Makalah
Islam dan Tantangan Global diajukan sebagai tugas uts mata kuliah Studi Islam
Maulana Wahid Abdurrahman 108091000031
Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 M/1430 H
BAB II
Islam
Islam atau al-Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw berpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah Swt1. Menurut wikipedia Indonesia, Islam adalah berserah diri kepada tuhan, yaitu agama yang percaya adanya satu Tuhan.2 Namun menurut Abu A'la al Maududi, Islam bukanlah nama dari suatu keyakinan yang unik yang untuk pertama kalinya oleh Muhammad Saw. Oleh karena itu, Muhammad Saw tidak dapat kita sebut sebagai pendiri agama Islam. Al Quran telah menyatakan secara sangat jelas bahwa Islam-pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah Swt- adalah satu-satunya keyakinan yang terus diwahyukan sejak awal kejadiannya, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa -para Nabi yang tampil pada masa tempat yang berbeda- semuanya menyampaikan hal yang sama. Mereka bukanlah para pendiri dari keyakinan-keyakinan yang berbeda. Masing-masing dari mereka mengulangi kembali keyakinan yang telah disampaikan oleh pendahulunya.3
Dari berbagai pendapat diatas, kita simpulkan bahwa Islam merupakan agama (seperangkat aturan) yag diberikan oleh Allah swt kepada manusia agar dapat hidup sesuai perintah Allah sehingga tugas manusia sebagai khalifah fil ard dapat terlaksana. Kemudian, apa yang membedakan Muhammad Saw berbeda dengan Nabi-nabi lain? Muhammad adalah nabi yang terakhir. Melalui Muhammad Saw, Allah Swt menghidupkan kembali keyakinan asli yang sama, yang telah disampaikan oleh semua Nabi-nabi sebelumnya.4 Tugas-tugas Muhammad Saw pun sama dengan para rasul sebelumya, yaitu membasmi syirik, menghidupkan tauhid, memerangi kehinaan dan keterbelakangan, menggalakkan kemuliaan dan kemajuan.5 Sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, terjadi kerusakan moral yang begitu parah d bumi ini. Penyembahan berhala, menyamakan derajat wanita sama dengan hewan, adu nasib dengan perjudian, dan sejenisnya menjangkit di seluruh penjuru dunia. Muh. Rawwas Qol'ahji, membagi kezaliman dan kesesatan pada masa itu sebagai berikut : 1. Kezaliman politik, Kekuasaan terhadap manusia dimonopoli oleh komunitas tertentu diatara mereka, Komunitas ini senang memaksakan kehendak terhadap rakyat, tanpa memberikan hak kepada siapapun untuk mengungkapkan pendapatnya dalam menyelesaikan program dan cara kerja peguasa. Keadaan seperti itulah yang terjadi pada kerajaan Romawi, Persia dan begitu pula negeri-negeri lain pada waktu itu. 2. Kezaliman Sosial, Hanya kelas sosial tertentu yang bisa menjadi pemimpin dalam masyarakat. Di Romawi, Masyarakat dibagi menjadi dua kelas, bangsawan dan rakyat jelata, tuan dan 1 2 3 4 5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia cet.1, 1988 Http:id.wikipedia.org/wiki/islam.htm Altar Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1995)Cet 2, hal.3. Lihat pula : Al Quran (46:9), (3:19,67,83-85), (2:128,131-133), (12:101), (5:44,111), (27:44). Altar Ghauhar, loc.cit. Zainal A. Djamaris, Islam : Aqidah dan Syariah I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996) hal.1
hamba. Sehingga di negara Romawi ada dua jenis undang-undang. Undang-undang untuk kalangan Bangsawan disebut undang-undang Romawi, sedang untuk daerah kolonial dan rakyat disebut undang-undang proletariat. Diantara undang-undang itu terdapat perbedaan yang mencolok. Persia menggunakan undang-undang berasaskan paganisme. Sedangkan bangsa Arab pada waktu itu tidak memiliki undang-undang dalam mengatur sistem kehidupan. 3. Kezaliman Ekonomi, Masyarakat dan Negara-negara belum berpikir untuk membuat peraturan untuk pendistribusian kekayaan yang adil bagi semua rakyat, maka lahir disatu sisi kelas sosial yang memiliki kekayaan yang timpah ruah, sedang disisi lain tidak terdapat kekayaan sama sekali. Sehingga kekuasaan dpegang oleh orang yang memiliki kelas sosial(kekayaan) tinggi. Oleh karena itu, mereka dengan leluasa memuaskan sifat rakusnya, bertansaksi bisnis dengan cara riba, mengundi nasib dengan berjudi dan sebagainya. 4. Kesesatan Akidah, Orang Romawi yang beragama Nasrani berkeyakinan bahwa Allah adalah satu diantara tiga, Isa anak Allah dan didalam diri Isa terdapat dua sifat, Sifat Ketuhanan ( Lahut), dan sifat Kemanusiaan (Nasut).Sedangkan orang-orang Persia berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada dua: Ahuramazda (Tuhan kebaikan) dan Ahriman (Tuhan kegelapan). Orang-orang arab menyembah banyak Tuhan (politeisme) disamping Allah. Kesesatan-kesesatan akidah ini pasti berdampak pada terjadinya penyimpangan dalam beribadah, bahkan seringkali peribadatan mereka ini lucu. Misalnya, shalat orang-orang arab paganisme yang berupa tepukan tangan dan siulan, keduanya tidak memiliki arta dan tujuan. Haji mereka dipisahkan antara penduduk Mekkah asli dengan para pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal. Orang Mekkah ketika thawah di kakbah tetap memakai pakaiannya, sedang orang pendatang ketika thawaf di kakbah dalam keadaan telanjang. Ketika musim haji orang mekkah kalau memasuki rumah melalui pintu depan, sedang orang pendatang lewat pintu belakang. 