JEMAAH ISLAM NUSANTARA (JIN) Ascharisa Mettasatya Afrilia S.Sos, M.I.Kom
Kelompok 1 1. Jati Pratiwi
1710202009
2. Abdul Aziz M
1710202040
3. Dian Anggreani
1710202041
4. Sutisna Wahyu
1710202042
5. Rizka Satria A
1710202047
6. Dwiki Nanda P
1710202051
7. M. Adnan Rivaldy
1710202087
8. Rivsal Ferdi
1710202052
Universitas Tidar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Komunikasi 2018
Di Indonesia agama menjadi salah satu unsur penting di kehidupan yang mendominasi budaya, berbeda dengan negara – negara lain. Sesuai dengan butir pancasila yang pertama yaitu “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Di Indonesia ada beragam kepercayaan yang tertulis dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yakni agama Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Kong Hu Chu. Agama – agama tersebut memiliki budaya dan tradisi masing – masing. Begitu juga dengan Indonesia yang memiliki masyarakat yang sangat banyak dan beragam. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai pemikiran dan pandangan seseorang yang beraneka ragam. Maka permasalahan mengenai agama menjadi salah satu permasalahan yang sangat sensitif di Indonesia. Oleh karena itu munculah pandangan – pandangan mengenai agama yang berbeda – beda, seperti yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia saat ini salah satunya yang terjadi di daerah Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur. Munculah aliran agama Islam yang bernama Jemaat Islam Nusantara atau sering dikenal dengan nama JIN. Awalnya mereka gonta-ganti nama dari Islam moderat, Islam inklusif, lagi Islam multikulturalisme, namun tetap tidak meningkatkan popularitas mereka, karena masih ada aroma bahasa asing (Inggris), sehingga tetap dicurigai oleh masyarakat. Kini, mereka menggunakan nama yang bisa lebih akrab dengan masyarakat Indonesia, dengan aroma kebangsaan dan nasionalisme Indonesia, yaitu Islam Nusantara. Namun isinya tetap dengan pandangan yang sama, karena jargonnya tetap sama, yaitu : human right, freedom and local wisdom (HAM, kebebasan dan kearifan lokal). Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Riziq Sihab. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta diluruskan. Namun hingga kini belum diketahui siapa pendirinya dan siapa saja tokoh-tokohnya. Hal ini dikarenakan karena terdapat beberapa tradisi menyimpang yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Tradisi yang dilakukan tersebut dikatakan menyimpang karena tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang sudah ada di masyarakat pemeluk agama Islam pada umunya. Salah satu tradisi yang dilakukan adalah ritual tawaf yang teknis pelaksanaannya dilakukan dengan melantunkan sholawat badar tetapi syairnya diganti dengan menambahkan kata Indonesia, Pancasila dan Jokowi. Tidak hanya penggantian syair, tetapi juga tawaf yang
dilakukan memutari bendera merah putih dan benda-benda sejenis sesajen. Ritual teerebut dilakukan oleh anggota JIN. Jamaah Islam Nusantara melakukan ritual tersebut tanpa tujuan khusus selain karena mereka ingin melakukan ritual agama islam dengan cara dan budaya Indonesia, berbeda dengan cara dan budaya yang dilakukan orang-orang Arab. Karena memang tujuan dari kelompok ini adalah ingin menghilangkan budaya Arab dalam beragama Islam. Tetapi beragama Islam adalah dengan menggunakan budaya bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa cara- cara ibadah tersebut dapat menghilangkan budaya asli dari negara Indonesia. Jadi aliran Jemaah Islam Nusantara atau JIN sangat menghindari dan tidak menyukai arabisasi selain ritual yang mereka lakukan seperti diatas, mereka juga menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah Indonesia, menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil dari bahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia, dan mulai ada rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena beraroma tradisi Arab sehingga perlu diganti dengan kain batik agar kental dengan aroma Indonesia. Saat ini mereka juga mulai tertarik dengan pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah non-Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang “pocong”, walau bukan budaya Indonesia. Tetapi ada hal yang cukup diherannkan banyak orang dengan kebiasaan kelompok tersebut, karena walaupun mereka cenderung menolak budaya Arab, mereka tetap “fasih” berbudaya Barat. Saat ini Jemaah Islam Nusantara lebih mengedapankan misi budaya. Mereka memiliki pandangan bahwa Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk seluruh penduduk bumi, karena Islam datang dari Allah SWT, sehingga Islam di mana saja akan selalu menjadi agama "asli" yang "pribumi", dan tidak akan pernah jadi "pendatang". Jadi, Islam bukan dari Arab, namun dari langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh dunia. Mereka juga berpendapat bahwa jilbab bukan budaya Nusantara ataupun budaya dari bangsa Arab bahkan jaman dahulu bangsa Arab memakai pakaian yang cenderung terbuka maka dari itu sendiri berpandangan jilbab itu budaya yang di bawa oleh agama islam. Selain itu ucapan salam yang mereka anggap
Assalamualaikum itu berasal dari
budaya Arab mereka merubahnya menjadi salam sejahterah agar menjadi budaya Nusantara.
