BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya sebagai suatu bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat maupun rukun shalat yang telah ditentukan (Imam Bashari Assayuthi, 30). Shalat terdiri dari shalat fardhu (wajib) dan shalat sunnah. Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas 5 waktu antara lain subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang melakukannya (Agustian, 2001). Selain itu mempelajari shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena shalat adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilaksanakan agar didalam setiap kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar dari kesulitan yang menimpa. Adapun manfaat dari melaksanakan shalat menurut Imam Ja’far AlShadiq antara lain yaitu mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan dengan niat yang baik, dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita harus selalu mengawalinya dengan niat. Selain itu manfaat shalat yang lainnya yaitu dapat memperkuat iman, membangun akhlak yang baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang kesabaran, serta dapat mencegah dari segala perbuatan yang keji dan mungkar (QS. AlAnkabut/29:45). Didalam pembahasan kali ini penulis akan menerangkan tentang tata cara salat tarawih, salat witir, dan salat tasbih.
BAB II PEMBAHASAN A. Shalat Tarawih 1. Pengertian dan Waktu Shalat Tarawih Shalat tarawih ialah shalat malam yang dikerjakan pada bulan Ramadlan. Shalat ini hukumnya sunnat muakkad, boleh dikerjakan sendirisendiri atau berjama'ah. Shalat tarawih ini dilakukan sesudah shalat 'Isya sampai waktu fajar. Bilangan raka'atnya yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ada delapan raka'at. Umar bin Khathab mengerjakannya sampai 20 raka'at. Amalan Umar bin Khathab ini disepakati oleh Ijma'.1 2. Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Tiap-tiap dua raka'at diakhiri dengan salam. Setelah selesai shalat tarawih hendaknya diteruskan dengan shalat witir, sekurangkurangnya satu raka'at. Tetapi umumnya dikerjakan tiga raka'at dengan dua salam dan boleh pula dikerjakan tiga raka'at satu salam. Surat yang dibaca sesudah AI-Fatihah pada tiap-tiap raka'at boleh mana saja yang kita kehendaki. . Umpama mulai dari surat At-Takatsur (Al-Hakumut takatsur) sampai surat Lahab (Tabbat yada Abi Lahabin), sedang pada raka'at kedua setelah membaca Fatihah yang dibaca boleh sembarang surah, tetapi diutamakan surah Al-Ikhlash (Qul Huwallahu ahad).2 Lafazh niatnya: USHALLI SUNNATAT TARAAWIIHI RAK'ATAIN (MA' MUMAN/IMAAMAN) LILLAAHI TAALAA.
1 2
Moh. Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang : CV. Toha Putra, 1976), h.104. Ibid, h.105.
Artinya: "Aku niat shalat tarawih dua raka'at (makmum / jadi imam) karena Allah Ta'ala". 3. Sifat Shalat Tarawih Imam disunnahkan memimpin umat islam shalat tarawih sebelas rakaat, atau tiga belas rakaat, setiap dua rakaat salam, dan ini yang paling utama.3 a. Aisyah ra ditanya bagaimana shalat rasulullah saw di bulan ramadhan? Beliau berkata: beliau tidak pernah shalat di bulan ramadhan atau lainnya lebih dari dua belas rakaat, beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tengang bagusnya dan panjangnya, kemudian shalat empat rakaat, jangan Tanya tentang bagusnya dan panjangnya, kemudian shalat tiga rakaat. (HR. Bukhari). b. Dari Ibnu Abbas ra berkata: rasulullah saw shalat pada waktu malam tiga belas rakaat. (muttafaq alaih). c. Dari Aisyah ra beliau berkata: Rasulullah saw shalat antara setelah selesai shalat isya’ sampai shalat subuh sebelas rakaat, beliau salam setiap dua rakaat, dan shalat witir satu rakaat. (HR. Muslim). Sunnah bagi imam shalat tarawih sebelas rakaat, atau tiga belas rakaat, di awal ramadhan dan akhirnya, akan tetapi di akhirnya (sepuluh malam terakhir) memanjangkan pada waktu berdiri, ruku’ dan sujud, karena nabi saw bangun padanya semalam penuh, dan jika shalat lebih sedikit atau lebih banyak, maka tidak mengapa. Yang afdhal bagi makmum shalat bersama imam hingga selesai, baik imam shalat sebelas rakaat maupun tiga belas rakaat, atau dua puluh tiga atau lebih sedikit atau lebih banyak agar ditulis baginya qiyamul lail semalam penuh, berdasarkan sabda nabi saw: “siapa yang shalat bersama imam hingga
3
Abu Ziyad, Shalat Witir Tarawih dan ‘Ied, (Islamhouse.com, 2007), h.5.
selesai, maka ditulis baginya qiyamul lail satu malam. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Yang menjadi imam pada bulan ramadhan adalah yang paling bagus bacaannya dan paling baik hafalannya, kalau tidak bisa, maka imam membaca sambil melihat qur’an, yang lebih utama imam memperdengarkan al-Qur’an kepada seluruh makmum, kalau tidak bisa maka sebagiannya.
