Isi Laporan Chandra Asribnr.pdf

  • Uploaded by: Azka Ramadhan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Laporan Chandra Asribnr.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 11,328
  • Pages: 58
SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Prakerin

Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) merupakan bagian dari penerapan kurikulum di SMK yang memiliki pengertian sebagai sistem pendidikan profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkronitas antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melaui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha atau industri untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Dan pelaksanaan program ini merupakan amanat dari UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) dari UU No.29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah, peraturan pemerintah No.30 Tahun 1992 tentang peranan Masyarakat dalam Pendidikan Nasional dan Kemendikbud No.080/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Mengingat tuntutan dan tantangan

masyarakat industri di tahun-tahun

yang akan datang, maka akan semakin meningkat dan bersifat padat pada pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu pemerintah berusaha dengan segala cara untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan pengembangan dan peningkatan di sektor pendidikan yaitu dengan memfokuskannya terhadap lulusan yang dihasilkan. Berkaitan dengan itu, maka pola pengembangan yang dilakukan dalam pembinaan masih sangat penting. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) As – Syuhada Cilegon mewajibkan siswa dan siswinya untuk mengikuti program pendidikan Prakerin yang dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) di SMK As – Syuhada Cilegon.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 1

SMK AS – SYUHADA CILEGON

1.2

Tujuan Praktik Kerja Industri Praktik kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu program kurikulum

Sekolah Menengah Kejuruan As – Syuhada Cilegon. Kegiatan ini bekerja sama dengan

lembaga

pemerintah

dan

perusahaan-perusahaan

industri

yang

berhubungan dengan bidang kimia. Adapun tujuan dalam Prakerin yaitu : a.

Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan keterampilan kerja sebagai hasil untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program studi yang dipilih.

b.

Untuk mengaplikasikan langsung antara teori dan bekal ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis ke dalam situasi dan kondisi yang sebenarnya.

c.

Untuk meningkatkan wawasan pada aspek–aspek usaha yang profesional mengenai suatu industri dalam bidang petrokimia.

d.

Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesionalisme

yang

diperlukan untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidangnya. e.

Mensosaialisasikan diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.

f.

Untuk meningkatkan, memperluas, dan memantapkan potensi diri dalam proses penyerapan teknologi baru yang semakin canggih dari suatu lapangan kerja ke sekolah dan sebaliknya.

g.

Memperoleh

masukan

dan

umpan

balik

guna

memperbaiki

dan

mengembangkan kesenian pendidikan kejuruan dengan dunia industri yang sesuai dengan bidangnya. h.

1.3

Memberikan peluang untuk penempatkan lulusan dan kerjasama.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Prakerin Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan di PT Chandra Asri Petrochemical

Polypropylene Plant unit laboratorium Central laboratory departement. Adapun waktu pelaksanaan Prakerin dimulai dari tanggal 01 Maret 2017 s/d 30 Maret 2017 yang bertempat Jl. Raya Anyer Km. 123 Ciwandan, Cilegon-Banten, Indonesia.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 2

SMK AS – SYUHADA CILEGON

1.4

Tujuan Penulisan Laporan Tujuan penulisan laporan ini antara lain adalah sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi pada Kompetensi Keahlian Kimia Industri di SMK As Syuhada Cilegon, mengumpulkan data dan informasi penting yang didapat selama PRAKERIN untuk dijadikan bahan pengetahuan, memperluas ilmu pengetahuan yang didapat dan dialami selama PRAKERIN sebagai bekal untuk memasuki lapangan pekerjaan, sebagai bukti nyata untuk sekolah bahwa penulis telah melaksanakan PRAKERIN.

1.5

Manfaat Praktik Kerja Industri Praktik Kerja Industri memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

belajar, guna memenuhi praktik kerja secara nyata di lingkungan perusahaan. Manfaat Praktik Kerja Industri antara lain : 1. Memenuhi kurikulum SMK As - Syuhada Cilegon. 2. Melatih kemampuan berfikir secara sistematis dalam dunia kerja. 3. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan baru yang telah diperoleh. 4. Mengetahui aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh di sekolah secara nyata.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 3

SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1

Sejarah Perusahaan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) adalah perusahaan merger

antara PT Chandra Asri dengan PT Tripolyta Indonesia. Pada tanggal 1 Januari 2011. PT Chandra Asri Petrochemical mempunyai 2 plant, yaitu OPE-plant dan PP-plant. PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) adalah perusahaan petrokimia terbesar dan terintegrasi secara vertical di Indonesia dengan fasilitas-fasilitasnya yang terletak di Ciwandan, Cilegon dan Puloampel, Serang di Provinsi Banten. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk merupakaan pabrik petrokimia

yang

memanfaatkan teknologi dan fasilitas pendukung canghgih kelas dunia. Jantung operasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah Lummus Naphtha Cracker yang menghasilkan Ethylene, Propylene, Mixed C4, dan Pyrolysis Gasoline (PyGas) berkualitas tinggi untuk Indonesia serta pasar ekspor regional. Selain pabrik Naptha Cracker, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk memiliki fasilitas produksi Polyethylene yang terintegrasi yang menggabungkan dua teknologi kelas dunia. 4 reaktor Unipol dengan lisensi dari Union Carbide: 1 reaktor mampu menghasilkan resin Linear Low dan High Density Polyethylene; 3 reaktor lainnya mampu menghasilkan berbagai resin Polypropylene. Reactor ke 5 menggunakan lisensi dari Showa Denko KK, teknologi revolusioner Jepang yang dikenal dengan Bimodal High Density Polyethylene. Kedua teknologi kelas dunia tersebut digabungkan untuk memproduksi berbagai grade resin Polyethylene untuk memenuhi sebagian besar permintaan Polyethylene di Indonesia. Lokasi yang strategis memberi kemudahan akses bagi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk kepada berbagai pelanggan utamanya, yang terhubung langsung dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk melalui jaringan pipa. Jaringan pipa ini membentang sepanjang 45 km dari komplek petrokimia, demi memenuhi sebagian besar permintaan produk Polyolefins di Indonesia. Penggabungan usaha antara PT Chandra Asri dan PT Tripolyta Indonesia Tbk

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 4

SMK AS – SYUHADA CILEGON

pada awal 2011 telah menjadikan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sebagai perusahaan sebagai perusahaan petrokimia terkemuka dan satu-satunya produsen domestik Ethylene, Styrene Monomer, Butadiene, dan juga merupakan produsen Polypropilene terbesar di Indonesia. Guna memastikan produksi yang berkesinambungan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk memiliki pembangkit listrik terpasang dengan kapasitas yang melebihi kebutuhan produksi normal. Selain itu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk memiliki sambungan ke PLN sebagai sumber listrik cadangan. Pabrik pun memiliki instalasi desalinasi dan pengolahan air yang menghasilkan air yang sangat murni untuk di gunakan pada system pendingin, tangki penyimpanan, dan jetty. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sepenuhnya memiliki 2 entitas anak perusahaan yaitu : PT Styrondo Mono Indonesia (SMI) dan PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI). Styrondo Mono Indonesia (SMI) merupakan satu-satunya produsen Styrene Monomer di Indonesia yang melayani baik industri hilir domestik dan pasar ekspor regional. Pabriknya terletak di Puloampel, Serang, dan berada sekitar 40 KM dari pabrik Naphtha Cracker. Pabrik SMI memproduksi Styrene Monomer dengan kapasitas 340.000MT per tahun. Dua unit pabrik Ethyl Benzene dirancang dengan lisensi dari Mobil/Badger dan teknologi-teknologi Lummus. Kedua unit Ethyl Benzene tersebut terintegrasi dengan dua unit pabrik Styrene Monomer yang di rekayasa menggunakan teknologi Lummus/UO. Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI) merupakan pabrik Butadiene pertama di Indonesia yang menghasilkan Butadiene untuk memenuhi kebutuhan pasar regional. Pabrik tersebut menghasikan Butadiene dengan kapasitas 100,000MT per tahun. Bahan baku untuk pabrik Butadiene adalah Mixed C4 yang merupakan produk turunan dari pabrik Naphta Cracker. Butadiene merupakan bahan baku yang digunakan di dalam produksi karet sintetis yang merupakan bahan baku utama dalam produksi ban. PT Chandra Asri Petrochemical, PP-plant atau perusahaan sebelumnya yang bernama PT Tripolyta Indonesia Tbk adalah perusahaan perseroan terbatas yang

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 5

SMK AS – SYUHADA CILEGON

di dirikan berdasarkan akta notaries No. 40 tanggal 02 November 1984, kemudian diubah dengan akta notaries No. 117 pada tanggal 07 November 1987, kedua akta tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman RI dengan SK No.C2 1789.HT.01.01 tanggal 29 Februari 1988 dan di umum dan dalam berita Negara RI pada tanggal 05 Agustus 1988. PT Tripolyta

