenaikan sebesar 21,6%, meskipun beban usaha naik sebesar Rp 89 milyar.  Aset Per tanggal 31 Desember 2016 total aktiva sebesar Rp 4.647 milyar, dibanding Rp 4.575 milyar pada tahun sebelumnya. Ini termasuk toko baru dan toko yang sudah ada.  Liabilitas Total liabilitas Perusahaan untuk tahun 2016 naik sebesar 5,5%, dari Rp 1.241 milyar pada tahun 2015.  Ekuitas Kami melaporkan pencapaian laba bersih Rp 408 milyar untuk tahun 2016, dan laba ditahan sebesar Rp 3.247 milyar, dibanding Rp 3.045 milyar pada tahun 2015. Ekuitas Perusahaan naik sebesar 0,1% dari Rp 3.334 milyar pada tahun 2015 menjadi Rp 3.337 milyar pada tahun 2016.  Dividen Sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan pada tanggal 23 Mei 2016, Perusahaan memberikan dividen sebesar Rp 30 per lembar saham, atau setara dengan 61,5% dari laba bersih tahun 2015.

14

2.2

Keterkaitan Bisnis Dengan Teori PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk atau yang biasa dikenal dengan Ramayana

merupakan salah satu department store yang paling terkemuka di Indonesia, diposisikan untuk melayani pasar menengah bawah, Ramayana telah tumbuh dan berkembang seiring dengan terus meningkatnya daya beli rata-rata masyarakat Indonesia. Dalam pasar itu sendiri terdapat beberapa jenis pasar yang kita kenal yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli dan pasar oligopoli. Ramayana sebagai badan usaha yang bergerak dibidang retail termasuk ke dalam pasar oligopoli dimana dalam pasar tersebut terjadi persaingan yang sangat ketat antara perusahaan ritel besar lainnya sepeti Carrefour, Giant dan Matahari Department Store. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar persaingan tidak sempurna di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Tiap-tiap perusahaan menetapkan kebijaksanaan sendiri dan setiap aksi dari suatu perusahaan seperti mengadakan perubahaan harga akan direspons oleh perusahaan lainnya, karena setiap perusahaan yang ada dalam pasar yakin bahwa kebijaksanaan suatu perusahaan akan mempengaruhi penjualan dan keuntungan perusahaan lainnya. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Ramayana sebagai pasar oligopoli diperkuat dengan sistem promosi dan persaingan harga yang ketat yang digunakan untuk menarik konsumen. Hal ini sejalan dengan ciri-ciri pasar oligpoli dimana masing-masing penjual bersaing sangat ketat dengan penjual lainnya. Persaingan terutama melalui promosi besar-besaran serta perang harga. Perang harga yang dimaksud terjadi ketika suatu perusahaan bermaksud untuk menurunkan harga agar memperoleh pangsa pasar yang lebih besar, namun diikuti dengan penurunan harga oleh perusahaan lain sehingga pada akhirnya pangsa pasar yang diperoleh oleh masing-masing perusahaan adalah tetap, namun dengan harga jual yang lebih rendah. Sebagai contoh jika Ramayana mengadakan potongan harga atau discount yang tinggi biasanya hal ini akan 15

diikuti oleh pesaingnya seperti Carefour, Giant dan Matahari yang juga akan melakukan hal yang sama dengan mengadakan discount besar-besaran. Dalam pasar oligopoli semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya oligopoli ini adalah keberhasilan mengelola perusahaan sedemikian rupa sehingga mempunyai skala ekonomi yang menyebabkan efisiensi dan keberhasilan dalam promosi penjualan, dalam jangka panjang menyebabkan bertambahnya pangsa pasar. Walaupun terjadi persaingan yang sangat ketat, Ramayana tetap menjunjung tinggi etika dalam pasar. Etika ini harus di pegang oleh para pelaku pasar. Seperti harus adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat diartikan sebagai pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang oleh penjual. Bertemunya dua hal ini, menjadikan barang yang ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan kemubadziran dan kesia-siaan. Sebagai contoh, Ramayana menyediakan banyak barang sesuai dengan kebutuhan konsumen mulai dari poduk pakaian sampai produk kebutuhan pokok. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat memilih sendiri barang apa yang ia butuhkan sehingga akan tercapainya kepuasan konsumen terhadap barang tersebut dan terhadap penjual. Selain itu, pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak antara pembeli dan penjual. Hak pembeli untuk mendapatkan barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat produk yang berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang yang sepantasnya sebagai pengganti harga barang yang dibelinya. Dalam hal ini Ramayana sangat memetingkan hak konsumen mendapatkan barang yang berkualitas sesui dengan harga yang dibayar. Semakin tinggi harga maka kualitas barang pun akan semakin baik. Ramayana menyediakan barang dengan kualitas baik sampai kualitas tinggi sehingga konsumen sendiri yang menentukan barang 16

