Virus berinteraksi dengan tubuh
silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
virus merusak lapisan epitel danlapisan mukosa saluran pernafasan
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh
dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah
dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
Tahapan ISPA Secara Klinis
Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.
Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia
Perbandingan penderita ISPA Berat laki-laki dan wanita adalah 1 : 1,1 dengan angka kematian (CFR) 14,2%
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada usia balita. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA/ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari seluruh kematian balita)
penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini. Bakteri ini juga bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia.
Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius.
Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia bisa disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.
Manifestasi Manifestasi Klinis Klinis
Sering bersin
Kesulitan bernafas
Hidung tersumbat atau berair
Badan menggigil dan demam tinggi
Paru-paru terasa terhambat
Tingkat oksigen dalam tubuh rendah
Batuk dan sakit tenggorokan
Kesadaran menurun / pingsan
Merasa lelah dan demam
Bibir / kulit membiru
Badan sakit-sakit
Pengobatan 1. ANTIBIOTIKA a. Gol. Penisilin :
Mekanisme : memiliki aksi bakterisidal dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri. Spektrum aktifitas : Untuk infeksi Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae serta aksi yang kurang kuat terhadap Enterococcus faecalis. Contoh : Amoxicillin, Ampisilin
b. Gol. Sefalosporin :
Mekanisme : berikatan dengan penicilin protein binding (PBP) yang terletak di dalam maupun permukaan membran sel sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang berdampak pada kematian bakteri. Spektrum aktifitas tergantung generasi
c. Gol. Makrolida
Spektrum aktfitas : Gram positif coccus seperti Staphylococcus aureus, coagulase-negatif staphylococci, streptococci β-hemolitik dan Streptococcus spp. lain,enterococci, H. Influenzae, Neisseria spp, Bordetella spp, Corynebacterium spp, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella spp. Contoh : Eritromisin, Azitromisin, rokstromisin
e. Gol. Quinolon Mekanisme : menghambat DNA-gyrase. Spektrum aktifitas : Enterobacteriaceae, P. aeruginosa, srtaphylococci, enterococci, streptococci. Contoh : Siprofloksasin, Ofloksasin, levofloksasin.
f.
Gol. Sulfonamida
Mekanisme : Sulfametoksazol : menghambat sintesis asam folat. Trimetoprim : menghambat reduksi asam dihydrofolat menjadi tetrahydrofolat sehingga menghambat enzim pada alur sintesis asam folat. Spektrum aktifitas : gram negatif seperti e. coli, klebsiella, enterobacter sp, M morganii, P. mirabilis, P.vulgaris, H. Influenza, salmonella serta gram-positif seperti S. Pneumoniae,Pneumocystis carinii., serta parasit seperti Nocardia sp. Contoh : Kotrimoksazol (Sulfametoksazol dan Trimetoprim)
d. Gol. Tetrasklin
Mekanisme : blokade terikatnya asam amino ke ribosom bakteri (sub unit 30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik Spektrum aktifitas : gram positif, gram negatif, chlamydia,mycoplasma, bahkan rickettsia. Contoh : Generasi I :Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Klortetrasiklin. Generasi II : Doksisikln, minosikln
c. Kortikostesoid
2. Terapi Supportif
Untuk mengurangi oedema subglotis dengan cara menekan proses inflamasi lokal. Contoh : Dexamethason
a. Analgesik Antipiretik
Untuk letargi, malaise, demam terkait infeksi pernapasan. Contoh : Parasetamol, Aspirin, Ibuprofen
b. Antihistamin
Untuk Rhinitis akut Contoh : generasi pertama yang terdiri dari chlorpheniramine, diphenhydramine, hydroxyzine dan generasi kedua yang terdiri dari astemizole, cetirizine, loratadine, terfenadine, acrivastine.
d. Dekongestan
sebagai terapi simtomatik pada beberapa kasus infeksi saluran nafas karena efeknya terhadap nasal yang meradang, sinus serta mukosa tuba eustachius. Contoh : pseudoefedrin, fenilpropanolamin yang digunakan secara oral serta oxymetazolin, fenilefrin, xylometazolin yang digunakan secara topikal.
e. Mukolitik untuk mengencerkan mukus yang kental, sehingga mudah dieskpektorasi. Contoh : Acetylcysteine, Bromhexin, Guiafenesin.
f. Antitusif untuk mengurangi gejala batuk akibat berbagai sebab termasuk infeksi virus pada saluran napas atas. Contoh : Kodein, Dekstrometorfan, Noskapin
Beri tubuh cairan yang cukup, minimal minum air putih 8 gelas / hari
Selalu cuci tangan dengan menggunakan air dan sabun
Hindari tempat rami dan padat, terutama banyak polusi dan area merokok
Usahakan makan yang teratur dan 4 sehat 5 sempurna
Istirahatkan cukup
tubuh
yang