B. Shalat Witir 1. Pengertian dan Waktu Shalat Witir Disebut dengan shalat witir karena dikerjakan dengan jumlah rakaat yang ganjil baik satu rakaat hingga sebelas rakaat.4 Dilaksanakan dari habis shalat isya’ hingga terbitnya fajar yg kedua, dan bagi yang yakin bangun, di akhir malam lebih utama, berdasarkan perkataan aisyah ra: pada setiap malam rasulullah saw shalat witir, di awal malam, di pertengahan malam, dan di akhirnya, maka witir beliau selesai pada waktu sahur. (muttafaq alaih)5 2. Sifat Shalat Witir Witir bisa dilakukan satu rakaat, atau tiga rakaat, atau lima, atau tujuh, atau sembilan, jika rakaat-rakaat ini bersambung dengan satu slam. (HR. Muslim dan Nasa’i). Paling sedikit shalat witir satu rakaat, dan paling banyak sebelas rakaat, atau tiga belas rakaat, dilakukan dua-dua, dan berwitir satu rakaat, kesempurnaan paling rendah tiga rakaat dg dua salam, atau dengan satu kali salam, dan tasyahhud satu di akhirnya, dan disunnahkah pada rakaat pertama membaca surat al-A’la, pada rakaat kedua al-Kafirun, dan pada rakaat keempat surat al-Ikhlas.
4 5
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan: 3 Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2015), h. 772. Abu Ziyad, Shalat Witir Tarawih dan ‘Ied, (Islamhouse.com, 2007), h.1.
Jika shalat witir lima rakaat, maka bertasyahhud satu kali di akhirnya kemudian salam, demikian pula jika shalat witir tujuh rakaat, jika setelah rakaat keenam bertasyahhud tanpa salam kemudian bangung lagi untuk rakaat ketujuh, maka tidak mengapa. Jika shalat witir sembilan rakaat, bertasyahhud dua kali: satu kali setelah rakaat kedelapan, kemudian berdiri untuk rakaat yang kesembilan, lalu tasyahhud dan salam, akan tetapi yang lebih afdhal adalah shalat witir satu rakaat tersendiri, kemudian setelah salam membaca:
ﺳ ﺒﺤﺎن اﻟﻤﻠ ﻚ اﻟﻘ ﺪوسtiga
kali, dan memanjangkan suaranya pada yang ketiga. Seorang Muslim shalaat witir setelah shalat tahajjud, jika hawatir tidak bangun, maka shalat witir sebelum tidur, berdasarkan sabda Nabi : "Barangsiapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah shalat witir di awalnya, dan barangsiapa yang ingin bangun di akhir malam, maka hendaklah shalat witir di akhir malam, karena shalat di akhir malam disaksikan, dan itu lebih afdhal. (HR. Muslim). Qunut pada waktu shalat witir dianjurkan sekali-sekali, siapa yang ingin melakukannya, dan yang tidak ingin, meninggalkannya, dan yang lebih utama lebih banyak meninggalkan daripada melakukan, dan tidak ada dalil shaih bahwa nabi qunut di shalat witir.6
C. Shalat Tasbih 1. Pengertian dan Waktu Shalat Tasbih Shalat tasbih adalah shalat sunnah empat rakaat yang didalamnya bercirikan ada bacaan tasbih disetiap rakaatnya, adapun tiap tiap rakaat berjumlah 75 kali tasbih maka keseluruhan empat rakaat jumlah tasbih yang dibacakan yaitu 300 kali.7
6
Abu Ziyad, Shalat Witir Tarawih dan ‘Ied, (Islamhouse.com, 2007), h.1. M. Khalilurrahman Al-Mahfani, Kitab Lengkap Panduan Shalat, (Jakarta: Wahyu Qalbu, 2016), h.518. 7
2. Cara Pelaksaan Shalat Tasbih Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam kitabnya Al-Minhâjul Qawîm menuliskan:8