Indonesia Tbk memperoleh

fasilitas

undang-undang

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan surat persetujuan tetap tanggal 06 September 1985 No. 169/1/PMDN/1985. PT Tripolyta Indonesia Tbk mengawali kegiatan produksinya pada bulan Mei 1992 yang bergerak dalam bidang industri petrokimia (intermediate) dengan memproduksi Polypropylene jenis homopolimer, kopolimer acak, dan kopolimer blok. Adapun letak/lokasi kantor PT Tripolyta Indonesia Tbk berada di Wisma Barito Pasific Tower A,Lt. 5 & 6 yang ber-alamat di Jalan Letnan S. parman Kav.62-63 Jakarta, kantor ini merupakan kedudukan dari dewan direksi dan dewan komisaris. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari perusahaan (plant) berada di Jalan Raya Anyer Km. 123 Ciwandan-Cilegon-Banten yang diresmikan oleh mantan presiden RI yang ke 2 yaitu Bapak H. Soeharto pada tanggal 29 Mei 1992 bersamaan dengan diresmikannya 21 industri kimia dasar di 10 provinsi yang berada diseluruh Indonesia. PT Tripolyta Indonesia Tbk memperoleh bahan baku pembuatan polipropilena dari PT Chandra Asri Tbk sebanyak 80 % sisanya impor dari Negara Korea, USA, Singapura dan Negara-negara yang ada di Timur Tengah. Perusahaan ini menggunakan teknologi yang dikenal dengan nama UNIPOL Polypropylene USA yang bekerja sama dengan Shell Chemical Company dalam penyediaan katalisnya. PT Tripolyta Indonesia Tbk di dirikan dengan investasi mencapai 531 miliar dengan modal tetap (Fixed Capital) sebesar 476 miliar rupiah dan modal kerja (Working Capital) sebesar 55 miliar rupiah. Untuk memperkuat struktur permodalan saham NASDAQ (National Market System) dan pada tanggal 14 maret 1995 melepaskan sahamnya di New York Stock Exchange. Penawaran

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 6

SMK AS – SYUHADA CILEGON

saham di luar negeri di ikuti pencatatan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak 24 Juni 1996. Pada akhir tahun 1998 PT Tripolyta Indonesia Tbk bekerja sama dengan PT Nippon Shokubai melakukan diversivikasi usaha untuk bahan kimia khususnya bernilai tambah dengan mendirikan pabrik akrilat. Pabrik Akrilat tersebut bernama Nishoku Tripolyta Acrilindo (PT NTA) dengan saham milik PT Tripolyta Indonesia sebesar 45 %. Kesulitan ekonomi yang dialami perusahaan pada saat krisis mulai melanda Indonesia pada tahun 2000 memaksa PT Tripolyta Indonesia harus melepas seluruh sahamnya pada PT Nishoku Tripolyta Acrilindo (PT NTA), saat ini Nishoku Tripolyta Acrilindo menjadi PT Nippon Shokubai (PT NSI). PT Tripolyta Indonesia Tbk telah mendapatkan ISO 9001 dan ISO 14001. Dan perusahaan yang demikian telah berhasil mendapatkan sertifikat ISO (International Organisation) adalah perusahaan yang kualitas dan system organisasinya memperoleh pelayanan jasa dan produk yang terjamin dan dapat dipertanggung jawabkan mutunya. ISO 9002 sendiri merupakan modal jaminan kualitas (Quality Assurance) untuk produksi instalasi dan pelayanan.

2.2

Visi dan Misi PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant

2.2.1 Visi Menjadi pilihan utama pelanggan dan penyedia terbesar biji plastik polipropilena yang menjanjikan kesejahteraan masa depan pemegang saham, karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 7

SMK AS – SYUHADA CILEGON

2.2.2 Misi Menyediakan biji plastik polipropilena bermutu tinggi yang

melampaui

harapan sehingga dapat memberikan manfaat maksimum pemegang saham, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya.

2.3

Keselamatan dan Keamanan Kerja Keselamatan dan keamanan kerja di lingkungan kerja menjadi tanggung

jawab perusahaan dan seluruh karyawan PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant. Perusahaan juga memberikan perlengkapan keselamatan kerja berupa Personal Protective Equipment (PPE) atau alat pelindung diri. PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant juga memasang rambu-rambu di tempat yang dianggap rawan dan membahayakan bagi karyawan. Para karyawan wajib melaksanakan dan mematuhi semua peraturan-peraturan untuk bekerja pada kondisi yang aman. Atas usaha dan kesadaran seluruh karyawan dalam menjalankan Keselamatan dan Keamanan Kerja yang di koordinasi oleh Safety Departement, PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant berhasil mencapai 6,7 juta jam kerja (pada bulan Agustus tahun 2000) tanpa terjadi kecelakaan (Zero Loss Accident).

2.4

Tata Nama Produk Tata nama tersebut mencakup jenis polimer, pemakaian produk, melt flow,

dan proses akhir produk. Contoh penamaan produk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 8

SMK AS – SYUHADA CILEGON

X

Jenis Polimer

Y

00

ZZ

Pemakaian

Melt Flow

Proses Akhir

H = Homopolimer

F= Film

2.0 s/d 25

R = Random

Y = Yarn

TQ = TubularWater Quench

B = Block

I= Injection Molding

FY = Flat Yarn

E= Extrusion

CP = Casting Package

B = Blow Molding

CM = Cast Metallizing

S= Spining

HC =High Clarity

BO = Biaxially Oriented

WL =Woven Lamination BL =BOPP Lamination GA =General Application BN =Battery Nucleating FY =Fiber Yarn CS =Continuous Spinning TF =Thermo Forming HO= High Oriented

Contoh: HF 10 TQ

Homopolymer Film Melt Flow TubularWater Quench Gambar 1. Tata nama produk di PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 9

SMK AS – SYUHADA CILEGON

2.5

Unit Laboratorium Pengendalian dan peningkatan kualitas produk dilakukan oleh Control

Laboratory Departement. Departemen ini bekerja dalam suatu laboratorium yang memiliki

berbagai macam

peralatan analisis. Layanan yang diberikan oleh

departemen ini adalah pengujian bahan baku, pengujian kualitas air utilitas dan air buangan, pengujian kualitas produk polipropilena, serta pengembangan produk dan layanan konsumen. PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant memiliki beberapa laboratorium yang berfungsi sebagai berikut : 1.

Menjamin semua bahan baku, zat additive dan katalis yang akan dipergunakan dalam proses polimerisasi sesuai dengan spesifkasi bahan tersebut.

2.

Membantu operasi dengan menjaga kualitas bahan baku agar selama proses berlangsung operasi dapat terkendali.

3.

Meneliti kualitas produk, apakah kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan atau menyimpang dari spesifikasi yang dinginkan.

2.5.1 Laboratorium Air Laboratorium air berfungsi untuk menganalisis air yang digunakan untuk proses produksi (utility), untuk keperluan sehari-hari karyawan di pabrik, dan air limbah. Pada laboratorium air sample air yang dianalisis meliputi: 1. Anion A dan B

8. Medium Condensate

2. Demin

9. Deaerator 1 dan 2 (air yang

3. Raw water (air baku) 4. Basin water (air limbah) 5. Fresh water (air yang dihilangkan kotorannya)

dihilangkan kandungan udaranya) 10. Boiler feed water (air untuk bahan baku uap) 11. Drinking Water

6. Sea water

12. Cooling Water (air pendingin)

7. Low Condensate

13. Basin water

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 10

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Parameter yang dianalisa antara lain warna, pH, kandungan klorin, tingkat kekeruhan, total kesadahan, jumlah padatan, total alkalinitas, sulfat, dan konduktivitas air. Instrumen yang digunakan di laboratorium air yaitu : A. pH Meter pH Meter digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman/ kebasaan suatu zat. PH meter merupakan alat ukur dalam analisis jumlah yang berdasarkan pada potensial larutan, apabila elektroda yang sesuai dicelupkan ke dalamnya. Cara yang paling teliti untuk menentukan derajat keasaman suatu zat adalah dengan metoda instrumen berdasarkan perbedaan pengukuran dengan tegangan listrik.

B. Konduktometer Konduktometer adalah suatu alat untuk mengukur daya hantaran listrik (conductance) suatu larutan. Adanya ion-ion yang bergerak menyebabkan timbulnya daya listrik suatu larutan. Dengan cara mencelupkan sel ke dalam larutan, maka dapat mengukur daya hantar listrik suatu larutan. Sel dalam konduktometer ada macam-macam bentuknya tergantung penggunaanya. Sel konduktometer terbuat dari sepasang lempeng platina yang dicelupkan ke dalam larutan contoh. Sel dibuat dari kaca pyrex atau kaca-kaca lain seperti yena, durant dan sekarang banyak digunakan plastik. Sedangkan elektroda dibuat dari platina lempeng dengan luas ± 1 cm2 dan ditempelkan pada kaca dengan sepotong kaca Pt. Elektroda ditempelkan pada plastik agar tidak mudah pecah. Kelebihan dari elektroda Pt adalah dapat menghindari arus polarisasi karena Pt adalah suatu logam mulia. Satuan skala yang dapat dibaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu : a.

Daya hantar (CND), siemen (S) atau uS

b.

Padatan terlarut (TDS)

C. Spektrofotometer UV/VIS Spektrofotometri

yang

dipakai

PT

Chandra

Asri

Petrochemical

Polypropylene Plant bermerek labomed. Spektrofotometri adalah suatu metode analisis berdasarkan pengukuran serapan atau absorbansi suatu gelombang cahaya

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 11

SMK AS – SYUHADA CILEGON

oleh contoh. Dengan menggunakan spektrofotometer, ketajaman pengamatan mata akan diganti oleh detector dalam pembacaan perubahan warna - warna yang terjadi.

D. Peralatan Titrasi / Volumetri Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Sehingga dalam teknik alat pengukur volume menjadi bagian terpenting, dalam hal ini buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan dalam analisis volumetri. Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Cara ini digunakan untuk menentukan kandungan klorida, kesadahan, dan alkalinitas.

E.Peralatan Gravimetri Gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sample melalui penghitungan berat zat. Sehingga dalam gravimetri produk harus selalu dalam bentuk padatan (solid). Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram, namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan miligram. Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical balance. Cara ini digunakan untuk mengetahui kandungan padatan dalam air.

2.5.2. Laboratorium Polimer Kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu standar yang diperkanankan dan dijadikan sebagai komitmen perusahaan dalam melayani konsumen. Oleh karena itu diperlukan pengujian terhadap sifat-sifat produk antara lain Melt flow, Xylene Soluble (kadar ataktik), Yellowness Index, kandungan residu katalis serta ukuran distribusi partikel.