5. Kesesatan-kesesatan pemikiran, Mengingat akal dibelenggu dan ditutupi cadar hitam, maka tidak dapat melihat dengan jelas, tidak mampu membedakan warna dengan tepat, dan pikiran menjadi lemah. Bahkan pemikiran sampai pada substansi yang terbalik. tidak mengerti bahwa batu tidak bisa mendekatkan seseorang kepada Allah, sebab yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah adalah ikhlas dan amal shaleh (sesuai dengan ketentuan dari Allah). 6. Kesesatan-kesesatan dalam jiwa, Masyarakat-masyarakat yang ada waktu itu tidak dibangun diatas asas persaudaraan. Dan inilah yang menyebabkan hilangnya kejernihan jiwa mereka. Bahkan, masyarakatmasyarakat tersebut dibangun atas dua dasar, yaitu pemaksaan, yakni yang kuat memaksakan yang lemah dan aspek manfaat (kepentingan sepihak), asas inilah yang menumbuhkan egoistis
dan meremehkan orang lain.6
Begitulah keadaan yang dialami umat manusia pada saat itu, berbagai macam kekacauan dan kerusakan manusia terjadi. Semua itu diakibatkan oleh sistem kehidupan yang mengingkari perintah Allah dan Rasulnya. Manusia sebagai hamba dan mahluk sosial merupakan dua jenis jatidiri yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Sebagai hamba kita wajib beribadah kepada Tuhan pencipta alam. Sebagai mahluk sosial, kita pun dituntut untuk berinteraksi dengan sesama manusia guna tercapainya maslahat bagi kehidupan manusia. Beribadah kepada Allah Swt jelas harus sesuai dengan perintah dan aturannya, agar amalan kita dapat diterima oleh Allah. Pun, ketika kita berinteraksi sosial dengan sesama manusia lainnya, kita pun harus memenuhi aturan yang berlaku. Kemudian aturan yang bagaimana yang bisa mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya? Apakah aturan tersebut dihasilkan oleh manusia, ataukah aturan tersebut bersumber dari Tuhan pencipta alam yang menugaskan kita sebagai pemimpin di muka bumi7?. Kita semua tahu bahwa Muhammad Saw datang dengan membawa risalah kenabian, dengan risalah tersebut Muhammad Saw mengubah peradaban yang dahulu begitu jauh dari kemajuan (jahiliah) menuju sebuah peradaban yang begitu terang dengan aturan dan tuntunan dari Tuhan semesta alam, yakni Allah swt. Revolusi yang besar ini berdampak pada kemajuan spiritual, akhlak dan intelektual sehingga membuat martabat manusia mulia di sisi Allah swt dan tentunya disisi manusia. Muhammad Saw sebagai pribadi yang mulia dan merupakan uswah (suri tauladan) yang baik8 telah dipilih Allah Swt sebagai pembawa dan pemberi penjelasan aturan-aturan yang Allah berikan kepada manusia sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan. Sehingga Islam bukan saja mengatur hubungan manusia dengan Allah, namun islam juga mengatur hubungan dengan n dirinya dan dengan sesama manusia.9 Hal ini berbeda dengan agama lainnya yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja atau dengan sistem kehidupan sosialisme dan kapitalisme yang hanya mengambil peraturan bagi hubungan manusia dengan manusia lainnya tanpa memperdulikan hubungan manusia dengan Tuhannya.10 Jika demikian, berarti Islam bukan hanya sebagai pegantar bagi hubungan kita dengan Tuhan Semesta Alam, Allah Swt. Tetapi juga, Islam merupakan jalan hidup (way of life) yang mengatur kita sejak lahir kedunia hingga kematian menjemput kita. Dengan Al Quran dan Sunnah RasulNya, Allah dan Rasulnya memerintahkan kita agar berpedoman kepada keduanya, agar hidup 6 Muh. Rawwas Qol'ahji, Sirah Nabawiyah,(Bangil: Al Izzah, 2004), hal 6-9. 7 Al Baqoroh : 30 8 Al Ahzab : 21 9 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azhar Press,2007), Cet.2, hal. 1. 10 Ibid. Hal. 32-33
kita tercipta kedamaian dan tujuan hidup yang jelas.11 Hubungan manusia dengan Tuhannya mencakup dalam hal akidah dan ibadah. Kemudian An Nabhani menjelaskan bahwa : Hubungan manusia dengan dirinya mencakup dalam perkara akhlak, makanan dan pakaian. Hubungan manusia dengan sesamanya terrcakup dalam masalah muamalah dan uqubat (sangsi). Dengan demikian islam merupakan mabda (prinsip ideologis) yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam bukan berupa teologi. Bahkan tidak ada kaitannya sedikitpun dengan sistem kepastoran. Islam menjauhkan otokrasi/teokrasi (kediktatoran pemerintahan agama). Di dalam islam tidak ada istilah (sekelompok) ahli agama, juga tidak dijumpai istilah ahli politik. Setiap orang yang memeluk agama Islam disebut kaum muslimin. Semuanya sama dihadapan agama. Jadi, di dalam Islam tidak ada istilah rohaniwan ataupun teknorat. Selanjutnya yang dimaksud dengan aspek kerohanian dalam Islam adalah bahwa segala sesuatu ialah makhluk bagi khaliqnya, yang teratur mengikuti perintah dan khaliq. Kemudian An Nabhani menjelaskan bahwa berdasarkan tinjauan yang mendalam tentang alam, manusia dan hidup serta apa-apa yang berada disekitarnya dan yang berkaitan dengannya, maka manusia dapat membuktikan kekurangan, kelemahan, dan ketergantungan dirinya. Inilah yang berarti manusia memiliki sifat yang terbatas. Kemudian, dalam menjalankan kehidupannya, manusia
memerlukan suatu sistem yang