Hal lainnya yang menjadi perbincangan adalah mereka berpendapat bahwa ambil tilawah Quran buang langgam Arabnya maksud dari pernyataan ini adalah sudah waktunya langgam Arab di ganti dalam langgam Jawa ataupun langgam Sunda agar menjadi budaya yang lebih Nusantara. Karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan harus di baca dengan bahasa Arab maka langgam dan intonasinya harus di baca sesuai dengan langgam Arab agar terciptanya kesesuaian bacaan dan maknanya. Selanjutnya mereka ingin mempelajari Al-Quran namun hanya dengan membaca terjemahannya tanpa membaca bahasa Arabnya hal ini yang sedang di gencarkan oleh JIN untuk menjauhkan manusia dari Al-Quran karena mereka tau jiwa manusia itu berasal dari Al-Quran. Pertama, menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi. Kedua, menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil daribahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama barat dengan alasan lebih modern. Ketiga, bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena tradisi Arab, sehingga diganti dengan kain batik agar bernuansa Indonesia. Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah non-Islam. Jemaah Islam Indonesia (JIN), dalam hal ini dapat dikatakan menyimpang karena telah memenuhi syarat sebuah aliran yang sesat oleh MUI, berikut merupakan kategorikategori dimana sebuah aliran dapat dianggap sesat : 1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam. 2. Meyakini dan mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i Alquran dan sunnah. 3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran. 4. Mengingkari autentisitas atau kebenaran isi Alquran. 5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir dan menafsirkan Alquran seenaknya sesuai hawa nafsunya atau kepentingan pribadi dan golongannya. 6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam. 7. Menghina, melecehkan, dan merendahkan para nabi dan rasul. 8. Mengingkari nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah, menambah, atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, seperti haji, shalat lima waktu, dan puasa Ramadhan. 10. Mengafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya. Jadi, mengaku hanya golongannya yang benar, yang lain sesat dan kafir. Dalam pernyataan oleh MUI diatas, Jemaah Islam Nusantara (JIN) sudah dapat digolongkan ke dalam sebuah aliran yang sesat dimana telah memenuhi beberapa syarat atas kelompok yang sesat, diantaranya mengubah, menambah, atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, seperti haji, shalat lima waktu, dan puasa Ramadhan, JIN melanggar karena telah mengubah beberapa pokok-pokok ibadah Islam dengan menggantinya denagn unsur Indonesia seperti dengan memasukkan kalimat Pancasila, Indonesia, Jokowi dalam sholawatnya, penguburan mayat dengan jas, batik, dan sebagainya. Kemudian, melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir dan menafsirkan Alquran seenaknya sesuai hawa nafsunya atau kepentingan pribadi dan golongannya, mereka membuat sendiri Alquran versi Indonesia yang tanpa ada atau memasukan unsur arabnya. Untuk saat ini belum diketahui secara pasti kapan tepatnya kelompok ini berdiri. Selain itu struktur kelompok ini pun juga belum dapat kami ketahui. Karena belum ada sumber yang membahas mengenai struktural kelompok tersebut secara mendalam. Tetapi dari sumber media yang kami dapatkan, dapat diketahui bahwa kelompok tersebut sudah cukup berkembang. Walaupun aktivitas kelompok
tersebut tidak terlalu berpengaruh
pergerakannya di Indonesia. Komunikasi memang suatu hal yang tidak dapat dipisahkan oleh setiap manusia dikarenakan manusia itu sendiri butuh adanya pernyatuan pendapat. Manusia memang dalam kehidupanya itu butuh komunikasi antar manusia lainya yang kemudian menjadikan manusia itu sendiri saling bertukar infromasi dan bertukar pendapat yang kemudian menggiring kepada komunikasi kelompok. Dan menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon, yang artinya bahwa bahwa manusia itu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat.