Parameter yang dianalisis dalam resin dari reaktor antara lain :

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 12

SMK AS – SYUHADA CILEGON

a. Melt Flow

e. Xylene Soluble

b. Bulk Density

f. Residu Katalis

c. APS (Average Partikel Size)

g. Fines

d. Kandungan Ethylene

h. Kandungan Zat Additive

Parameter yang dianalisis dalam pellet dari exstruder antara lain : a.

Melt Flow

e. Tail dan Marriage

b.

Ukuran Partikel

f. Additive

c.

Yellowness Index

g. Over / Fines

d.

Spec On / In

h. Kandungan Ethylene

Instrumen yang digunakan di laboratorium polimer yaitu : a.

Ekstrusion Plastometer

b.

Colorimeter Gardner YL – 23 Tristimulus

c.

X – Ray Fluorescence Spectrometer

d.

Rotap Sieve Shaker

e.

Biorad FTIR Spectrometer, dll.

2.5.3 Laboratorium Gas Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisa kualitas bahan baku seperti propilena, nitrogen, hidrogen, dan etilena. Bahan baku yang diterima dari kapal diuji kualitasnya terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke tangki penyimpanan. Hasil pengujian ini dijadikan pedoman apakah bahan baku tersebut sesuai dengan spesifikasi yang akan digunakan pada sistem proses atau tidak. Bahan baku yang dipasok dari PT Chandra Asri Petrochemical juga diuji kualitasnya sebelum digunakan. Parameter yang diukur antara lain kandungan propilena, kadar air, dan kadar gas-gas pengotor seperti propane, karbon dioksida, dan senyawa olefin lainnya. Instrumen yang digunakan di laboratorium gas adalah kromatografi gas.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 13

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Kromatografi Gas adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan dua fasa yang tidak saling bercampur. Perbedaan kecepatan migrasi adalah dasar pemisahan secara kromatografi. Faktor-faktor yang berpengaruh pada gas kromatografi : a.

Suhu kolom

b.

Tekanan uap kompenen

c.

Kecepatan alir fasa gerak

d.

Program suhu

e.

Proses difusi

f.

Sifat kepolaran fasa diam

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 14

SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB III PROSES PEMBUATAN POLIPROPILENA

3.1 LANDASAN TEORI 3.1.1

Polimer Polimer adalah suatu molekul raksasa (makro molekul) yang terbentuk dari

susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer = bagian). Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil (monomer), saling berikatan dalam suatu rantai. Jenis - jenis monomer yang saling berikatan membentuk suatu polimer terkadang sama atau berbeda. Sifat - sifat polimer berbeda dari monomer - monomer yang menyusunnya. Polimer merupakan senyawa yang tersusun dari molekul sangat besar yang terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil. Molekul yang kecil disebut monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis. Sedangkan reaksi pembentukan polimer dikenal dengan istilah polimerisasi.

3.1.2 Pengelompokan Polimer 3.1.2.1 Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas: A.

Polimer Alam Polimer yang sudah terdapat dengan sendirinya di alam. Contoh, protein,

amilum, selulosa, glikogen, karet alam (poliisoprena), wol sutera, dan katun.Contoh polimer alam dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 15

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Tabel 1.Contoh Polimer Alam No 1. 2.

Polimer Pati/amilum Selulosa

Monomer Glukosa Glukosa

Polimerisasi Kondensasi Kondensasi

3.

Protein

Asam amino

Kondensasi

4.

Asam nukleat

Nukleotida

Kondensasi

5.

Karet alam

Isoprena

Adisi

Contoh Biji-bijian, akar umbi Sayur, Kayu, Kapas Susu, daging, telur, wol, sutera Molekul DNA dan RNA (sel) Getah pohon karet

B. Polimer Sintetis Polimer ini terbentuk dari hasil reaksi bahan – bahan

kimia. Contoh,

Polietilena (PE), Polipropilena (PP), Polivinilklorida (PVC), Polietilen Teraftalat (PET), Poliamida (nilon), Teflon, dan Karet sintetis.

C. Polimer Turunan Polimer yang terbentuk dari gabungan monomer berupa zat kimia buatan manusia dengan monomer berupa zat yang sudah tersedia di alam. Contoh, selulosa asetat, selulosa ksantat, dan selulosa nitrat.

3.1.2.2 Berdasarkan jenis monomer pembentuknya, polimer dibedakan menjadi: A. Homopolimer Homopolimer

adalah

polimer

yang

monomernya

sejenis.

Contohnya, polietilena (PE), polipropilena (PP), polivinilklorida (PVC), dan Teflon.

B. Kopolimer Kopolimer atau disebut juga heteropolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis. Contoh, nilon (asam adipat + heksametilen diamin), plastik polietilen tereftalat (PET) (asam tereftalat + etilen glikol), protein (asam - asam amino), bakelit (fenol + formaldehida), karet sintetis (SBR = Styrene Butadiene Rubber).

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 16

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3.1.2.3 Berdasarkan sifat termalnya, polimer dibedakan atas: A. Polimer Termoseting Polimer termoseting adalah polimer yang tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan tidak akan meleleh (sukar melunak), dan sukar didaur ulang. Contohnya melamin dan bakelit. B. Termoplastis Polimer termoplastis adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan akan meleleh (melunak), dan dapat dilebur untuk dicetak kembali (didaur ulang). Contohnya polietilene, polipropilena, dan PVC. Perbedaan sifat-sifat plastik termoplas dan termoset disimpulkan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Plastik Termoseting dan Termoplastis Plastik Termoset Plastik Termoplas Keras dan Rigid Mudah diregangkan Tidak Fleksibel Fleksibel Tidak meleleh jika dipanaskan Tidak leleh rendah Tidak dapat dibentuk ulang Dapat dibentuk ulang

3.1.2.4 Berdasarkan strukturnya, polimer dibedakan atas : A. Isotaktik (Beraturan) Pada polipropilena isotaktik semua gugus metil (CH3) terletak pada sisi yang sama dari rantai utama karbonnya.

B. Syndiotatik (Berselang-seling) Pada sindiotaktik gugus metal terletak arah berlawanan selangseling. C. Ataktik (Acak) Pada ataktik gugus metilnya acak

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 17

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Gambar 2. isotaktik (a), sindiotaktik (b), ataktik (c), bola ungu mewakili gugus samping –CH3 (metil) pada rantai panjang.

3.1.2.3 Polimerisasi Penggabungan molekul-molekul kecil atau monomer menjadi molekul yang sangat besar diberi istilah reaksi polimerisasi. Berdasarkan peristiwa yang terjadi selama reaksi, maka polimerisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu: polimerisasi adisi dan polimer kondensasi.

a. Polimerisasi Adisi Reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Pada reaksi ini monomer membuka ikatan rangkapnya lalu berikatan dengan monomer lain sehingga menghasilkan polimer yang berikatan tunggal (ikatan jenuh).

b. Polimerisasi Kondensasi Reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomernya yang mempunyai dua gugus fungsi. Reaksi ini biasanya disertai dengan pelepasan molekul – molekul kecil yang umumnya berupa molekul air.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 18

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3.1.4 Propilena Merupakan

bahan

baku

dalam

pembuatan

polipropilena

jenis

homopolymer, sedangkan untuk jenis random copolymer dan impact copolymer selain propilena diperlukan juga etilena dengan komposisi tertentu. Propilena merupakan hirokarbon alifatik dengan satu rantainya mempunyai ikatan rangkap dua atau ikatan tidak jenuh. Propilena merupakan golongan olefin yang diperoleh dari hasil cracking (perengkahan) minyak bumi pada temperatur 700-900oC. Untuk menghilangkan gas nafhtalena dan dilanjutkan dengan proses fraksionasi.

3.1.5

Polipropilena Polipropilena merupakan polimer jenis termoplastik, yaitu dapat meleleh

bila dipanaskan dan bila didinginkan dapat kembali ke bentuk semula. Polipropilena dihasilkan dari reaksi polimerisasi propilena dengan bantuan katalis. Katalis yang digunakan adalah katalis Ziegler – Natta yang mana dapat menghasilkan polipropilena dengan keteraturan tinggi dalam konfigurasi polimernya. Penggunaan katalis ini pertama kali ditemukan oleh Prof. Natta pada tahun 1954 di lembaga politeknik Milan.

Gambar 3 Reaksi polierisasi polipropilena

Gambaran Umum Polypropylene 1.

Penggunaan: Termoplastik, fiber, termoplastik elastomer

2.

Monomer

3.

Polimerisasi : Zieglar-Natta, metallocene catalyst

4.

Morphology : crystalline (isotactic), amorphous (atactic)

5.

Titik leleh

6.