mengatur naluri dan kebutuhan jasmaninya. Tentu saja aturan itu tidak mungkin berasal dari manusia, karena ia lemah dan tidak mampu mengetahui segala sesuatu. Juga karena pemahaman manusia terhadap tata aturan sangat mungkin sekali terjadi perbedaan, perselisihan, dan pertentangan. Suatu hal yang hanya akan melahirkan tata aturan yang saling bertentangan, yang membawa akibat kesengsaraan pada manusia. Oleh karena itu, peraturan tersebut haruslah berasal dari Allah SWT. Konsekuensinya, manusia harus menyesuaikan seluruh amal perbuatannya dengan peraturan yang bersumber dari Allah SWT. Hanya saja apabila dalam mengikuti peraturan ini didasarkan hanya pada manfaat peraturan, bukan didasarkan pada kesadaran bahwa peraturan bersumber dari Allah, tentu tidak terdapat aspek kerohanian di dalamnya. Berdasarkan hal ini, hendaknya seluruh amal perbuatan manusia diatur berdasarkan perintah dan larangan Allah yang dilandasi oleh kesadaran manusia terhadap hubungannya dengan Allah SWT, sehingga akan terwujudlah ruh dalam amal-amal perbuatannya. Dengan kata lain haruslah ada kesadaran akan hubungannya dengan Allah, kemudian dengan kesadaran ini manusia akan menyesuaikan seluruh amal perbuatannya sesuai dengan perintah Allah dan larangan-Nya. Sehingga ruh akan nampak pada saat melakukan setiap amal perbuatannya. Sebab, arti ruh itu adalah kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan menggabungkan ruh dengan materi adalah terwujudnya kesadaran akan hubungannya dengan Allah, tatkala ia melakukan amal perbuatan. Dengan demikian, manusia akan menyesuaikan setiap amal 11
Annisa : 58-59
perbuatannya dengan peintah Allah dan larangan-Nya berdasarkan kesadaran akan hubungannya dengan Allah.12
Begitulah islam sebagai konsep (ideologi) yang mengatur aspek kehidupan termasuk sosial, ekonomi, hukum dan politik. Dalam khasanah peradaban islam selama 13 abad lamanya, islam telah mempengaruhi peradaban dunia dengan penguasaan spiritual, intelektual dan teknologi. Keagungan syariat islam yang berhasil membangun dream civilization, tidak bisa melepaskan kodratnya dalam guidance sang pencipta. Allah swt telah menetapkan islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia (rahmatan lil alamin). Ayat-ayat di Al Quran menunjukan bahwa islam di design sebagai rahmat dan anugrah bagi seluruh umat manusia. Rahmat islam tidak bersifat ekslusif. Ia tidak hanya dirasakan oleh kaum muslimin, tetapi juga oleh semua manusia yang berada di bawah naungan syariat. Pengaruh peradaban islam tersebut pun masuk kedaratan eropa. Waktu itu islam menjadi pemimpin dunia, sehingga disegani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat eropa, sampai banyak masyarakat eropa pun yang belajar dari orang-orang islam. Sampai kini pun orang barat mengakui betapa agungnya peradaban islam yang di bangun pada saat itu. Salah satunya Caroline Fiorena, ia adalah salah salah satu tokoh bisnis amerika, yang juga CEO Hawlett-Packard Company. Pada tanggal 26 september 2001 di minneapolis, minnesota, ia menyampaikan pidato dihadapan para pemimpin bisnis internasional. Ia menutup speech-nya dengan menyampaikan pujian dan sanjungan positif terhadap peradaban islam. Tidak hanya itu, ia bahkan menyeru para peserta forum, kalangan bisnis elit yang baru saja terpukul dengan runtuhnya World Trade Centre, agar meniru model kepemimpinan dalam islam.13 Namun, saat ini umat islam terpuruk dan tertinggal dari bangsa eropa dalam berbagai bidang, baik dari akidah, intelektual dan teknologi. Dalam bidang akidah, umat islam dihadapkan dengan proses sekularisasai (pemisahan agama dan kehidupan) dan kristenisasi di negara-negara miskin. Di bidang intelektual, umat islam kalah dalam proses pengembangan sains dan ilmu pengetahuan. Di bidang teknologi, umat islam di bombardir dengan kemajuan teknologi barat yang mengguanakan teknologi tidak sebagaimana mestinya. Islam kini dianggap agama yang tidak mensejahterakan dan juga dianggap agama yang tidak mendorong terjadinya kemajuan. Akhirnya, umat islam banyak yang lari dari islam, bahkan malu disebut sebagai umat islam. Dari sinilah saya mencoba membuat gambaran umum bagaiman islam menjawab tantangan global pada masa kini.
12 13
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup Dalam Islam, (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2003),hal. 99-100 Majalah Al wa'ie, mengkritisi budaya kapitalisme, hal 6 edisi Desember 2008
BAB II
Tantangan Global
Umat Islam -seperti yang dijelaskan sebelumnya- sebagian telah kehilangan identitasnya, dalam berbagai hal kaum muslimin dengan non muslim sulit terlihat adanya perbedaan. Sebagai contoh kita bisa melihat para muslimah saat ini, mereka mengenakan pakaian yang serba minim, mencontoh kebudayaan barat yang notabene tidak sesuai dengan syariat islam. Kaum prianya sudah
