Islam Dan Ilmu Pengetahuan.docx

  • Uploaded by: khoiriyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Islam Dan Ilmu Pengetahuan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,245
  • Pages: 7
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU, MENGEMBANGKAN DAN MENGAMALKANNYA.

Disusun oleh : Kelompok 3 Khoiriyah

: (1710211008)

Falah Putra P.: (1710211008) Dosen Pengampu: Ir. Elfien Herrianto, M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2019

KATA PENGANTAR puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya berupa kekuatan lahir maupun batin serta

rasa semangat yang telah dianugrahkan pada penyusun sehingga

mampu menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Islam Dan Ilmu Pengetahuan yang berjudul “Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan Dan Mengamalkannya” tepat pada waktunya, dan tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah kajian kurikulum SMA/MA yang telah memberikan arahan sehingga tugas makalah ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan banyak refrensi antar lain dari buku ataupun internet dan lain-lainnya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu , kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dan kami sangat berharap kritikan konstruktif dari pembaca untuk hasil yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Jember,15 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik. Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬yang artinya mengetahui, lawan dari kata ‫ جهل‬yang artinya bodoh. Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar”. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan asasi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Dengan ilmu manusia dapat membedakan mana yang khaq dan yang bathil, dan ilmu adalah suatu yang sangat mulia, sebab ilmu adalah pemberian Allah bagi manusia sebagai jalan menuju yang muttaqin. Penelitian matn dan isnad yang ada pada hadis sunan al Tirmidzi no. 2572 merupakan bagian kegiatan untuk membuktikan keontentisitasan hadis, sehingga diketahui nilai sebuah hadis yang diteliti, apakah hadis tersebut shahih, hasan atau dhaif. Hadis dalam sunan al Tirmidzi no. 2572 merupakan hadis yang dapat dijadikan motivasi untuk belajar dan belajar sebagai proses menuju suatu yang lebih baik, karena dengan ilmu kita akan mendapatkan pencerahan sebagaimana ungkapan al ilm nurun (ilmu itu cahaya) (M. Fadholi Noer, 2014).

BAB ll KAJIAN PUSTAKA 2.3 Kedudukan Ulama Dalam Islam Kedudukan ulama di dalam Alquran sangatlah mulia, dan Allah SWT menjadikan mereka sebagai makhluk yang berkedudukan tinggi. Mereka seperti penerang dalam kegelapan, juga sebagai pemimpin yang membawa petunjuk bagi umat Islam, yang dapat mencapai kedudukan al-akhyār (orang-orang yang penuh dengan kebaikan), serta derajat orang-orang yang bertakwa dengan ilmunya. Dalam kehidupan sehari-hari, ulama mempunyai peran penting di tengah kehidupan umat Islam, dan ulama juga bisa terus eksis sebagai ahli agama dengan posisinya yang terhormat. Bukan hanya itu saja dalam masalah kesaksian keesaan Allah SWT, maka lihatlah bagaimana Allah SWT memulai dengan diri-Nya, kedua dengan malaikat, dan ketiga dengan orang-orang ahli ilmu, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran ayat 18. Sedangkan dalam Alquran surat al-Mujādalah ayat 11, yang menyebutkan janji Allah tentang akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan pada derajat yang lebih tinggi. Dengan demikian ulama memiliki kedudukan yang istimewa baik di hadapan Allah SWT maupun di hadapan masyarakat Islam, dan dengan kedudukannya tersebut juga ulama menjadi panutan dan tuntunan bagi orang Islam. Oleh karena itu, mengingat pentingnya kedudukan dan peran ulama dalam membangun sarana atau prasarana masyarakat Islam maka tidak heran jika dalam pemikiran intektual Islam ulama menjadi salah satu objek kajian penting di antara tema kajian keislaman. Salah satu tema yang banyak mendapatkan sorotan para ahli dalam pengkajian ulama adalah masalah hubungan ulama dengan politik, yang secara emperik erat dengan interaksi kritis antara ulama sebagai penafsir shari‘ah dan pemerintah sebagai kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah masyarakat dan pelaksana pemerintahan. A. Pengertian dan Kedudukan Ulama Menurut Ibnu Kathῑr 1. Pengertian Ulama Menurut Ibnu Kathῑ r Menurut Ibnu Kathῑr ulama adalah mereka yang punya rasa takut kepada Allah, karena mereka mengetahui kebesaran dan kekuasaan SWT Allah dan yang selalu mentaati dan menjauhkan diri dari maksiat. Ibnu Kathῑr dalam menafsirkan Q.S Faṭir ayat

