Isi Ramadhan Dengan Doa

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Ramadhan Dengan Doa as PDF for free.

More details

  • Words: 859
  • Pages: 2
Mutiara Ramadhan Haluan

ISI RAMADHAN DENGAN DOA Mari kita isi Ramadhan dengan Doa, karena doa itu sangat penting. "Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi." (HR. Al Hakim). Doa dalam istilah agama adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Imam At Thiby mengatakan, doa adalah menampakkan kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tiada berkekuatan kepada siapa doa itu di arahkan dan kemudian mengatakan hajat, keperluan, dengan ketundukan kepada yang mmempu mengabukan doa itu, yakni Allah SWT. Doa merupakan sarana penting bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki naluri ketuhanan (fitrah Ilahiyah), selalu butuh akan kekuatan yang Maha Tinggi dan Maha Kuat. Doa juga merupakan pengakuan akan kelemahan manusia sebagai makhluk di hadapan Khaliqnya. Dengan doa segalanya menjadi tercurahkan sehingga terjalinlah hubungan langsung antara Allah dengan hamba-Nya. Boleh dikatakan hampir setiap muslim mengenal apa yang disebut doa. Dan merekapun sering melakukannya. Hal itu terjadi karena setiap orang bila berada dalam kesusahan selalu jujur terhadap dirinya. Juga, karena setiap orang dengan insting keimanannya tahu bahwa hanya Allah semata Yang Maha Kuasa. Setiap manusia di dalam kesusahan selalu berlindung kepada Allah SWT. Allah selalu melindunginya dari bahaya atau kesusahan. Namun, kebanyakan mereka setelah selamat melupakan pertolongan dari Allah itu, dan melupakan permohonan (doa) dulu, lalu kembali kepada kesesatan. Inilah tabiat manusia yang kurang baik. Syukurlah tidak semuanya berbuat begitu, karena ada yang membatasinya, yaitu kadar iman masing-masing kepada Allah SWT. Doa adalah sebuah pengakuan dari seseorang akan kelemahannya. Jika ada seseorang yang enggan berdoa, maka umumnya orang tersebut tergolong sombong. Dia telah merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan dalam memenuhi semua hajat dan keinginannya. Dia menganggap tidak perlu memohon bantuan kepada Khalik. Orang ini tergolong kepada manusia yang melampaui batas. Mereka melihat dirinya serba berkecukupan dan takabur. Allah SWT berfirman: "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benarbenar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup." (Q.S Al 'Alaq: 6-7). Kebanyakan sikap manusia yang tidak sempurna beriman, ketika sedang mendapat kesenangan dan kenikmatan, seringkali lupalah ia dengan sumber nikmat yang ada di tangan mereka. Tetapi, di kala musibah menimpa, kesusahan membelit kehidupan, mulailah ia merunduk meratakan dahi menghiba-hiba memohon perlindungan ke haribaan Tuhannya. Ketika itu, mereka bermunajat, berharap, memohon, dan merintih adalah perbuatan yang paling disenanginya. Sindiran Allah Ta’ala di dalam Alquran, sebagai berikut: "Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa." (Q.S Fusshilat: 51). Semestinya di kala seorang bermunajat kepada Allah, bukanlah terkabul atau tidaknya doa yang harus dijadikan tujuan munajatnya. Akan tetapi melalui doa atau munajat itu adalah bagian dari upaya mendekatkan dirinya kepada Allah atau taqarrub

kepada Allah yang diutamakan. Dengan berdoa, ia dapat berkomunikasi langsung dengan Khaliq, Sang Penciptanya. Kemudian di saat berdoa, di dalam dirinya akan lahir suatu keyakinan bahwasanya Allah SWT Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha atas segalanya. Dengan keyakinannya itu, timbul suatu dorongan untuk meningkatkan amal ibadah dan amal shaleh. Inilah semestinya yang tujuan utama dari sebuah doa. Artinya bahwa nilai yang lebih hakiki dari doa adalah perubahan pada diri menjadi lebih baik dan lebih shaleh. Terkabulnya sebuah doa bukanlah semata-mata karena tangisan atau rintihan sesaat di kala munajat itu semata. Terkabulnya sebuah doa ada syarat yang menyertainya, di antaranya adalah didahului penyucian diri (tashfiyatul qalbi wa tazkiyatun nafsiy) sehingga diri jauh dari apa yang dimurkai Allah dan diri mendekat kepada ridha Allah. Abu Ishaq – Ibrahim bim Adham bin Manshur (161 H/778 M) seorang sufi terkemuka kelahiran Balkh, Khurasan pernah ditanya seseorang dari Basrah. Mereka bertanya, "Mengapa doa kami tidak dikabulkan, padahal Allah telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu."? Ibrahim bin Adham menjawab: "Karena hati kalian telah mati." Ditanyakan lagi : "Apa yang bisa mematikannya?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Delapan hal: 1. Kalian mengetahui hak Allah, tetapi tidak melaksanakan hak-Nya, 2. Kalian membaca Alquran tetapi tidak mengamalkan hukum-hukum-Nya, 3. Kalian mengatakan cinta Rasulullah SAW, tetapi kalian tidak mengamalkan Sunnahnya, 4. Kalian mengatakan takut mati, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya, 5. Kali membaca firman Allah: "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu." (Q.S. Fathir: 6), tetapi kalian mendukungnya dalam maksiat, 6. Kalian mengatakan takut api neraka, tetapi kalian menyampakkan jasad kalian ke dalamnya, 7. Kalian mengatakan cinta surga, tetapi kalian tidak berusaha untuk mendapatkannya, 8. Dan apabila kalian berdiri di hamparan kalian, maka kalian melemparkan aib-aib kalian di belakang punggung kalian, dan kalian gelar aib-aib orang lain di hadapan kalian. Lalu dengan demikian kalian membuat Tuhan kalian murka, maka bagaimana mungkin Dia mengabulkan doa kalian?" Sebelum bermunajat menutur doa ke hadirat Ilahi, alangkah bijaksananya periksa dulu prilaku diri … murka Allah haruslah dihindari, sehingga doa terkabulkan dan amal pun diridhai ….Ingatlah selalu Firman Allah dalam QS.2 Al Baqarah ayat 186. Maka kita isi Ramadhan tahun ini dengan berwisata ke lubuk hati kita masingmasing, dan menghentikan berwisata ke lubuk-lubuk dan ke sungai-sungai dalam acara balimau yang telah mentradisi selama ini karena tidak ada dalam ajaran Islam. Dasar puasa Ramadhan adalah Tauhid, dan kita awali dengan istighfar dan doa. Moga Allah menerima puasa kita di dalam Ramadhan tahun ini yang lebih berkualitas dari tahun-tahun silam. Allah a'lam bissawab Wassalam Buya H.Masoed Abidin < [email protected] >

Related Documents


More Documents from ""