tidak malu menggoda kaum muslimah di jalan, atau mudah melecehkan mereka dalam hal keseharian. Para anak mudanya Selain itu, adanya sifat individualisme yang merupakan hasil dari materialisme telah mengakar pada diri umat islam. Muslim kini tidak lagi memikirkan nasib muslim lain, yang dipikirkan hanyalah dirinya sendiri. Padahal Rasulullah saw telah menitipkan pesan kepada kita bahwa umat islam itu laksana satu tubuh. Satu bagian mengokohkan bagian lainnya, jika salah satu ada yang sakit maka tubuh yang lain pun merasa sakit. Dari individualistik tersebut kemudian muncul nasionalisme, jika umat islam yang dulu bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah, kini umat islam terbagi-bagi dalam sekat negara bangsa yang lemah. Bukan hanya itu, pemikiran dan hukum yang diterapkan sudah terbaratkan (westernisasi) contohnya saja seorang muslim berpendapat bahwa quran diragukan orisinalitasnya, mengkritisi dalil-dalil qat'i yang ada pada alquran, dan bahkan mengubah hukum yang bersifat qat'i dalam alquran, padahal keyakinan terhadap al Quran merupakan pemikiran yang asasi dalam islam. Dalam hukum, kaum muslimin menjadikan peraturan barat(sekuler-kapitalis), yang notabene tidak sesuai dengan islam, sebagai standar hukum yang diterapkan dalam kehidupan. Menapa demikian? Karena sudah hilang dalam benak kaum muslimin bahwasanya islam memiliki seperangakat aturan dalam kehidupan yang menjadi solusi dalam berbagai masalah kehidupan. Mereka tidak lagi berpijak pada alquran dan assunah, karena mereka pikir alquran dan assunah sudah tidak relevan lagi bagi kehidupan pada saat ini. Bahkan dalam akademisi, hilangnya kesadaran ideologis dalam perkajian ilmu pengetahuan, mempelajari ilmu pengetahuan seolah-olah bukan mempelajari hakekat adanya pencipta, namun justru menjadikan mereka jauh dari Sang Pencipta (sekuler). Hal ini karena hegemoni peradaban Barat yang sekuler-kapitalis ke dunia global, termasuk negeri-negeri islam. Disamping itu, banyak para sarjana-sarjana muslim belum mampu memberikan solusi bagi kehidupan umat islam, bahkan sebagian diantaranya merusak kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam islam. Inilah beberapa tantangan yang dihapi umat islam pada saat ini dimana cara berpikir barat telah merusak, mendominasi, dan menggantikan kaidah berpikir kaum muslimin. Secara garis besar tantangan umat islam pada masa kini sebagai berikut : 1. Sekularisasi 2. Dekonstruksi Aqidah dan Syariah 3. Kristenisasi 4. Kapitalisme di bidang ekonomi 5. Dominasi media barat
1. Sekularisasi Sekular menurut Nurcholis Madjid berasal dari bahasa latin, yaitu saeculum yang artinya zaman sekarang ini. Kemudian kata saecelum ini sebenarnya adalah salah satu dari dua kata latin yang berarti dunia. Kata lainnya mundus. Tetapi jika saeculum adalah kata waktu, maka mundus adalah sekarang.14 Sekulerisasi ini beranggapan bahwa agama dan kehidupan duniawi hendaknya dipisahkan. Agama hanya mengatur hubungan dengan dirinya dan Tuhan saja, tidak mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Paham sekuler ini pertama mulai mendunia ketika Harvey Cox, menulis sebuah buku berjudul “ The Seculer City”, kemudian menurut Cox, bahwa sekularisasi adalah akibat logis dari dampak kepercayaan Bible terhadap sejarah. Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam Bible yang menjadi kerangka asas menuju sekulerisasi, yaitu “disentchantmen of nature” yang dikaitkan dengan penciptaan (Creation), “desacralization of politics” dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum yahudi dari Mesir, dan “deconsecration of values” dengan perjanjian sinai (Sinai Covenant). Jadi menurut Cox, sekularisasi adalah pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari 'dunia lain menuju dunia kini. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata Cox, maka kaum kristen tidak seyogyanya menolak sekulerisasi. Sebab sekulerisasi merupakan konsekuensi otentik dari kepercayaan bible. Maka, tugas kaum kristiani adalah menyokong dan memelihara sekulerisasi.15 Syamsudin Arif lebih lanjut menjelaskan bahwa : Sejarah sekularisasi dimulai dari kekecewaan barat terhadap dominasi gereja dalam segi kehidupan masyarakat yang bermula sekitar 250 tahun yang lalu. Proses sekularisasi bermula dari pergolakan pemikiran dan pertarungan gagasan, seperti dalam kasus Copernicus, Galileo, Darwin dan para saintis lain yang menentang gereja. Begitu juga dibidang teologi muncul tokoh-tokoh seperti Eichhorn dan Strauss yang menerapkan beberapa metode historis kritis dalam kajian bibel. Jawaban lainnya berusaha memperjelas sekularisasi dalam rangka modernisasi, seperti perubahan masyarakat dari agraris ke industri, dari kehidupan pedesaan ke perkotaan, dari kebiadaban menjadi peradaban, dan seterusnya. Sekularisasi dai Barat, seperti diakui oleh para ahli, sebenarnya bertolak dai ajaran kristen sendiri. Dalam injil Matius XXII:21 tercatat ucapan yesus :”Urusan kaisar serahkan saja pada kaisar, urusan Tuhan serahkan kepada Tuhan.” Implikasinya, agama tidak perlu campur tangan dalam masalah politik. Dari sinilah kemudian muncul dikotomi antara regnum dan sacerdotium, pemisahan antara kekuasaan raja dan Otoritas gereja, antara agama dan negara. Doktrin ini dikembangkan oleh St. Agustin yang membedakan kota bumi (civitas terrena) dan Kota Tuhan (civitas dei). Faktor lain 14
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoi Kristen ke Dominasi Sekular Liberal, (Jakarta: GIP,2005), hal.12 15 Ibid.