yang dipilih dan kesesuaian kualitas barang dengan harga barang tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah konsumen merasa kecewa terhadap barang yang dibeli. Pada era global ini Ramayana dituntut untuk menciptakan suatu persaingan yang kompetitif dan sesuai dengan etika bisnis yang berlaku sehingga dapat terselesaikannya tujuan dengan baik. Bisnis global yang semakin berkembang termasuk dalam usaha ritel memaksa Ramayana harus memiliki strategi tersendiri agar tetap bertahan. Oleh karena itu, Ramayana menjalin kerjasama dengan Spar International yaitu sebuah jaringan retail dan franchise multinasional Belanda yang memiliki sekitar 12.500 toko di 35 negara di seluruh dunia. Group ini didirikan di Belanda pada 1932 dengan kantor pusatnya di Amsterdam. Nantinya setiap gerai yang merupakan hasil kerjasama dengan Spar akan menggunakan nama SPAR Supermarket. Dalam menjalin kerjasama dengan jaringan ritel internasional, Ramayana harus mengikuti aturan-aturan dan etika yang berlaku dalam bisnis global. Dalam pasar global, banyak sekali yang harus diperhatikan sebelum memasarkan produk. Dalam hal ini faktor utama adalah budaya dan media dalam pemasaran global. Setiap Negara memiliki budaya dan peraturan yang berbeda-beda yang menimbulkan dampak pada kemampuan pemasar global dalam peluang pasar pada sebuah Negara. sangat penting bagi Ramayana untuk teliti dan fokus dalam membuat produk di pasar global yang sesuai dengan etika bisnis. Sebelum memasuki pasar global, produsen haruslah menguasai dan memahami budaya pada pasar domestik. Riset dan informasi yang dilakukan didapat guna untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis pasar global agar tidak mengalami kerugian dan protes dari pasar. Etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh pelaku pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang berkualitas yang siap berkompetisi. Mereka bisa menjalin kemitraan guna meningkatkan jumlah produksi dan memenuhi satu sama lain sehingga konsumen akan tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut.

17

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai jenis pasar, etika dalam pasar kompetitif dan

etika dalam pasar global serta keterkaitannya dengan badan usaha Ramayana, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Ramayana merupakan salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia yang mengalami perkembangan cukup pesat dan termasuk ke dalam pasar oligopoli.

2.

Dalam melakukan bisnisnya Ramayana tidak hanya mementingkan keuntungan penjualan saja tetapi juga memperhatikan kebutuhan serta kepuasan konsumennya. Hal ini sejalan dengan etika pasar dan dilakukan guna menarik konsumen agar tidak beralih kepada pesaingnya.

3.

Ramayana menjalin kerjasama dengan Spar Internasional untuk menghadapi perkembangan bisnis global dan memperluas jaringan bisnisnya secara global.

4.

Ramayana mengikuti aturan dan etika dalam bisnis global yang berlaku terutama dalam faktor budaya dan media pemasaran global.

18

BAB IV DAFTAR PUSTAKA Arijanto, Agus. 2012. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius

Media/ Internet Alvian, Aan. 2016. Etika Dalam Pasar Kompetitif. http://produkaan.blogspot.co.id/2016 /10/etika-dalam-pasar-kompetitif.html. Diakses: 17 April 2017 Marina, Anna. 2012. Jurnal Pasar Oligopoli di Indonesia. http://dosenfeums.blogspot.co.id/ 2012/12/jurnal-pasar-oligopoli-di-indonesia.html. Diakses: 16 April 2017 Pratiwi, Khusniana. 2013. Etika Bisnis Dalam Pasar Global. https://pratiwinia.wordpress. com /2013/01/21/etika-bisnis-dalam-pasar-global/. Diakses: 16 April 2017 Rahayu, Tryning. 2013. Ramayana Lestari Sentosa. https://profil.merdeka.com/indonesia /r/ramayana-lestari-sentosa/. Diakses: 16 April 2017 Wati, Lila. 2015. Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika Dalam Pasar Kompetitif. http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/11/jenis-pasar-latar-belakang-monopoli. html. Diakses: 17 April 2017 --------. 2012. Etika Bisnis Dalam Lingkungan Global. http://blog.ub.ac.id/noerrochmah /2012/09/18/etika-bisnis-dalam-lingkungan-global/. Diakses: 16 April 2017 --------. 2012. Sejarah dan Profil Singkat RALS. http://britama.com/index.php/2012/12 /sejarah-dan-profil-singkat-rals/. Diakses: 16 April 2017 --------. Pasar Oligopoli. http://www.studiobelajar.com/pasar-oligopoli/. Diakses: 17 April 2017 http://www.ramayana.co.id/. Diakses: 16 April 2017

19

Related Documents


More Documents from "Oghie Setiadi"