Temperatur “glass Transition” : -17 °C

: propylene

: 165 °C

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 19

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3.2 Proses Pembuatan Polipropilena Polipropilena dapat dibuat dengan cara polimerisasi adisi dari propilena yang mempunyai kemurnian tinggi dengan adanya katalisator. Katalisator yang digunakan adalah katalisator anionic tipe Ziegler yang merupakan campuran TEAL dan Titanium tetra klorida (TiCl4). Bentuk rantai pada polipropilena yang teratur bersifat kristalin. Bentuk tersebut adalah bentuk yang dikehendaki oleh produsen sedangkan bentuk rantai polipropilena yang tidak teratur bersifat amorf dan tidak dikehendaki pada proses. Polimerisasi polipropilena umumnya dilakukan pada temperatur antara 250C-1000C dalam suatu medium yang disebut hydrocanon inert yang bebas dari kontaminasi, seperti H2O, CO2, O2 dan lainlain. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan polipropilena adalah propilena dan digunakan juga gas hidrogen, nitrogen, etilena, (khususnya untuk pembuatan random dan impact copolymer). Pada proses pembuatan homopolimer semua bahan masuk ke dalam reaktor dengan tekanan dan suhu tertentu serta bantuan katalis sehingga terjadi reaksi polimerisasi, pada reaksi ini menghasilkan polipropilena dalam bentuk resin atau powder. Di dalam proses ini tidak semua gas yang di masukan itu terbentuk menjadi polipropilena, sehingga gas-gas yang tidak mengalami reaksi polimerisai didaur ulang ke dalam reaktor atau cycle gas. Kemudian, resin polipropilena masuk ke Product Discharge System (PDS) dan akan di tampung dalam produk receiver yang berfungsi memisahkan gas-gas dari resin polipropilena. Resin polipropilena yang mengandung gas-gas dimasukan ke degas bin, maka pada degas ini terjadi deaktivasi katalis (mematikam katalis) untuk menonaktifkan reaksi polimersasi dibantu dengan bantuan steam. Sebagian resin polipopilena dari

Product Degas Bin dialirkan ke Mastermix Blender untuk penambahan

additive dengan perbandingan tertentu kemudian masuk ke exstruder. Pada proses pelletizer ini, lelehan polimer yang mengalir melalui dipotongpotong dan terbentuklah pellet. Pellet tersebut dimasukan kedalam pellet cooling water sebagai pendingin, kemudian ke spin dryer, pellet dimasukan kedalam

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 20

SMK AS – SYUHADA CILEGON

screener, pellet yang mempunyai ukuran yang sesuai dengan spesfikasi di tampung oleh surge bin. Dengan bantuan tekanan udara, pellet di transfer ke silo ini dibagi menjadi 2, yaitu aim silo dan off spec silo. Polipropilena yang sesuai dengan spesifikasi dimasukan ke dalam aim silo sedangkan yang tidak sesuai dimasukan ke dalam off spec silo. Kemudian produk di transfer ke bagging silo dan setelah itu dilakukan bagging atau pengarungan.

3.2.1. Polimerisasi Polipropilena Polimerisasi polipropilena adalah proses kimia dimana banyak molekul kecil dari sebuah bahan sederhana (propilena) atau beberapa bahan sederhana (propilena)

berkumpul

dan

bergabung

menjadi

molekul-molekul

besar

(makromolekul). Polipropilena dihasilkan dari penggabungan monomer propena. Reaksi-reaksi

polimerisasi

pada

polipropilena

merupakan

reaksi

eksotermis, sehingga panas yang dihasilkan perlu dikendalikan. Besarnya jumlah n bervariasi tergantung dari sifat polimer yang diinginkan. Pada kasus propilena untuk membentuk polipropilena rata-rata harga n adalah > 1000. Jika jumlah monomer yang berulang kurang dari 10 (n < 10) maka disebut oligomer. Polimerisasi polipropilena dibagi menjadi dua bagian yaitu, sebagai berikut :

A. Polimerisasi Adisi Berdasarkan mekanisme reaksinya, polimerisasi propilena termasuk jenis polimerisasi adisi karena terjadi ikatan antara monomer propilena melalui ikatan rangkapnya. Pertumbuhan yang terjadi pada polimerisasi ini disebabkan karena adanya penambahan monomer yang berlangsung secara terus-menerus pada pusat aktif radikal bebas. Polimerisasi adisi menghasilkan berat molekul yang sama dengan berat semu unit monomer yang tergabung dalam rantai polimer. Polimerisasi ini akan berlangsung sampai semua monomer habis bereaksi. Akan tetapi terminasinya dapat diatur dengan menambah molekul hidrogen yang memutuskan pertumbuhan atau perpanjangan rantai polimer. Polimerisasi adisi pada umumnya berlangsung dalam kondisi tanpa katalisator dan temperatur

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 21

SMK AS – SYUHADA CILEGON

kamar, pada polimerisasi adisi juga tidak dihasilkan molekul - molekul ringan sebagai produk samping. Adapun sifat-sifat polimerisasi adisi : 1.

Tidak ada hasil samping.

2.

Mekanisme reaksi adalah reaksi rantai (chain growth) berlangsung cepat.

3.

Hasilnya pada umumnya adalah polymer thermoplastic, artinya dengan pemanasan dapat melebur lagi, dan dapat diubah menjadi bentuk lain.

B.

Polimerisasi Ziegler – Natta Polimerisasi Ziegler-Natta merupakan metode sintesis polimer dengan

monomer yang memiliki ikatan rangkap, termasuk jenis polimerisasi adisi, metode ini sesuai dengan namanya, ditemukan oleh dua ilmuan, yaitu Ziegler dan Natta. Polimerisasi Ziegler-Natta menggunakan sistem katalis dan ko-katalis dalam reaksi polimerisasinya. Katalis ini merupakan senyawa komplek dari golongan

I-III

dengan halide dan turunan logam transisi golongan IV-VII.

Katalis Ziegler-Natta biasanya adalah senyawa TiCl3 atau TiCl4 sedangkan Aluminium dengan sebagai ko-katalis yang digunakan adalah TiCl3 dan Al (C2H5)2 Cl atau TiCl4 dengan Al (C2H5)3. Reaksi antara katalis dan ko-katalis ini akan menghasilkan suatu kompleks yang selanjutnya akan bereaksi dengan molekul propilena. Pada proses pengakhiran, polimerisasi Ziegler-Natta dilakukan dengan menambahkan molekul hidrogen pada pusat aktif rantai polimer sehingga hidrogen akan memutuskan pertumbuhan rantai polimer.

3.2.2 Pembuatan Pellet dan Bagging Resin dari unit degassing dicampur dengan additive sesuai dengan jenis produk yang diinginkan dan dimasukan kedalam pelletizer. Kemudian dicairkan dengan pemanasan suhu 240oC lalu dilewatkan kedalam extruder dan dipotong menjadi polipropilena yang berbentuk pellet.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 22

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3.3

Katalis Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu

tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan di antaranya katalis ZieglerNatta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen.

3.4

Ko-Katalis Ko-katalis berfungsi sebagai pembentuk kompleks katalis aktif yang

mempermudah terjadinya polimerisasi. Ko-katalis yang digunakan adalah Tri Ethyl Aluminium (TEAL). TEAL berwujud cairan pada kondisi ruang, bening, dan tidak berwarna. Tabel 3. Sifat-sifat fisik TEAL No.

Sifat fisik

Nilai

1.

Titik didih, oC

185

2.

Titik beku, oC

- 58

3.

Tekanan uap, mmHg

0,025

4.

Densitas, gr/Ml

0,8324

TEAL merupakan senyawa yang reaktif terhadap udara dan air, dan dapat menyala secara spontan di udara. Apabila terjadi kebakaran, gunakan dry chemical, vermiaslite, atau pasir kering sebagai pemadam. Jangan gunakan air. Produk dekomposisi TEAL berbahaya, dapat berupa oksida karbon, oksida aluminium, dan uap flammable yang mengandung debu. Laju alir TEAL yang diumpankan ditentukan oleh rasio katalis terhadap ko-katalis dalam reaktor.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 23

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Kebutuhan TEAL di PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant sebanyak 69,21 ton/tahun.

3.5 Zat Additive Additive ditambahkan guna mendapatkan produk polipropilena dengan sifat tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Additive berbentuk padatan dan cairan. Additive ditambahkan pada resin sebelum proses pelleting. Additive padat ditambahkan ke resin pada master mix blender. Sedangkan additive cair ditambahkan pada mixer hopper sebelum extruder. Secara umum fungsi zat additive antara lain : a.

Untuk mempengaruhi sifat-sifat atau sifat lainnya.

b.

Untuk mempermudah proses fibrikasi.

c.

Untuk mencegah pelapukan material akibat pengaruh sinar-uv atau sinar matahari.

d.

Untuk memberi warna dengan mengatur sifat transparansi.

Macam-macam zat additive yang digunakan yaitu : 1.

Antioksidan Berfungsi untuk mencegah oksidasi dan perubahan warna dari polimer maupun penurunan sifat mekanik.

2.

Acid acceptor (penetral asam) Berfungsi untuk mencegah terjadinya degradasi polimer dan korosi pada mesin produksi dengan menetralisis residu anion yang bersifat asam.

3.

Heat stabilizer (penstabil panas) Berfungsi mengurangi kemungkinan kerusakan akibat adanya panas.

4.

Nucleating and Clarifying agent Berfungsi meningkatkan kejernihan produk dengan mempengaruhi ukuran kristal lebih halus dan homogen. Millad merupakan calarifying agent yang berbentuk serbuk putih dengan titik leleh 270 oC dan berat molekul 378 gram/mol. Calarifying agent merupakan perkembangan dari nucleating agent.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 24

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Nucleating agent berfungsi untuk membentuk lebih banyak inti kristal atau pertumbuhan inti kristal. 5.

Slip agent Berfungsi untuk melicinkan permukaan.

6.

Antiblock agent Berfungsi untuk mencegah lengket.

7.

Optical Brightening Agent Berfungsi untuk meningkatkan keputihan.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 25

SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB VI PROSEDUR ANALISISA 4.1

Analisa Air Analisa air ini berfungsi untuk menganalisis air yang digunakan untuk

proses produksi (utility), air untuk keperluan sehari-hari karyawan dipabrik dan air limbah. Pada laboratorium air sampel yang dianalisis meliputi : a. Anion A dan B

h. Drinking water

b. Demin water

i. Fresh water

c. Low condensate

j. Sea water

d. Medium condensate

k. Basin water

e. De Aerator 1 dan 2

l. Cooling water

f. Boiler feed water 1 dan 2

m. Pellet

cooling

water

g. Raw water

Parameter yang dianalisa antara lain, pH & conductivity, kandungan chlorine, kadar silica, alkalinitas, sulphate, nitrite, hydrazine, phosphat, cloride, pellet cooling water, dan total alkalinity, Total Hardness, dan Turbidity.

