Islam Dan Ilmu Pengetahuan

  • Uploaded by: adam
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Islam Dan Ilmu Pengetahuan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,404
  • Pages: 5
E

B

A H A N

T

B

A C A A N

A Z K I R A H

I SLA M DAN ILMU PENGETAHUAN lmu merupakan salah satu nilai yang luhur yang dibawa oleh Islam dan yang tegak di atasnya kehidupan manusia baik secara moral maupun material, duniawi maupun ukhrawi. Islam menjadikannya sebagai jalan menuju keimanan dan yang memotivasikan amal. Sekaligus kurnia (ilmu) ini pula yang membuat manusia diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi ini. Kerana dengan ilmu tersebut, Adam sebagai bapa manusia diberi kelebihan ke atas Malaikat (dan makhluk yang lain) yang pada mulanya mempersoalkan pemberian amanah ini. Dengan alasan bahwa mereka (para Malaikat) lebih aktif atau kuat beribadah kepada Allah daripada manusia yang suka membuat kerosakan di bumi dan menumpahkan darah. Maka Allah menjawab:

I

"Sesungguhya Aku mengerti apa-apa yang kamu tidak mengelahui(nya) dan Allah mengajarkan Adam beberapa nama seluruhnya." (Al Baqarah: 30-33) Sesungguhnya Islam adalah agama ilmu, dan Al Qur'an adalah kitab ilmu. Ayat-ayat Al Qur'an yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW adalah "Iqra' bismi Rabbikal ladzii khalaq." Membaca adalah kunci untuk memahami ilmu, dan Al Qur'an merupakan "Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang berilmu." (Fushshilat: 3) Al Qur'an telah menjadikan ilmu sebagai asas dan ukuran kemuliaan antara manusia. Allah SWT berfirman:

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN____________________________________

"Apakah sama orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu." (Az Zumar: 9) Sebagaimana juga AL Qur'an telah menjadikan ahlul ilmi sebagai syuhada' (orangorang yang bersaksi) terhadap keesaan Allah bersama para Malaikat, Allah SWT menjelaskan dalam firmanNya: "Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha BiJaksana." (Ali 'Imran: 18) Demikian juga ahlul ilmi adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya, Allah berfirman: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu (ulama)." (Fathir: 28) Maka tidak ada yang takut kepada Allah kecuali orang-orang yang berma'rifat kepadaNya. Dan Allah SWT itu boleh dikenal melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. Oleh karena itu secara umum masalah ini dimasukkan dalam pembahasan tentang alam semesta, sebagaimana firman Allah, "Tidakkah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garisgaris putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara rnanusia, binatangbinatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacammacam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Faathir: 27-28) Al Qur'an merupakan kitab paling agung yang merangsang pemikiran yang sikap ilmiyah serta menolak segala bentuk khurafat. Tidak dibenarkan adanya sikap taqlid buta terhadap nenek moyang, pemimpin atau pembesar, apalagi kepada orang-orang awam dan bodoh. Dia juga menolak dominasi prasangka dan hawa nafsu dalam konteks pembahasan tentang aqidah dan kebenaran syari'at Allah. ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN____________________________________

Tidak pula menerima suatu pengakuan (teori) kecuali berdasarkan dalil yang pasti dan penyaksian (hipotesis) yang meyakinkan dalam hal-hal yang boleh dilihat, dari logika yang benar dalam masalah pemikiran dan penukilan yang terpercaya dalam masalah periwayatan. Al Qur'an memandang penelitian itu sesuatu yang wajib, berfikir itu suatu ibadah, mencari kebenaran itu suatu qurbah (mendekatkan diri kepada Allah), mempergunakan alat-alat pengetahuan itu sebagai pernyataan syukur terhadap nikmat Allah dan mengabaikan hal itu semua sebagai jalan menuju neraka Jahannam. Bacalah contoh dari ayat-ayat berikut ini "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturun Allah," mereka menjawab, "Tidak," tetapi kami hanya rnengikuti apa yang telah kami dapat dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al Baqarah: 170) "Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." (Al Ahzab: 67-68) "Setiap suatu ummat rnasuk (ke dalam Neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, "Ya Tuhan kami, mereka telah memyesatkan kami, sebab itu datanglah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahuinya." (Al A'raaf: 38) "Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhya persangkaan itu tiada berguna sedikit pun terhadap kebenaran." (An Najm: 28) "Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa-apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada rnereka dari Tuhan mereka." (An-Najm: 23) "Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (Shaad: 26)