yang mendorong sekularisasi di barat ialah gerakan reformasi Protestan sejak awal abad ke-16, sebuah reaksi terhadap maraknya korupsi di kalangan Gereja yang mengatakan telah memanipulasi dan memolitisasi agama untuk kepentingan pribadi. Maka tidaklah berlebihan bahwa sekularisasi dibarat adalah proses wajar dan niscaya bagi masyarakatnya.16
Proses sekularisasi barat ini kemudian menjalar ke dunia islam, dimana negeri-negeri muslim dikuasai dan dijajah oleh negara-negera barat. Contohnya di India, mereka di jajah oleh Inggris dan secara bertahap pemerintah kolonial inggris mencabut undang-undang Islam dan menggantikan hukum mereka. Akhirnya, mulai tahun 1870 Masehi, penerapan hukum islam di India hanya sebatas urusan-urusan pribadi, seperi perkawinan dan warisan.17 Hal yang sama pun terjadi pada negeri-negeri muslim lainnya. Proses sekularisasi pun dibuat agar mudah diterima oleh masyarakat dengan menggunakan istilah lain yang lebih halus dan mengelabuhi, seperti modernisasi, pembangunan, demokratisasi, liberalisasi, dan lain sebagainya sehingga masyarkat muslim saat itu sadar atau tidak sadar telah terjangkit virus sekular yang terus tumbuh subur dalam kehidupan kaum muslimin. Proses westernisasi ini juga didukung oleh sejumlah pemikir liberal pada saat itu, seperti Sir Sayyid Akhmad Khan, Nawwab Abd Latif, Mustafa Khan, dan Khuda Bakhsh. Isu yang digarap termasuk masalah akidah. Sayyid Akhmad Khan misalnya, menganggap Bibel masih murni dan utuh, jihad tidak relevan, hadits tidak perlu, ayat-ayat al-Quran yang diturunkan di Mekah lebih penting daripada ayat-ayat yang diturunkan di Madinah, tafsir al Quran harus rasional, mi’raj nabi saw hanyalah vision, dan agama harus ditarik dari ruang publik.18 Proses sekularisasi yang paling nyata terlihat adalah di Turki. Dalam hal ini Syamsudin Arif menjelaskan bahwa : Kekalahan pada perang Rusia tahun 1774 dan kegagalan mempertahankan Mesir dari invasi Napoleon tahun 1798 telah memaksa Khilafah Utsmani untuk melakukan modernisasi militer, ekonomi, sosial, lewat serangkaian program yang disebut Tanzimat: dari penghapusan pasukan khusus (jannisaries), pembubaran takekat BektashiI, regulasi pajak langsung, hingga undangundang anti diskriminasi sipil. Modernisasi ini kemudian dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Attaturk setelah merebut kekuasaan pada tahun 1923. Dia melakukan de-Islamisasi secara besar-besaran dengan ‘enam anak panah’ (Alti Ok): yaitu, republikalisme, nasionalisme, prinsip kenegaraan, prinsip polpulisme sekularisme dan prinsip revolusionisme.19 Dari gagasan tersebut sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada Tanggal 3 Maret 1924, Khilafah Utsmaniah yang telah berkuasa selama lebih dari 700 tahun (1299-1922 M) itu 16 17 18 19
Syamsudin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta:Gema Insani Press,2008), hal 86 -87 Ibid. Hal. 91 Ibid. Ibid. hal.92
resmi dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama, tarekat sufi dan pondok-pondok pesantran dibubarkan. Pakaian ala barat digalakkan, poligami dilarang, dan undang-undang baru (ala Swiss untuk hukum sipil dan ala Italia untuk hukum pidana, ala Jerman untuk hukum perdata) mulai resmi diberlakukan, menggantikan undang-undang (syariat) Islam. Huruf Arab diganti dengan latin, kalender Hijriah diganti dengan kalender Masehi, dan segala yang berbau Arab atau bercirikan Islam dilecehkan sebagai keterbelakangan, kemunduran, kebiadaban. Siapa yang berani mempersoalkan sekularisme dituduh sebagai pengkhianat negara, tidak rasional, dan sektarian.20 Di Indonesia. Proses sekularisasi proses sekularisasi bermula sejak zaman belanda. Pemerintah belanda melarang ekspresi keagamaan, terutama Islam, yang bagi rakyat Nusantara bukan saja sebagai agama, melainkan ideologi, gerakan, bahkan sebagai napas kehidupan. Atas saran Snouck Hurgronje, Belanda mendukung Islam dalam ritual keagamaan, namun dalam melarang keras dalam lingkungan politik, dibuatlah sekolah-sekolah sekular untuk pribumi dan sebagainya.21 Hasil proses sekularisasi belanda ini terlihat ketika awal kemerdekaan indonesia, tarik menarik falsafah negara antara tokoh-tokoh sekular nasionalis yang menolak piagam jakarta dan tokoh-tokoh Islamis yang bersikukuh mempertahankan pancasila sesuai Piagam Jakarta, dimana terdapat kalimat tambahan,”dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya”. Yang akhirnya dimenangkan kaum nasionalis. Pada saat orde baru usaha untuk melemahkan peran agama dalam kehidupan dilakukan besar-besaran oleh rezim Soeharto. Antara lain dengan adanya normalisasi kehidupan kampus, program Pancasila dan P4, Mewajibkan pegawai negeri untuk memilih Golkar dalam pemilu, program ABRI masuk desa yang kemudian dibuat untuk mengawasi dan membekukan unsur-unsur anti-Pancasila di masyarakat dan lain sebagainya. Hasilnya, pada saat ini, sebagian besar umat Islam, khususnya di Indonesia, pada saat ini telah lupa bahwa islam memiliki falsafah hidup (syariat) yang harus dijalankan dalam berbagai sendi kehidupan. Mereka hanya mengenal Islam dalam