4.1.1 Penentuan pH dan Conductivity 1. pH A. Pendahuluan pH adalah indikasi dari kadar asam atau basa dalam suatu larutan, dimana konsentrasi atau aktivitas ion H

+

dan ion OH



menentukan pH

dari larutan atau air. pH didapat dari pengukuran perbedaan tegangan yang terjadi antara elektroda gelas penunjuk pH, dengan eletroktroda pembanding Ag/AgCl apabila berkontak. B. Peralatan 1) pH / Konduktometer 2) Beaker glass 3)

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 26

SMK AS – SYUHADA CILEGON

C. Prosedur kerja 1) Nyalakan alat, biarkan stabil. 2) Bersihkan elektroda dengan aquadest (demin water). 3) Letakkan elektroda ke dalam sampel. 4) Tunggu hingga stabil. 5) Setelah stabil catat hasil pH yang diperoleh. 6) Angkat elektroda dan letakan di dalam beaker glass yang berisi aquades.

2. Conductivity A. Pendahuluan Besaran standar conductivity cairan elektrolit adalah Specific Conductance Unit (SCU) dinyatakan dengan 1 cm3. Pada temperatur tertentu

konduktansi

berbanding

terbalik

dengan

jarak

elektroda,

berbanding lurus dengan areanya. Analisis ini menentukan daya hantar listrik antara dua elektroda yang ditempatkan dalam larutan yang bersifat elektrolit. Conductivity air yang didapat dikalikan dengan konstanta sel. B. Peralatan 1) pH / Konduktometer 2) Beaker glass C. Prosedur kerja 1) Nyalakan alat, biarkan stabil. 2) Bersihkan elektroda dengan aquadest (demin water). 3) Letakkan elektroda ke dalam sample. 4) Tunggu hingga stabil. 5) Setelah stabil catat hasil konduktivitas yang diperoleh. 6) Angkatelektroda dan letakan di dalam beaker glass yang berisi aquades.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 27

SMK AS – SYUHADA CILEGON

4.1.2 Penentuan Kadar Turbidity A. Pendahuluan Proses ini menerangkan penentuan kekeruhan air dengan membandingkan

antara

sampel

air

dengan

standar

kekeruhan.

Pengukuran absorban dilakukan pada panjang gelombang 420 nm dengan spektrofotometer. B. Peralatan 1) Spektrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 420nm 2) Gelas kimia C. Prosedur kerja 1) Tuang sampel ke dalam gelas kimia. 2) Ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV/VIS pada panjang gelombang 420 nm.

4.1.3 Penentuan Kadar Alkalinitas A. Pendahuluan Alkalinitas air adalah kapasitas air untuk menetralkan asam yang ditambahkan atau juga merupakan jumlah basa yang dapat di titrasi. Nilai yang terukur dapat berbeda secara signifikan tergantung titik akhir pH yang dipakai. Alkalinitas air permukaan disebabkan oleh kandungan karbonat, bikarbonat, dan hidroksida, maka nilai alkalinitas menunjukan konsentrasi dan konstituen-konstituen tersebut. Dapat pula ditambah oleh konstribusi dari borit, phosphat, silikat dan basa-basa lain jika ada. Pengukuran

alkalinitas

berguna

dalam

interprestasi

dan

pengontrolan perlakuan air dan limbah. Penentuan alkalinitas dilakukan secara titrasi volumetri dengan asam sulfat atau asam klorida. Ion-ion hidroksil (OH-) yang terdapat dalam sampel merupakan hasil dissosiasi atau hidrolisa dari zat terlarut.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 28

SMK AS – SYUHADA CILEGON

B. Peralatan 1) Erlenmeyer 2) Buret 3) Pipet volume 25 ml dan ball pipet C. Pereaksi 1) Indikator PP dan MO 2) Larutan H2SO4 0.02 N D. Prosedur kerja 1) Pipet 25ml sampel air, masukan ke dalam erlenmeyer 100ml. 2) Tambahkan 2 tetes indikator PP, jika terbentuk warna merah. Lakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai warna merah hilang (jernih). 3) Catat volume H2SO4 yang terpakai. Jika pada penambahan PP tidak terbentuk warna merah, lanjutkan ke langkah 4. 4) Tambahkan 2 tetes indikator MO, lakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna MO (Merah-Orange) Catat volume H2SO4 yang terpakai. E. Perhitungan A. Alkalinitas Total, mg CaCO3/ lt =

B. Alkalinitas PP, mg CaCO3/lt

=

C. Alkalinitas MO, mg CaCO3/ lt

=

Dimana : A = Volume asam sulfat yang terpakai titrasi dengan PP dan MO. B = Volume asam sulfat yang terpakai untuk titrasi dengan PP. N = Normalitas asam sulfat.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 29

SMK AS – SYUHADA CILEGON

4.1.4 Penentuan Kadar Hydrazine A. Pendahuluan Hydrazine adalah chemical buatan yang tidak akan ditemukan pada air alam. Penentuan hydrazine biasa dilakukan terhadap boiler feed water, proses water dan air- air lain yang mendapat perlakuan penambahan hydrazine. Penambahan hydrazine kedalam air tersebut bertujuan mencegah perkaratan oleh oksigen terlarut. Chemical pereduksi ini bereaksi dengan oksigen terlarut membentuk nitrogen dan air. Namun pada keadaan tertentu ia dapat pecah menjadi ammonia dan nitrogen. Hydrazine dipakai luas sebagai chemical pre boiler treatment memakan oksigen terlarut yang ada dalam jumlah kecil didalam air yang tak hilang dengan mekanikal deaerasi. Hydrazine lebih unggul dibanding perlakuan sulfite karena ia tidak menghasilkan dissolve solid pada air boiler. B. Peralatan 1)

Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 458 nm

2)

Pipet volume 25 ml dan ball pipet

3)

Erlenmeyer

C. Pereaksi 1) Larutan P – Dimethyl Amino Benzal Dehyde 2) HCl (1: 9) D. Prosedur kerja 1) Pipet 25 ml sample kedalam erlenmeyer 100 mL. 2) tambahkan 2,5 mL HCl 1 : 9 dan 10 ml P –Dimethyl Amino Benzal Dehyde. Kemudian simpan di tempat gelap selama 10 menit 3) Ukur absorbans dengan Spektrofotometer UV/VIS pada panjang gelombang 458 nm. 4) Dapatkan konsentrasi hydrazine dari hasil extrapolasi terhadap kurva kalibrasi.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 30

SMK AS – SYUHADA CILEGON

4.1.5 Penentuan Kadar Chlorine A. Pendahuluan Klorinasi dilakukan pada air bersih atau air kotor, untuk menghancurkan

atau

me-deaktifasi

penyakit

yang

disebabkan

mikroorganisme. Klorinasi menimbulkan efek. Rasa dan bau yang khas dari phenol dan senyawa organik lain dalam air bisa bertambah, senyawa chloro 1!organik karsinogen seperti chloroform terbentuk. Klorin ditambahkan dalam bentuk molekulnya atau hypokhlorit mula-mula mengalami hydrolisa membentuk khlorin bebas terdiri dari cairan molekul klorin, asam hypokhlor, dan ionhypokhlorit. Porposi dari ketiga bentuk klorin bebas ini tergantung pada pH dan temperatur. B. Peralatan 1) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 440nm 2) Pipet ukur dan pipet volume 5 ml 3) Erlenmeyer C. Pereaksi 1) Larutan Orto toludine D. Prosedur kerja 1) Pipet 5 ml sample kedalam erlenmeyer 100 mL 2) Tambahkan 5 ml larutan Orto toludine 3) Ukur absorbans dengan Spectrofotometer pada panjang gelombang 440 nm. 4) Dapatkan konsentrasi chlorine dari hasil extrapolasi terhadap kurva kalibrasi.

4.1.6 Penentuan Kadar Phosphat A. Pendahuluan Phosphorus yang terdapat dalam air dan air buagan dalam bentuk Phosphat. Phosphat ini dibagi atas :Ortho Phosphat, Condenced

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 31

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Phosphat (phyro-, meta-, dan Poly Phosphate) dan phosphat yang terikat secara organis. Senyawa-senyawa Phosphat didalam air bisa dalam bentuk terlarut, tersuspensi, atau terikat dalam sel organisme. Dalam air limbah senyawa Phosphat dapat berasal dari limbah penduduk, industri, dan pertanian. Pada air limbah industri Phosphat berasal dari Chemical yang dipakai untuk perlakuan anti karat dan anti kerak pada boiler. B. Peralatan 1) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 470 nm 2) Erlenmeyer 3) Pipet volume 10 ml 4) Pipet ukur 5 ml C. Pereaksi 1) Reagent Phosphat D. Prosedur kerja 1) Pipet 10 mL sample kedalam erlenmeyer 2) Tambahkan 5 mL Reagen Phosphat. 3) Ukur absorbans dengan Spectrofotometer pada panjang gelombang 470 nm. 4) Dapatkan konsentrasi Phosphat dari hasil extrapolasi

terhadap

kurva kalibrasi.