"Dan Allah mengeluarkan kamu dan perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl: 78) "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesunggguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya." (Al Isra': 36) "Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar." (Al An'am: 143) "Katakanlah, "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta." (Al An'am: 148) "Katakanlah, "Tunjukkanlah (kepadaku) bukti kebenaranmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar." (Al Baqarah: 111) "Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi segala sesuatu yang diciptakan Allah,..." (Al A'raaf: 185) "Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." (Yunus: 101) "Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad), tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu." (Saba' : 46)

Al Qur'an dalam banyak ayatnya menggunakan kata-kata "Ulil Albaab" "Ulin Nuha" dan "Ulil Abshar." Yang dimaksud dengan istilah "Bashar" di sini adalah akal, bukan mata yang ada di kepala. Al Qur'an juga menjelaskan bahwa di dalam kitabnya yang tertulis (Qauliyah) yaitu Al Qur an dan kitabnya yang terlihat (kauniyah) yaitu alam semesta terdapat ayat-ayat (bukti kekuasaan) Allah untuk kaum yang berfikir, kaum yang berakal dan kaum yang berilmu. Banyak sekali bagian akhir ayat yang mengingatkan akal yang sedang lalai, seperti: "Afalaa ta'qiluun," "Afalaa tatafakkaruun." Para ulama bersepakat bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah, ada yang fardhu 'ain dan ada yang fardhu kifayah.

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN____________________________________

Fardhu 'ain adalah ilmu yang menjadi keharusan untuk memahami agamanya, baik aqidah, ibadah atau perilaku (akhlaq) dan juga amal duniawi, sehingga cukup untuk dirinya dan keluarganya dan ikut andil dalam mencukupi umatnya. Adapun yang fardhu kifayah adalah ilmu yang mendukung tegaknya agama dan dunia bagi jamaah Muslimah (kaum Muslimin) yaitu ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia. Oleh karena itu para ulama menegaskan bahwa mempelajari ilmu kedoktoran, tehnik dan yang lainnya dari cabang-cabang ilmu pengetahuan, demikian juga mempelajari ilmu ekonomi yang dapat menupang kehidupan manusia itu merupakan fardhu kifayah bagi ummat. Apabila dari ummat itu ada sejumlah yang cukup dan ulama, tenaga ahli dan pakar teknik dalam setiap bidang, di mana telah mencukupi kebutuhan dan mengisi tempat-tempat yang kosong maka ummat itu telah melaksanakan kewajibannya, maka gugurlah dosanya. Tetapi apabila mereka tidak memenuhi satu bidang dari bidang duniawi dan masih bergantung kepada ummat yang lainnya, baik secara keseluruhan atau sebagian atau sebagian maka ummat seluruhnya berdosa, terutama para pemimpinnya. Atas dasar nilai-nilai inilah maka peradaban Islam boleh tegak menjulang tinggi, kukuh landasannya dan berpadu antara ilmu pengetahuan dan keimanan. Tidak dikenal dalam peradaban ini (peradaban Islam) apa yang pernah terjadi di kalangan ummat-ummat yang lainnya berupa pertentangan antara sains (ilmu pengetahuan) dan agama, atau antara hikmah dan syari'ah, atau antara akal dan wahyu. Bahkan banyak dari ulama di bidang agama mereka sekaligus doktor, ahli matematik dan ahli kimia, ahli falak dan lain-lain, seperti Ibnu Rusyd, Fakhrur Razi, Al Khawarizmi, Ibnun Nafis, Ibnu Khaldun dan yang lainnya. Imam Muhammad Abduh menjelaskan bahwa dasar-dasar Islam itu sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kemajuan, beliau menegaskan dengan dalil-dalil nas agama dan sejarah kaum Muslimin, sebagaimana dimuat dalam bukunya, "Al Islam wan Nashraniyah ma'al 'ilmi wal Madaniyah." Rujukan: Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh) oleh Dr. Yusuf Qardhawi

Related Documents


More Documents from "desy sari"