kerangka spiritual semata, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Mereka merasa cukup mempelajari Islam hanya dengan membaca al-Quran saja, tanpa mau mencari kandungan yang ada didalam al Quran. Para pemuda muslim pun banyak yang tidak tahu menahu tentang islam, enggan menerima islam, bahkan mereka menganggap bahwa islam tidak menjawab tantangan zaman, dalam bahasa sekarang gak gaul, jadul, dan lain sebagainya. Pemuda yang belajar pada pesantren dianggap pemuda kuno yang tidak mengerti tentang kehidupan duniawi. Belajar Islam dianggap tidak berarti apa-apa karena tidak menghasilkan material yang berguna bagi diri sendiri. Inilah hasil dari proses sekularisasi yang menghasilkan pribadi materialisme. Materialisme 20 Ibid. hal.93 21 Ibid. hal.96
yang hanya melihat dari sisi materi(duniawi) semata, tanpa melihat hakikat dibalik kehidupan yang sesungguhnya, yakni menjalankan ibadah kepada Allah Swt. Inilah tantangan terbesar bagi umat Islam pada saat ini, yakni sekularisme yang menjadi akar masalah yang membuahkan masalahmasalah lain. 2. Dekonstruksi akidah dan Syariah Karena proses sekularisasi yang masif terhadap kaum muslimin, terjadilah banyak masalah baru yang dihadapi kaum muslimin. Salah satu implikasi dari proses tersebut adalah terjadinya dekonstruksi akidah dan syariah oleh barat maupun oleh kaum muslimin sendiri. Banyak wacanawacana baru seputar liberalisme, pluralisme agama, feminisme dan isu gender, dan sebagainya. Liberalisme berasal dari bahasa latin, liber, yang artinya bebas atau merdeka. Pakar sejarah barat biasanay menunjuk moto Revolusi Prancis sebagai 1789- kebebasan, kesetaraan, persaudaraan (liberte, egalite, fraterite) sebagai piagam agung (magna charta) liberalisme modern. Menurut H. Grubber, prinsip liberalisme yang paling mendasar pernyataan bahwa tunduk kepada otoritasapapun namanya- adalah bertentangan dengan Hak asasi, kebebasan, dan harga diri manusia- yakni otoritas yang akarnya, aturannya, ukurannya, dan ketetapannya ada diluar dirinya. Liberalisme telah dikembangkan oleh para pemikir dan cendekiawan barat, diantaranya di Inggris (Lucke dan Hume), di Prancis (Rousseau dan Diderot) dan di Jerman (Lessing dan Kant).22 Kaum liberal menuntut kebebasan individu yang seluas-luasnya, menolak klam pemegang otoritas Tuhan, dan menuntut penghapusan hak-hak istimewa gereja maupun raja. Dalam ranah politik, Liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang berlawanan dengan dan menentang ‘mati-matian’ sentralisasi da absolutisme kekuasaan. Dalam wilayah sosial, liberalisme berarti emansipasi wanita, penyetaraan gender, pupusnya kontrol sosial terhadap individu dan runtuhnya nilai-nilai kekeluargaan. Sedangkan dalam urusan agama, liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan mengamalkan apa saja, sesuai kecenderungan dan kehendak dan selera masing-masing. Bahkan, lebih jauh lagi liberalisme mereduksi agama hanya menjadi urusan privat. Artinya, konsep amar ma’ruf dan nahi munkar bukan saja dinilai tidak relevan, bahkan bertentangan dengan semangat liberalisme.23 Pada awalnya liberalisme berkembang dikalangan Protestan kemudian berkembang di kalangan katolik. Di kalangan Islam liberalisme berhasil masuk ke kalangan cendikiawan yang konon dianggap sebagai “pembaharu”. Mereka yang menjadi liberal antara lain: Rifa’ah at-Tahtawi (1801-1873 M) dari Mesir, Ali Abdur Raziq (1888-1966 M) dari Mesir, Qasim Amin (1863-1908), 22 Ibid. Hal 76-77 23 Ibid. Hal 77
dan Sayyid Akhmad Khan (1817-1898 ) dari India. Pada Abad kedua puluh muncul pemikir-pemikir yang tidak kalah liberal sepeti Fazlur Rahman, Moh. Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Moh. Shahrour dan pengikut-pengikutnya di Indonesia.24 Pemikiran dan pesan-pesan yang dijual oleh para tokoh liberal itu sebenarnya kurang lebih sama saja. Ajaran Islam harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, al- Quran dan al-Hadits mesti dikritisi dan ditafsirkan ulang menggunakan pendekatan historis, hermeneutis, dan sebagainya. Perlu dilakukan modernisasi dan sekularisasi dalam kehidupan beragama dan bernegara, tunduk pada aturan pergaulan international berdasarkan Hak Asasi Manusia, pluralisme dan lain-lain.25 Liberalisasi memiliki dampak besar bagi pemikiran dan ajaran islam, beberapa “cendekiawan” muslim bahkan mengeluarkan gagasan pluralisme yang menganggap semua agama benar atau kebenaran bukan merupakan monopoli agama tertentu. Mereka menganggap yang terpenting dalam beragama ialah subsatansinya, yaitu mengajarkan kebaikan. Padahal jelas setiap agama memiliki aqidah tentang konsep ketuhanan, kitab suci dan kenabian sehingga agama bukan hanya mengurusi masalah moralitas semata, namun masalah tentang kepercayaan kepada Tuhanlah yang merupakan konsep beragama. Dengan liberalisasi umat Islam diguncangkan dengan para pemikir Islam sendiri, para “cendekiawan” yang seharusnya membawa umat islam untuk berpikir mengikuti al-Quran dan asSunah agar mencapai hidup yang bahagia, malah membawa umat ini menjadi rancu dalam menjalankan ajaran agamanya.