4.1.7 Penentuan Kadar Nitrite A. Pendahuluan Nitrite adalah intermediate oxidation state dari nitrogen, baik pada oksidasi ammonia menjadi nitrate dan reduksi dari nitrate. Oksidasi dan reduksi tersebut dapat terjadi di waste water treatment plant, water distribution system, dan natural water. Nitrite dapat juga ada didalam air karena sengaja ditambahkan ke water supply system melalui penggunaannya sebagai corrosion inhibitor pada industrial water. Asam nitrite yang terbentuk dari nitrite bisa

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 32

SMK AS – SYUHADA CILEGON

bereaksi dengan amine sekunder membentuk nitrosoamine yang kebanyakan adalah karcinogen. B. Peralatan 1) Neraca analitik 2) Buret 50 ml 3) Kaca arloji 4) Spatula 5) Erlenmeyer 6) Pipet ukur dan pipet volume 20 ml 7) Ball pipet C. Pereaksi 1) Larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 2) Larutan Natrium Tio Sulfat (Na2S2O3) 3) Larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 4) Indikator Kanji 5) Larutan H2SO4 0.5% 6) Kalium Iodida (bubuk). D. Prosedur kerja 1) Pipet 20 mL sample, masukan ke dalam labu erlenmeyer. 2) Tambahkan 20 mL larutan KMnO4 dan10 mL larutan H2SO40,5%. 3) Kemudian diamkan di tempat gelap selama 20 menit. 4) Setelah waktu tercapai tambahkan dengan 1 gram KI. 5) Titrasi dengan larutan natrium tio sulfat sampai warna berubah menjadi kuning terang, kemudian tambahkan indikator kanji sampai warna biru tepat hilang (bening). E. Perhitungan Konsentrasi ion nitrite ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :  C = ( B – A ) x F x 0,575 x 1000 ml I Dimana : C = ion nitrite (mg/ L ).

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 33

SMK AS – SYUHADA CILEGON

A = mL larutan Na2S2O3 N/40 yang dibutuhkan sample. B = mL larutan Na2S2O3N/40 yang dibutuhkan blanko. F = Faktor Tio Sulfat 0,575 = perhitungan BE dari Nitrite dan Tio Sulfat I = Sample

4.1.8 Penentuan Kadar Sulphate A. Pendahuluan Sulphate tersebar luas di alam dan bisa terdapat pada air alam dalam konsentrasi di beberapa ppm hingga beberapa ribu ppm. Air buangan tambang dapat mengandung sulphate dalam jumlah besar melalui oksidasi pyrite. Prosedur ini menerangkan sulphate dalam range 1-40 ppm. Ion sulphate diendapkan dengan ion BaCl2 (Barium Klorida) sehingga membentuk kristal BaSO4 dengan ukuran seragam. Larutan glycerin dan natrium klorida dengan atau sebagai penstabil suspensi kekeruhan diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400 nm. B. Peralatan 1) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 400 nm 2) Neraca analitik 3) Erlenmeyer 4) Pipet volume 25 ml 5) Kaca arloji dan spatula C. Pereaksi 1) Barium Klorida (BaCl2) 2) Larutan Glycerin (1:1) 3) Larutan Natrium Klorida (NaCl) D. Prosedur Kerja

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 34

SMK AS – SYUHADA CILEGON

1) Pipet 25 ml sample air, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 5 ml larutan glycerin dan 2,5 ml larutan NaCl. 2) Tambah 0,3 gram BaCl2.2H2O ke dalam larutan ini aduk selama 1 menit. 3) Diamkan selama 5 menit, setelah waktu tercapai, ukur dengan spectrofotometer dengan panjang gelombang 400 nm dengan aquadest sebagai blanko yang diperlakukan sama seperti sample. 4) Dapatkan konsentrasi ion sulphate dari hasil extrapolasi terhadap kurva kalibrasi.

4.1.9 Penentuan Kadar Silica A. Pendahuluan Kandungan silica dalam air alam pada umumnya berkisar antara 130 ppm, namun konsentrasi melebihi 1000 ppm ditemukan pada air payau dan air asin. Metode ini didasari reaksi anatara amonium molybdate dengan silica dan fosfat yang membentuk asam molybosilikat. Penambahan bahan asam oksalat ini sangat penting diketahui air tidak mengandung fosfat. B. Peralatan 1) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 815 nm 2) Pipet ukur dan pipet volume 25 mL 3) Erlenmeyer 4) Ball pipet C. Preaksi 1) HCl (1:1) 2) Larutan Ammonium Heptamolybdate 3) Asam Oksalat (H₂C₂O₄) 4) Asam Amino Naftol Sulfanoat D. Prosedur Kerja 1) Pipet 25 mL sample, masukkan ke dalam labu erlenmeyer. 2) Tambahkan 0,5 HCl (1:1), lalu tambahkan 1 ml larutan ammonium heptamolybdate dan diamkan selama 5 menit.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 35

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3) Setelah waktu tercapai tambahkan 0,8 mL Asam Oksalat kocok hingga homogen dan diamkan selama 1 menit 4) Setelah waktu tercapai tambahkan 1 mL asam amino naftol sulfanoat kemudian diamkan selama 10 menit. 5) Setelah

waktu

tercapai

ukur

absorbansinya

menggunakan

spektrofotometer UV/VIS pada panjang gelombang 815 nm. 6) Kemudian dapatkan konsentrasi silica dari extrapolasi terhadap kurva kalibrasi.

4.1.10

Penentuan Kadar Carbohydrazide (oxygen scavenger)

A. Pendahuluan Gas terlarut berupa O2 dan CO2 pada air dapat menyebabkan terjadinya korosi pada pipa-pipa. Hal ini dapat diatasi dengan cara deaerasi, oxygen scavenger, netralisasi basa. Analisa ini harus dilakukan dengan segera karena sifat oxygen scavenger yang sangat labil. B. Alat : 1). Pipet ukur 1 mL dan ball pipet 2) Botol Sample 25 ml 3) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 562nm C. Bahan: 1). Sample dearator carbohydrazide 2) DEHA 1, 0,5 Sachet mL 3) DEHA 2, 1 sachet (dietil hidroksilamin) D. Cara Kerja 1) Bilas botol sample terlebih dahulu dengan sample yang ada. 2) Pipet sample 25 mL. 3) Kemudian pipet DEHA 1 0,5 mL dan masukan pada botol sample 4) Kemudian masukan 1 sachet DEHA 2 dietil hidroksilamin, setelah itu kocok dahulu agar homogen. 5) Simpan di tempat gelap selama 10 menit. 6) Setelah waktu tercapai segera analisa pada panjang gelombang 562 nm.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 36

SMK AS – SYUHADA CILEGON

4.2 Analisa Polimer Kualitas produk yang dihasilkan merupakan

salah satu standar yang

diperkanankan dan dijadikan sebagai komitmen perusahaan dalam melayani konsumen. Oleh karena itu diperlukan pengujian terhadap sifat-sifat produk antara lain Melt Flow, Xylene soluble (kadar ataktik), Yellowness Index, kandungan residu katalis serta ukuran distribusi partikel. Parameter yang dianalisa dalam resin atau produk dari reactor antara lain : a.

Melt Flow

b.

Xylene Soluble

c.

Residu Katalis

d.

Bulk Density

e.

APS (Average Partikel Size)

f.

Fines

g.

Kandungan Ethylene

Parameter yang dianalisa dalam pellet dari exstruder antara lain :

4.2.1 A.

a.

Melt Flow

b.

Yellowness Index

c.

Tail dan Marriage

d.

Over / Fines

e.

Pellet Size

f.

Spec On / In

g.

Additive

h.

Kandungan Ethylene

Penentuan Analisa Melt Flow Rate Pendahuluan Melt flow adalah jumlah polimer yang keluar melalui suatu orifice dengan

panjang dan diameter tertentu pada suhu 230 oC dengan berat tertentu yaitu 2160 gram (2060 berat beban + 100 gram piston) selama 10 menit. Pengukuran Melt

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 37

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Flow secara tidak lansung dilakukan untuk mengontrol berat molekul dan panjang rantai polimer yang terbentuk. Melt flow selalu berbanding terbalik dengan jumlah molekul dan viskositas lelehan. Melt flow dapat diukur dengan alat “Melt Flow Indexer”, biasanya ditunjukkan dengan satuan gr/10 min. Polipropilena dapat diproduksi dengan angka Melt flow 0.25 gr/10 min sampai dengan 800 gr/10 min.

B. Peralatan 1) Melt Flow Indexer

7)

Skop sampel 20 gr

2) Beban 2060 gram

8)

Silet/Cuter

3) Orifice dengan diameter 0,0825

9)

Kain katun flanel 2x2 inch

10)

Majun (lap kering)

4) Orifice drill

11)

Kantong plastik PE 0,32 ons

5) Piston

12)

Sarung tangan

inch

6) Piston travel

C. Bahan 1)

Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF10 TQ dan RB 2.0 HC

2)

Heat stabilizier

3)

Heavy destilate

D.

Prosedur kerja

1)

Cek suhu 230oC

2)

Analisa dilakukan ± 10 menit setelah analisa terakhir dan dibersihkan

3)

Siapkan ± 20 gram resin kedalam kantong plastik dan tambahkan ± 0.1 gram heat stabilizier, dikocok hingga homogen

4)

Masukkan ± 10 gram sample (resin/pellet) kedalam barrel menggunakan alat melalui corong dan mampatkan

5)

Tempatkan piston dan beban diatasnya

6)

Pilih mode 3 dan tekan tombol start

7)

Lakukan pra-pemanasan selama 300 detik

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 38

SMK AS – SYUHADA CILEGON

8)

Untuk melt flow tinggi gunakan beban 225 gram untuk mengurangi kehilangan sampel. Beban 2060 gram harus digunakan setelah prapemanasan

9)

Setelah pra-pemanasan 300 detik (disertai bunyi alarm atau penurunan penyangga beban), geser posisi timer mendekati piston dibawah beban. Tekan beban hingga mendekati lengan arm

10) Beberapa saat setelah beban menyentuh lengan, waktu pembacaan akan dimulai (membaca waktu pergerakan piston) 11) Catat nilai waktu pergerakan dan masukan dalam perhitungan 12) Catat nilai Melt flow pada lembar analisa sesuai jenis/grade sample 13) Setelah pengukuran dan pencatatan selesai, bersihkan barrel dengan menggunakan alat mirip piston dengan dilapisi kain katun/flannel pada ujungnya dan dicelupakn sedikit dalam larutan heavy destilate 14) Bersihkan orifice dengan cutter atau silet setelah dicelupkan dalam larutan heavy destilate, bersihkan piston dengan cutter/silet setelah dicelupkan sedikit dalam larutan heavy destilate dan air 15) Setelah semuanya bersih letakkan kembali orifice dan piston kedalam barrel

4.2.2

Penentuan Xylene Soluble

A.