Maka pada kasus yang kami analisis ini, menunjukan bahwa ada faktor yang melatarbelakangi munculnya kelompok tersebuat ialah keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain atau masyarakat disekelilingnya, yang artinya bahwa manusia tersebut itu perlu adanya suatu kegiatan untuk menyalurkan kesamaan pendapat, pemikiran, dan tujuan. Oleh karena itu dari setiap manusia akan membutuhkan yang namanya hidup berkelompok. Di dalam kasus tersebut yaitu Jamaah Islam Nusantara (JIN), sangat jelas terlihat bahwa kegiatan mereka mencirikan komunikasi kelompok karena adanya motif yang sama yaitu mempunyai cara pandang atau pemikiran untuk menjadikan islam di Indonesia ini menjadi islam nusantara tanpa ada campur tangan budaya dari Negara Arab Saudi dan adanya solidaritas antar anggota kelompok tersebut. Dan dalam kelompok tersebut terdapat juga norma yakni setiap anggota jemaah islam nusantara saling menghormati satu sama lain serta menjunjung tinggi kebudayaan nusantara. Menurut pandangan kami ada beberapa alasan yang menjadikan seseorang bergabung dalam kelompok Jemaah Islam Nusantara yaitu pertama karena dengan bergabung mereka akan merasa harga dirinya dan statusnya menjadi semakin tinggi di lingkungan masyarakat karena mereka menganggap bahwa apa yang mereka benar dan untuk menjaga kearifan budaya Nusantara, kedua yakni karena adanya aktivitas yang menarik dalam kelompok tersebut yaitu dalam Sholawat Nusantara yang liriknya diganti dengan kata yang mencirikan Nusantara seperti kata “shollallah ala Muhammad” menjadi “Shollallah ala Jokowi/ Indonesia/Pancasila”, yang ketiga, dengan mereka bergabung maka seseorang akan merasa memiliki kekuatan untuk meraih impianya dan harapan mereka yaitu ingin menjadikan Islam di Indonesia menjadi Islam Nusantara dan tetap menjaga budaya Indonesia. Yang keempat yakni rasa aman. Dengan mereka bergabung dalam jemaah islam Nusantara mereka mengharap akan merasa aman dan mereka tidak merasa sendiri lagi dalam menggapai harapan mereka yakni menjaga kearifan nusantara dan menjadikan Islam di Indonesia menjadi Islam Nusantara. Sedangkan yang kelima ialah pencapaian tujuan. Dengan mereka bergabung menjadi satu kelompok mereka merasa tujuan utama mereka akan mudah dicapai dibandingkan apabila sendirian dalam mencapai tujuan tersebut. 1. Teori kedekatan. Teori kedekatan merupakan sebuah teori tentang terbentuknya suatu kelompok yaitu dimana adanya atau terbentuknya suatu kelompok dikarenakan hubungan dengan orang lain dan juga kedekatan ruang dan daerahnya.