3. Kristenisasi Selain penjajahan intelektual terhadap pemikiran islam, virus kristenisasi yang di dengungdengungkan ole gereja menggema di dunia islam. Para Missionaris yang merupakan utusan dari gereja memasuki negeri-negeri muslim dan melakukan proses kristenisasi secara masif terhadap umat islam. Missionaris (kristenisasi) juga merupakan salah satu faktor dalam meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah dengan melencengkan aqidah umat islam baik dengan cara berpura-pura maupun dengan cara terang-terangan. Dengan dibonceng oleh para penjajah mereka melakukan kristenisasi dengan berbagai cara, antara lain menerbitkan buku kristen, dengan mendirikan lembaga pendidikan kristen. Seperti didirikannya Univesitas Jesuit St. Josep di Jesuit dan 24 Ibid. Hal 78 25 Ibid. Hal 79
Universitas Amerika di Beirut.26 Menurut Media Umat, yang dilakukan oleh misionaris dalam menghancurkan Daulah Islamiyah adalah dengan membonceng kolonialis untuk menghancurkan Islam dari dalam, dengan melakukan penghancuran budaya melalui propaganda, masuk kewilayah Islam atas nama Ilmu Pengetahuan dan Kemanusiaan, Membangun pusat studi Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan memisahkan kaum muslimin dari hakikat aqidah Islamiyah, Perang kebudayaan dengan mengobarkan keraguan dan goncangan terhadap akidah umat islam dan memecah belah kaum muslimin.27 Pada saat ini, khususnya di Indonesia, proses kristenisasi marak terjadi di berbagai daerah. Mereka menggunakan berbagai cara antara lain dengan cara menipu, mengaku muallaf, mengaku mantan kyai, menikah dengan wanita muslimah, progam bakti sosial, media 28 dan lain sebagainya.29 Hal ini berakibat mudahnya kaum muslimin yang lemah akidahnya masuk ke agama kristen. Sebagai contoh dengan memberikan iming-iming modal bagi usaha, namun dengan syarat masuk kristen, seorang muslim yang lemah iman dapat dengan mudah terjerumus ke dalam agama kristen. Contoh yang paling aktual adalah penerbitan buku “Risalah Haji” karangan Drs. H Amos (Kristen), yang di bagikan di daerah Lebak, Buku tersebut berisi penyesatan-penyesatan dalam masalah Haji dengan mengatakan bahwa haji merupakan ritual penyembahan berhala. Akhirnya MUI Kabupaten Lebak menyatakan bahwa buku tersebut sangat menyesatkan dan haram dibaca.30 Selain itu, misi kristenisasi di Indonesia memiliki misi ingin menjadikan kristen sebagai mayoritas di negeri ini pada tahun 2020 dengan program “Transformasi Indonesia 2020”, progam yang nampak disamping melakukan kristenisasi pada tingkat bawah, mereka juga membangun pusat-pusat kegiatan kristenisasi. Misalnya saat ini mereka membangun ‘Rumah Doa segala Bangsa’ di Sentul, Bogor. Di Jakarta, membangun Menara Doa Jakarta (MDJ), dengan nilai berkisar Rp2,5 triliun. Di Cianjur, Para Misionaris membangun Lembah Karmel (lembaga pendidikan katholik terbesar di Indonesia) seluas 600 Hektar.31 Untuk menjawab proses kristenisasi tersebut, beberapa kalangan umat islam termasuk mereka yang muallaf berusaha untuk membendung dan mengembalikan para murtadin kepada Islam kembali, seperti yang dilakukan oleh Irene Handono, Zakir Naik, dan Ahmad Deedat. Selain itu muncul pula organisasi-organisasi anti-kristenisasi seperti tim Fakta, Arimatea, dan sebagainya. 26 Abdul Qadim Zallum, Malapetaka Runtuhnya Khilafah, (Bogor: Al Azhar Press, 2007), hal. 34 27 “Membonceng Media Massa”, Tabloid Media Umat, Minggu II Desember 2008, hal. 7 28 Disamping melalui media massa, seperti TV, Koran dll. kristenisasi juga dilakukan dengan memberikan bulletin kepada umat islam, seperti yang dialami oleh sahabat saya yang bekerja sebagai sales di perusahaan AOWA, di Ratu Plaza, Jakarta. 29 “Tipu Muslihat Kristenisasi”, Tabloid Media Umat, Minggu II Desember 2008, hal. 6 30 “Pekerjaan Umat Yang Belum Beres, Kristenisi”, Majalah Sabili, 1 Januari 2009/ 4 Muharram 1430 H, hal.37 31 “Awas Kristenisasi Mengintai”, Tabloid Media Umat, Minggu II Desember 2008, hal 5
Umat Islam pun akhirnya dituntut untuk memberikan pengarahan dan melawan arus kristenisasi dengan cara memberi pemahaman aqidah bagi umat islam yang lemah imannya, memberi (debat) pemahaman akidah dengan umat islam yang telah murtad dan para misionaris. Selain itu, diperlukan juga pencegahan kristenisasi oleh berbagai pihak yang berwenang, agar umat Islam bisa terjaga akidahnya.
4. Kapitalisme di Bidang Ekonomi
Ekonomi pada dunia islam pun tak luput dari pengaruh westernisasi dan sekularisasi. Negara-negara muslim pada umumya menganut sistem ekonomi kapitalisme yang berkiblat pada Amerika Serikat. Kapitalisme merupakan sebuah ideologi yang menafikan peraturan-peraturan Allah untuk mengatur segala sendi kehidupan. Dalam hal aqidah, Ideologi kapitalisme ini memiskah antara kehidupan dunia dengan peraturan agama (sekular). Kapitalisme masih mengakui adanya agama tetapi agama tidak boleh mengatur peraturan kehidupan.32 Menurut Taqiyuddin Al-Nabhani, sistem kapitalisme ini dibangun dengan tiga kerangka dasar, pertama adalah kelangkaan atau keterbatasan barang-barang dan jasa-jasa yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Dimana barang-barang dan jasa-jasa itu tidak mampu atau memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan terus menerus bertambah kuantitasnya dan inilah masalah ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat menurut mereka. Kedua, adalah nilai(value) suatu barang yang dihasilkan, itulah yang menjadi dasar penelitian ekonomi bahkan yang paling sering dikaji. Ketiga, adalah harga (price) serta peranan yang dimainkannya dalam produksi, konsumsi, dan distribusi dimana harga merupakan alat pengendali dalam sistem ekonomi kapitalisme.33 Negara dalam masalah ekonomi tidak boleh ikut campur dan turun tangan dalam mengatur keadaan ekonomi, sehingga negara harus melayani dan menjamin orang-orang yang bermodal dalam mengelola ekonomi sehingga orang-orang miskin dapat mengikutinya. Dalam sistem ekonomi ini, individu dapat menguasai kekayaan publik (emas, minyak bumi dll.) yang seharusnya dikuasai oleh Negara. Kapitalisme bertumpu pada pasar bebas, privatisasi, daitambah dengan globalisasi. Disamping itu, sistem ekonomi ini memiliki sistem ekonomi rill dan tidak riil yang bersifat ribawi.34