ﺳﺒﺤﺎن هللا واﻟﺤﻤﺪ هلل:و صالة اﻟتسﺒيح وهي أربع ركعﺎت يﻘول في كل ركعة بعﺪ اﻟفﺎتﺤة واﻟسورة وال حول وال قوة إال بﺎهلل خﻤس عشرة مرة وفي كل من: زاد في اإلحيﺎء،وال إﻟه إال هللا وهللا أكﺒر اﻟركوع واالعتﺪال وكل من اﻟسجﺪتين واﻟجﻠوس بينهﻤﺎ واﻟجﻠوس بعﺪ رفعه من اﻟسجﺪة اﻟثﺎنية في كل عشرة فذﻟﻚ خﻤس وﺳﺒعون مرة في كل ركعة Artinya: “dan (termasuk shalat sunnah) adalah shalat tasbih, yaitu shalat empat rakaat di mana dalam setiap rakaatnya setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar—di dalam kitab Ihyâ ditambahi wa lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh—sebanyak 15 kali, dan pada tiap-tiap ruku’, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk setelah sujud yang kedua masing-masing membaca (kalimat tersebut) sebanyak 10 kali. Maka itu semua berjumlah 75 kali dalam setiap satu rakaat.” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul Qawîm, Beirut: Darul Fikr, hal. 203)
Dari penjelasan Ibnu Hajar di atas dapat disimpulkan tata cara pelaksanaan shalat tasbih sebagai berikut: 1. Pada dasarnya tata cara pelaksanaan shalat sunnah tasbih tidak jauh berbeda dengan tata cara pelaksanaan shalat-shalat lainnya, baik syarat maupun rukunnya. Hanya saja di dalam shalat tasbih ada tambahan bacaan kalimat thayibah dalam jumlah tertentu. 2. Setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya, sebelum ruku’ terlebih dahulu membaca kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar (selanjutnya kalimat ini disebut
8
http://www.nu.or.id/post/read/94875/tata-cara-pelaksanan-shalat-tasbih (diakses pada tanggal 30 Maret 2019)
tasbih) sebanyak 15 kali. Setelah itu baru kemudian melakukan ruku’. 3. Pada saat ruku’ sebelum bangun untuk i’tidal terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali. Setelah itu baru kemudian bangun untuk i’tidal. 4. Pada saat i’tidal sebelum turun untuk sujud terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian sujud. 5. Pada saat sujud yang pertama sebelum bangun membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian bangun untuk duduk. 6. Pada saat duduk di antara dua sujud sebelum melakukan sujud kedua membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian melakukan sujud yang kedua. 7. Pada saat sujud kedua sebelum bangun membaca tasbih sebanyak 10 kali. 8. Setelah sujud yang kedua tidak langsung bangun untuk berdiri memulai rakaat yang kedua, namun terlebih dahulu duduk untuk membaca tasbih sebanyak 10 kali. Setelah itu barulah bangun untuk berdiri kembali memulai rakaat yang kedua. Dengan demikian maka dalam satu rakaat telah terbaca tasbih sebanyak 75 kali. Untuk rakaat yang kedua tata cara pelaksanaan shalat dan jumlah bacaan tasbihnya sama dengan rakaat pertama, hanya saja pada rakaat kedua setelah membaca tasyahud sebelum salam terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian membaca salam sebagaimana biasa sebagai penutup shalat.
BAB III KESIMPULAN
Shalat terbagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu dan shalat bukan fardhu (shalat Sunnah). Shalat fardhu seperti yang kita ketahui ada lima, yaitu shalat shubuh, shalat zhuhur, shalat ashar, shalat maghrib, dan shalat isya. Sedangkan shalat Sunnah ada banyak sekali jumlahnya, bebrapa diantaranya yaitu shalat tarawih, shalat witir, dan shalat tasbih. Dalam shalat tersebut memiliki cara pelaksanaan yang berbeda. Shalat Sunnah dikerjakan untuk melengkapi shalat fardhu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahfani, M. Khalilurrahman. 2016. Kitab Lengkap Panduan Shalat. Jakarta : Wahyu Qalbu. Rifa’i, Moh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : CV. Toha Putra. Sarwat, Ahmad. 2015. Seri Fiqih Kehidupan : 3 Shalat. Jakarta : Rumah Fiqih Publishing. Ziyad, Abu. 2007. Shalat Witir, Tarawih, dan ‘Ied. Islamhouse.com. http://www.nu.or.id/post/read/94875/tata-cara-pelaksanan-shalat-tasbih