28 menyatakan bahwa, “Hanya ulamalah yang ‘arif billah yang benar-benar takut kepada Allah SWT, karena sesungguhnya ketika ma‘rifat (mengerti) pada Zat Yang Maha agung itu semakin sempurna dan pengetahuan tentang-Nya juga semakin sempurna, maka khasya (rasa takut) kepada-Nya juga semakin besar dan banyak. 2. Kedudukan Ulama Menurut Ibnu Kathῑ r Allah SWT menjadikan para ulama sebagai makhluk yang berkedudukan tinggi setelah makaikat. Allah SWT akan mengangkat derajat para ulama karena keilmuan dan peranannya di masyarakat. Ilmu merekalah kelak yang akan menjadikan derajat dan kedudukan mereka tinggi seperti yang dijelaskan dalam Q.S Ali „Imran ayat 18, Allah SWT bersaksi dan cukuplah Dia saja sebagi saksi, karena Dia yang paling jujur sebagai saksi dan paling adil, serta paling benar perkatan-Nya, hanya Allah saja yang berhak sebagai ilah bagi semua makhluk dan bahwa semuanya selain Dia adalah makhluk dan ciptaanNya semua butuh kepada-Nya sedangkan Dia tidak butuh sama sekali kepada selain-Nya. Dalam ayat ini Ibnu Kathīr menjelaskan bahwa Allah mempersandingkan kesaksian para malaikat-Nya dan kesaksian orangorang yang berilmu dengan kesaksianNya, Allah SWT bersaksi bahwasanya tiada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang disandingkan kesaksian dengan-Nya, yang demikian itu merupakan keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan. Kemudian Allah SWT dan Rasulullah SAW banyak menyebutkan keutamaan ilmu dan ulama dalam Alquran dan Hadis. Karena keutamaan mereka sangat agung dan kedudukan mereka sangat tinggi, seperti yang telah dibahas sebelumnya ulama adalah pewaris para nabi. Sudah jelas bagi seluruh umat Islam akan kedudukan dan derajat ulama karena meraka adalah orang-orang yang diikuti langkah dan perbuatannya, dan orang yang diambil pendapat dan persetujuannya. Kedudukan ulama juga sebagai orang yang memiliki ilmu yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, sebagimana firman Allah dalam QS. al-Mujadalah ayat 11, dijelaskan jika seorang ulama memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi maka wajib bagi orang-orang yang selain dari mereka untuk menjaga

kehormatan dan mengetahui kedudukan dan derajat mereka. Seseorang wajib menjaga hak-hak para ulama baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Ketika ada orang yang menghina dan mencaci maki dan memfitnah ulama maka dia telah melakukan sebesar-besarnya dosa dan seburukburuknya penghinaan karena para ulama adalah pemimpin umat Islam. Oleh karena Allah membandingkan orang yang berilmu dan tidak berilmu seperti orang yang dapat melihat dan orang yang buta, misalnya dalam surat al-An‘a>m ayat 50, Ibnu Kathῑr menjelaskan maksud dari orang yang buta dan yang melihat pada ayat tersebut adalah orang yang mengikuti kebenaran dan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT kepada perkara yang benar tidak akan sama dengan orang sesat dari-Nya dan tidak mau mengikuti-Nya.

Related Documents


More Documents from ""