32 Hafidz Abdurrahman, op. cit. 33 33 Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (Surabaya : Risalah Gusti, 2002), cet.7, hal. 6 34 “Akhir Ekonomi Kapitalis”, Majalah Al Wa’ie Desember 2008
Kapitalisme telah memberikan ketimpangan antara negara-negara maju dan negara-negara dunia ketiga, antara yang kaya dan yang miskin. Akibat kapitalisme ini, dunia dikuasai oleh kekuatan negara maju dengan melakukan invasi ekonomi melalui berbagai lembaga keungan, misalnya IMF. Di Indonesia saja utang luar negerinya mencapai angka 150 dollar AS, lewat jalur inilah negeri-negeri muslim dijerat. Pencabutan subsidi BBM, listrik, air bahkan Privatisasi Sumber Daya Alam pun dilakukan secara besar-besaran demi memenuhi penjajah ekonomi tersebut.35 Sekarang, Kapitalisme sedang mengalami krisis yang diakibatkan oleh jual beli saham di Amerika namun memiliki efek domino bagi ekonomi dunia, sehingga merembet menjadi krisis ekonomi global yang mengancam dunia dan mengakibatkan PHK besar-besaran di berbagai negara dunia. Krisis tersebut bukan hanya terjadi pada saat ini, namun berulang tiada henti sejak tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998-2001.36 Jelasnya sistem ekonomi kapitalis telah merusak dunia dan umat islam. Maka dari itu diperlukan sistem ekonomi yang dapat menjawab tantangan global. Islam sebagai aturan hidup memiliki seperangkat sistem ekonomi yang mengatur kehidupan masyarakat. Sistem Ekonomi Islam secara komprehensif terdiri dari : Mata uang berdasarkan emas/perak, bebas riba, dan bertumpu pada sektor riil. Sistem ekonomi Islam selalu menomorsatukan kebutuhan dan pemberdayaan masyarakat secara riil-bukan pertumbuhann ekonomi saja-, selain itu dalam sistem ekonomi islam, individu tidak boleh menguasai wilayah publik, karena merupakan barang milik rakyat yang seharusnya digunakan, diatur, dan dikelola untuk rakyat.37
5. Dominasi Media Barat Media yang merupakan sarana untuk menyampaikan informasi pun didominasi oleh kepentingan barat. Fakta menunjukan bahwa sumber berita internasional dikuasai oleh yahudi. Dan Ironisnya kaum muslimin berkiblat dan mengambil informasi dai mereka. Reuters, Associated Press, ABC, CNN, dan BBC merupakan sumber yang paling sering dipakai. Opini-opini tentang teroris di sematkan kepada islam, namun amerika yang teroris yang sebenarya tidak pernah di sebut. Bukan hanya itu, proses kristenisasi pun terjadi melalui film, kartun, dan kainnya yang bernafaskan agama kristen pun ditayangkan di media massa kita. Ujungnya, opini umum yang terbentuk di dalam benak kaum muslimin didominasi dan disajikan sesuai dengan sudut pandang Barat, ideologi Kapitalisme-sekular. Akhirnya, terbentuklah pandangan miring dikalangan umat 35 Muhammad Rahmat Kurnia, Menjadi Pembela Islam, (Bogor: Al Azhar Press, 2005), cet.5 hal.133 36 “Akhir Ekonomi Kapitalis”, Majalah Al Wa’ie Desember 2008 37 “Sistem Keuangan Islam Global”, Majalah Al Wa’ie Desember 2008, hal 14-15
Islam terhadap Islam yang dianutnya; seperti sebutan fundamentalisme, ekstrimis, militan dan sebagainya.38 Media kita pun tidak segan-segan memperkenalkan budaya barat kepada generasi muslim. Dengan mudah kita dapat menemukan tayangan yang mempertontonkan aurat wanita, budaya sex bebas, pergaulan bebas , Hedonisme dan sebagainya. Media kita tidak mendidik para generasi muslim menjadi generasi yang kuat dan handal, namun mengajarkan mereka kesenangan dunia semata. Selain itu, anak-anak diajarkan materialis dengan adanya tayangan seperti Mama Mia. Akibatnya, kita dapat melihat generasi muslim saat ini loyo, dan tidak berkualitas.
BAB III Penutup
Kemerosotan Umat Islam yang begitu berat ini tidak lain merupakan akibat dari jauhnya kaum muslimin terhadap sistem Islam yang telah di jalankan oleh Nabi Saw ketika beliau mendirikan Negara Madinah. Islam telah dilupakan bahkan dianggap tidak relevan lagi bagi kaum muslimin. Sejak hancurnya Khilafah Islamiyah yang digantikan oleh sistem sekular ini, umat islam perlahan-lahan terperosot dalam jebakan barat, yakni rusaknya akidah, moral, akhlak dan sebagainya. Islam saat ini tidak diemban lagi sebagai dasar negara, sehingga kesan Islam yang utuh dan 38 Muhammad Rahmat Kurnia, op. cit. hal 137
komperehensif tidak pernah terlihat. Umat Islam tidak lagi bersatu dalam Daulah Islam yang memberikan perlindungan seutuhnya kepada kaum muslimin. Umat Islam terpecah-belah menjadi negara-negara yang tidak memiliki kekuatan dan di dominasi oleh barat. Solusi satu-satunya untuk berbagai masalah ini adalah mengembalikan Islam sebagai sistem hidup yang mengatur kehidupan kita, baik dalam individu, masyarakat, dan negara.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Hafidz. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Bogor: Al Azhar Press. 2007 Arif, Syamsudin. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta: Gema Insani Press. 2008 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia cet.1988 Djamaris, Zainal A. Islam : Aqidah dan Syariah I. Jakarta: Raja Grafindo Persada.1996 Gauhar, Altar. Tantangan Islam, Cet 2. Bandung: Pustaka. 1995. Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoi Kristen ke Dominasi Sekular Liberal. Jakarta: GIP. 2005
Http:id.wikipedia.org/wiki/islam.htm Kurnia, Muhammad Rahmat. Menjadi Pembela Islam. Bogor: Al Azhar Press. 2005 Qol'ahji, Muh. Rawwas. Sirah Nabawiyah. Bangil: Al Izzah. 2004 Nabhani, Taqiyuddin al. Peraturan Hidup Dalam Islam. Bogor : Pustaka Thariqul Izzah. 2003 Majalah Al wa'ie, edisi Desember 2008 Zallum, Abdul Qadim. Malapetaka Runtuhnya Khilafah. Bogor: Al Azhar Press. 2007
_____________, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, cet.7. Surabaya : Risalah Gusti. 2002. Majalah Sabili, 1 Januari 2009/ 4 Muharram 1430 H, Tabloid Media Umat, Minggu II Desember 2008