Pendahuluan Kandungan Atactic ini dilakukan untuk mengontrol proses produksi

supaya tidak menghasilkan Polymer Atactic yang melebihi batas yang diizinkan. Kandungan atactic ini biasa dikenal dengan nama “Xylene Soluble”. Istilah xylene soluble dipakai karena dalam penentuan ini digunakan pelarut xylene dimana polimer Atactic ini larut dalam pelarut Xylene, sedangkan isomer lainnya tidak larut dalam pelarut Xylene, sehingga dengan perbedaan kelarutan ini kandungan Isomer atactic dalam polipropilen ini dapat ditentukan kandungannya. B.

Peralatan 1) NMR (Nuclear Magnetic Resonance) 2) Tabung sample

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 39

SMK AS – SYUHADA CILEGON

3) Corong stainless steel C.

Bahan

Resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll.

D.

Prosedur kerja

1)

Masukan sample kedalam tabung dengan menggunakan corong ketinggian 4 cm.

2) Bersihkan dinding luar tabung dengan kertas tisu. 3) Ukur sample dengan spectrophotometer NMR menggunakan metode sesuai dengan jenis sample seperti dilampirkan pada listmethod. 4) Setelah alat selesai menganalisa sample, tekan enter. 5) Baca hasil pembacaan alat dan catat serta plot hasilnya pada formulir SPC/SQC yang telah tersedia. 6) Lakukan analisa untuk masing-masing sample reaktor dan extruder selama 2 jam.

4.2.3 Penentuan Pellet Size A.

Pendahuluan Bertujuan untuk mengetahui peformansi proses pelleting dan untuk

mengetahui apakah produk memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Metode ini dilakukan dengan menimbang 100 butir pellet, tapi penimbangan dapat dilakukan dengan menimbang 25 butir pellet. B.

Peralatan

Neraca Analitik C.

Bahan

Pellet dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D.

Prosedur kerja

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 40

SMK AS – SYUHADA CILEGON

1) Pilih 25 pellet secara acak (random) 2) Kemudian di timbang dan hasilnya di kalikan 4 dan catat beratnya.

4.2.4 Penetuan Tail dan Marriage A. Pendahuluan Kedua parameter ini digunakan untuk memonitor apakah produk tersebut memenuhi kualitas visual. Tail merupakan pellet yang mempunyai benang atau ekor yang panjangnya lebih dari 3 mm. Sedangkan Marriage adalah bergabungnya dua atau lebih pellet. B.

Peralatan Meja pengamat

C.

Bahan

Pellet dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D.

Prosedur kerja

1) Taburkan 100 g sample pellet pada meja pengamat. 2) Kemudian cari pellet yang saling terikat (marriage) dan pellet yang memiliki panjang 3 mm (tail).

4.2.5

Penentuan Over/Fines

A.

Pendahuluan Pellet yang berukuran lebih besar/lebih kecil dari rata-rata. Metode yang

digunakan adalah dengan pengayakan pellet dengan screen ukuran tertentu. Dan persen fines ditentukan dari berat pellet yang melewati ayakan yang tertampung dalam pan. B.

Peralatan

1) Neraca Analitik 2) Fischer sieve Over 5 mesh dan Fines 10 mesh

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 41

SMK AS – SYUHADA CILEGON

C.

Bahan

Pellet dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D.

Prosedur kerja

1) Timbang sample pellet sebanyak 100 gr dengan menggunakan cawan plastik. 2) Kemudian dimasukan ke dalam alat fischer sieve 5 mesh dan digoyanggoyangkan dengan menggunakan tangan sekuat mungkin agar sample dapat melewati mesh. 3) Sample pellet yang melewati 5 mesh dinamakan fines. Sedangkan sample yang tidak melewati 5 mesh dinamakan over. 4) Kemudian ditimbang pellet fines dan catat beratnya.

4.2.6 Penentuan Spec On/In A.

Pendahuluan Spec On adalah partikel yang terlihat di pellet yang dapat dihilangkan

dengan cara digosok atau ditiup (diatas permukaan pellet) Spec In adalah partikel yang terlihat di pellet yang tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau ditiup (dibawah permukaan pellet). Tujuan dilakukan pengujian spec on/in adalah untuk menentukan kualitas produk memenuhi standar kualitas secara visual.

B.

Peralatan Meja pengamat

C.

Bahan Pellet dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll.

D.

Prosedur kerja 1) Taburkan 100 g sample pellet pada meja pengamat. 2) Kemudian cari pellet yang partikelnya diatas permukaan (spec on) dan pellet yang partikelnya dibawah permukaan (spec in).

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 42

SMK AS – SYUHADA CILEGON

4.2.7

Penentuan Yellow Indeks

A.

Pendahuluan Polipropilena merupakan polimer berwarna putih terang, dan bebas warna.

Warna disebabkan oleh adanya udara saat proses pelletasi atau adanya kontaminasi. Perubahan warna diukur dengan besaran YI akibat produktivitas katalis kurang baik dan adanya oksidasi polimer. Semakin negatif nilai YI, polipropilena semakin terang. Tujuan dilakukan pengujian yellownees index adalah untuk menentukan derajat kekuningan pellet polipropilena. B.

Peralatan

1) Colorimeter Gardner YL – 23 Tristimulus 2) Wadah kaca C.

Bahan Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll.

D.

Prosedur kerja

1) Ambil sample pellet atau exstruder 2) Masukkan sebagian sample kedalam wadah kaca yang tersedia untuk analisa 3) Letakkan wadah kaca berisi sampel diatas kaca bulat yang terdapat pada alat analisa 4) Kemudian tekan tombol T pada keyboard computer, setelah itu tekan tombol enter. 5) Catat dan baca hasil pengukuran pada layar komputer.

4.2.8

Penentuan Bulk Density

A.

Pendahuluan Penentuan ini bertujuan untuk menentukan waktu tinggal di purge bin dan

menelusuri perubahan-perubahan morfologi resin. B.

Peralatan

1) Corong stainless steel 4) Penggaris

2). Receiver silinder stainless

3). Beaker 250 cc

5). Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 43

SMK AS – SYUHADA CILEGON

C.

Bahan

Resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D.

Prosedur kerja

1) Biarkan suhu resin hingga dibawah 35 o C. 2) Pasang corong pada standar. Atur tinggi corong sehingga receiver berada 1 inch di bawah ekor corong. 3) Timbang receiver dengan ketelitian 0,1 gr ( w1 ). 4) Isi beaker ±150 ml dengan resin yang akan ditentukan. 5) Tutup ekor corong dengan gate dan tuangkan ±150 ml resin kedalam corong. 6) Tarik gate dari corong dan biarkan resin mengalir ke receiver. 7) Datarkan kelebihan resin dengan menggunakan penggaris. 8) Timbang receiver dan resin dengan ketelitian 0,1 gr (w2 ). E.

Perhitungan

Tentukan Bulk Density sebagai berikut : Bulk Density gr / ml = W2 – W1 100

4.2.9

Penentuan Additive

A. Pendahuluan Penentuan ini bertujuan untuk mengetahui kadar additive yang terdapat dalam

polipropilena

yang

berasal

dari

extruder.

Setelah

additive

ditambahkan/dicampurkan pada polimer maka perlu dilakukan pengukuran apakah target kandungan additive sudah memenuhi standar yang diinginkan. B. Peralatan 1)

X – Ray Flourescence Spectrometer

2)

Hidrolic Press Machine

3)

Wadah mold dengan pegangan kayu

4)

Pelat baking baja nirkarat

5)

Mold 4 lubang dengan ukuran 30x60x0.5 mm

6)

Gunting

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 44

SMK AS – SYUHADA CILEGON

7)

Spesimen standar dengan konsentrasi yang diketahui

C. Bahan : Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D. Prosedur kerja 1) Buat spesiment mold dengan alat hidrolic press machine. 2) Kemudian 3) ample yang telah dicetak dengan alat hidrolic press machine, dikeluarkan dan digunting kelebihan sisinya. 4) Lalu permukaan yang akan dianalisis dikikis dengan pisau. 5) Setelah dikikis sample dimasukan ke dalam sample holder dan ditempatkan pada sample chamber pada alat XRF. 6) Klik sample pada layar computer sesuai dengan penempatan sample chamber yang terdapat pada alat XRF. 7) Kemudian pada computer diketik program train 1 (E1) dan pilih aplikasi P168 maka hasil yang diperoleh (untuk additive PEPQ dan Cast) dan untuk setiap train additive yang diperiksa bisa berganti-ganti tergantung dari grade yang diminta oleh proses. 8) Tekan tombol F2 atau Ctrl + F2 pada keyboard. 9) Hasil pemeriksaan yang terdapat pada layar computer di baca dan dicatat.