Dalam teori pembentukan kelompok Jemaah Islam Nusantara atau biasa dikenal JIN terbentuk karena adanya teori kedekatan yakni seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Dalam Jemaah Islam Nusantara sangat terlihat jelas juga bahwa mereka terbentuk karena mereka berada dalam ruang lingkup daerah yang sama yakni daerah Indonesia mereka memiliki pemahaman dan tujuan yang sama. 2. Teori keseimbangan. Teori ini menerangkan bahwa orang akan saling tertarik membentuk sebuah kelompok karena mereka memiliki ketertarikan terhadap suatu obyek yang sama atau kesamaan sikap tentang menanggapi suatu hal. Jika dianalisis dengan teori keseimbangan ini maka,
anggota kelompok JIN
mengalami pembentukan kelompok karena memiliki ketertarikan yang sama atas keinginan untuk membentuk suatu budaya agama Islam yang tidak terpengaruh dengan budaya Arab. Yaitu budaya Islam dengan unsur nusantara. 3. Teori Formasi Teori ini memiliki tiga elemen yaitu; aktivitas, interaksi, dan perasaan. Yang meksudnya adalah jika semkin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama mka akan semakin tinggi interaksi dan semakin kuat perasaan seseorang (disukai atau idak disukai). Begitu sebaliknya semakin kuat perasaan terhadap orang lain, maka akan semakin sering seseorang melakukan aktivitas bersama. Kelompok JIN ini terbentuk karena mereka ssering bertemu dan sering melakukan ritual atau kegiatan secara bersama yang kemudian akan membentuk sebuah ikatan batin diantara mereka. Dan semakin sering mereka melakukan kegiatan bersama maka akan semakin kuat pula ikatan batin atau solidaritas yang terjalin diantara mereka.
KESIMPULAN Jadi, dari hasil analisis yang telah kelompok kami lakukan, dapat diketahui bahwa Jemaah Islam Nusantara atau JIN bisa dikategorikan sebagai kelompok sosial. JIN bisa dikatakan sebagai kelompok sosial karena JIN memiliki karakteristik yang sesuai untuk bisa disebut sebagai kelompok sosial. Karakteristik tersebut adalah, JIN memiliki sebuah tujuan dan kesamaan yang menjalin ikatan batin antar anggota kelompok. Sudah diterangkan pula dalam analisis kami bahwa JIN mengalami proses pembentukan kelompok dengan didasari tiga teori. Teori tersebut adalah; Teori Pendekatan, Teori Keseimbangan, dan Teori Formasi. Suatu kelompok sosial dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, jika sudah mengalami proses pembentukan kelompok yang didasari dengan suatu alasan pembentukan kelompok. Dalam kasus kelompok JIN ini, sekumpulan orang mulai membentuk suatu kelompok didasari dngan beberapa alasan, yaitu; memiliki tujuan yang sama, memiliki ketrtarikan yang sama, melakukan motif yang sama, ikatan batin, dan beberaa alasan lain sesuai analisis dihalaman sebelumnya. Sebagai kelompok sosial pada umumnya, JIN juga memiliki ciri khas yang hanya dimiliki oleh JIN, hal tersebut seperti budaya kelompok. JIN memiliki berbagai kegiatan atau tradisi kelompok yang hanya dilakukan oleh kelompok JIN, dan menjadi suatu kekhasan bagi kelompok JIN itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab (2015). http://m.inilah.com/news/detail/2218163/jemaat-islam-nusantara-jin-sesat-menyesatkan diakses pada tanggal 10 Maret 2018 jam 13.09 WIB. Power Point mata kuliah komunikasi kelompok pertemuan ke 3 oleh Prinsia Nurul Ikasari,S.I.Kom., M.I.Kom Ketua MUI, Hasanudin AF MA. http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/02/04/o20nqa361-muiada-10-kategori-sebuah-paham-dinyatakan-sesat diakses tanggal 10 April jam 22.00 WIB.