4.2.10 Penentuan Ethylene A.

Pendahuluan Untuk

polipropilena

copolymer

biasanya

dilakukan

pengontrolan

kandungan ethylene yang ada dalam rantai polimer yang terbentuk, apakah sudah sesuai dengan jumlah yang diinginkan.Senyawa ethylene dapat menyerap sinar infra merah pada bilangan gelombang 733 absorbansinya setara dengan konsentrasinya. Sehingga dengan memplotnya dalam kurva kalibrasi dapat diketahui konsentrasinya.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 45

SMK AS – SYUHADA CILEGON

B.

Peralatan

1) Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FTIR) – Biorad 2) Hidrolic Press Machine 3) Wadah mold dengan pegangan kayu 4) Pelat baking baja nirkarat 5) Kertas alumunium 6) Gunting C.

Bahan

Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll. D.

Prosedur kerja

1) Sample mold disiapkan dengan alat hidrolic press machine. 2) Kemudian sample dimasukan ke dalam sample holder pada alat FTIR – Biorad. 3) Setelah sample dimasukan klik ET Ler Macro kemudian klik OK tunggu hingga selesai scan, klik Yes pada layar komputer lalu tunggu sampai muncul harga random ethylene. 4) Harga random ethylene dibagi dengan ketebalan sample dan dilaporkan sebagai pesan ethylene. 5) Hasil pemeriksaan yang terdapat pada layar computer dibaca dan dicatat

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 46

SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Polimer - Time: 09.00 WIB Sampel:# Exstruder #1A # Exstruder #1B Tabel 4. Hasil Analisa Polimer

Sampel

Melt Flow (g/10 menit)

Pellet size (g/100 butir)

Over/Fine s (%W)

Tail/Maria ge (butir/100 gr)

YI -

Spec On/In (butir/100gr)

ET (%wt)

Additive (ppm)

#1A

24.17

3.2

0/0.03

0/0

5,9

0/0

-

P = 830 C = 652

#1B

25.97

2.1

0/0.02

0/0

5,3

0/0

-

P = 996 C = 711

- Time: 11.00 WIB Sampel: # Exstruder #2A # Exstruder #2B Tabel 5. Hasil Analisa Polimer

Sampel

Melt Flow (g/10 menit)

Pellet size (g/100 butir)

Over/Fine s (%W)

Tail/Mariage (butir/100 gr)

YI -

Spec On/In (butir/100 gr)

ET (%wt)

Additive (ppm)

#2A

2.70

2.2

0/0.05

0/0

-6,1

0/0

0,48

P = 746

#2B

3.05

2.2

0/0.01

0/0

-6,4

0/0

0,47

P = 761

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 47

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Time: 15.00 WIB Sampel: # Exstruder #2A # Exstruder #2B Tabel 6. Hasil Analisa Polimer Melt Flow (g/10 menit)

Pellet size (g/100 butir)

Over/F ines (%w)

Tail/Mariage

YI

(butir/100g)

-

#2A

2.78

2.3

0/0

0/0

#2B

2.89

2.3

0/0

0/0

Sampel

Additive

Spec On/In (butir/100 gr)

ET (%w)

-6,1

0/0

0,49

P = 754

-5,7

0/0

0,47

P = 781

(ppm)

5.2 Hasil Analisa Air  Hari/Tanggal : Senin, 05 Maret 2017 Tabel 7. Hasil Analisa Air Hardness Cloride

Chlorine

Sampel (ppm)

Nitrite Ca

Total

(ppm)

(ppm)

(ppm)

(ppm)

Raw Water

0.5

-

0.8

0.8

-

DrinkingWater

-

0.05

-

-

-

FreshWater

-

0.05

-

-

-

Sea Water

-

0.21

-

-

-

Basin Water

-

0.05.

-

-

-

Cooling Water

0.3

-

0

0

0



Hari/Tanggal: Senin, 05 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 48

SMK AS – SYUHADA CILEGON

7.8 7.7

Silica (ppm) 0.07 0.07

Hydrazine (ppm) -

Phospat (ppm) -

Sulphate (ppm) -

Turbidity (NTU) -

Alkalinity (ppm) -

1.192

7.2

0.08

-

-

-

-

-

4.510

8.3

0.08

-

-

-

0.04

-

3.310

8.2

0.08

-

-

-

0.04

-

5.720 4.973

8.4 8.2

0.08 0.08

0.012 0.025

0.05 0.05

-

-

Boiler 1

109.5

10.1

0.20

0.07

0.13

-

-

Boiler 2 Raw Water Drinking Water Fresh Water Sea Water Basin Water Cooling Water

86.43 159.4

10.0 6.9

0.19 1.7

0.07 -

0.14 -

0.35

0.04

0.02 0.025 PP MO 0.55 0.5 0.55 0.65 1.0

162.0

7.0

-

-

-

-

0.05

-

149.9

6.9

-

-

-

-

0.05

-

41.27

7.3

-

-

-

-

-

-

179.2

7.5

-

-

-

-

-

-

705.27

9.3

0.04

-

-

0.08

-

Sampel Anion A Anion B Demin Water Low Condensate Medium Condensate DEA 1 DEA 2

Conductivity (mhos) 1.629 1.527

pH

PP 0.3

MO 1.3

Tabel 8. Hasil Analisa Air

 Hari/Tanggal : Selasa, 06 Maret 2017 Tabel 9. Hasil Analisa Air

Conductivity (mhos)

pH

Silica (ppm)

Hydrazine (ppm)

Phospat (ppm)

Chlorine (ppm)

Nitrite (ppm)

Alkalinity (ppm)

Anion A Anion B Demin Water Low Condensate Medium Condensate DEA 1 DEA 2

2.668 1.590

7.8 7.5

0.07 0.07

-

-

-

-

-

2.020

7.2

0.07

-

-

-

-

-

4.730

8.2

0.07

-

-

-

-

-

3.132

8.3

0.06

-

-

-

-

-

5.260 4.970

8.5 8.5

0.07 0.06

0.054 0.061

0.04 0.04

-

-

0.2 0.1

Boiler 1

94.72

10.0

0.18

0.13

0.14

-

-

Sampel

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

PP

MO

0.7

0.7

Page 49

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Boiler 2 Raw Water Drinking Water

102.7 157.9

10.1 6.8

0.19 -

0.12 -

0.13 -

-

137.5

6.7

-

-

-

0.04

-

-

Fresh Water

104.7

6.7

-

-

-

0.06

-

-

Sea Water

40.83

7.6

-

-

-

0.04

-

-

Basin Water

268.1

8.0

-

-

-

0.04

-

-

Cooling Water

980.5

9.12

-

-

-

7.8



-

0.5

0.6 -

PP

MO

-

-

Hari/Tanggal : Rabu, 07 Maret 2017 Tabel 10. Hasil Analisa Air

Sampel

Conductivity (mhos)

pH

Silica (ppm)

Hydrazine (ppm)

Phospat (ppm)

Chlorine (ppm)

Nitrite (ppm)

Alkalinity (ppm)

Anion A

1.184

8.0

0.06

-

-

-

-

-

Anion B

1.050

8.0

0.06

-

-

-

-

-

Demin Water

1.259

7.2

0.07

-

-

-

-

-

Low Condensate

6.353

8.3

0.07

-

-

-

-

-

Medium Condensate

3.011

8.2

0.12

-

-

-

-

-

DEA 1

5.438

8.5

0.07

0.052

0.04

-

-

0.4

DEA 2

5.934

8.5

0.07

0.053

0.05

-

-

0.3

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 50

SMK AS – SYUHADA CILEGON

Boiler 1

135.5

10.0

0.11

0.11

0.14

-

-

PP 0.6

MO 077

Boiler 2

128.6

10.0

0.12

0.12

0.14

-

-

0.6

0.6

Raw Water

124.8

6.9

-

-

-

Drinking Water

154.1

6.7

-

-

-

Fresh Water

129.9

7.1

-

-

Sea Water

24.97

7.8

-

Basin Water

233.4

7.2

Cooling Water

925.5

9.2

-

-

0.04

-

-

-

0.04

-

-

-

-

0.06

-

-

-

-

-

0.06

-

-

-

-

-

7.7

PP

MO

-

-

5.3 Pembahasan Analisa Air A. Conductivity Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada konsentrasi zat yang terisolasi dalam air. Konsentrasi relative dan suhu mempengaruhi besarnya Daya Hantar Listrik (DHL).

B. pH pH menunjukan kadar asam atau basa suatu larutan melalui konsentrasi (aktivitas ion hidrogen). Ion H+ selalu ada dalam kesetimbangan dinamis dalam air melalui reaksi. Air mempunyai pH < 7 disebut asam dan yang mempunyai pH > 7 disebut basa. Sebaiknya air yang akan digunakan adalah air yang mempunyai pH netral = 7. Cara pengujian pH dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Cara potensiometris, yaitu dengan pH meter b. Cara kolorimetris, yaitu dengan komparator menggunakan larutan indikator (kertas pH )

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 51

SMK AS – SYUHADA CILEGON

C. Silica Silica merupakan salah satu penyebab terbentuknya deposit. Air yang mengandung silika sangat sulit diendapkan. Apabila air mengandung silica akan menyebabkan terbentuknya kerak yang tebal dan padat. Jika pada alat terdapat kerak, bisa mengurangi suhu saat pemanasan karena terlalu tebal. D. Hydrazine Penambahan hydrazine ke dalam air tersebut bertujuan mencegah perkaratan oleh oksigen terlarut. E. Phospat Pada air limbah industri, phospat berasal dari chemical yang dipakai untuk perlakuan anti karat dan anti kerak pada boiler. F. Sulphate Ion sulphate (SO42-) adalah anion utama yang terdapat di dalam air. Sulfat mempunyai peranan penting dalam penyaluran air maupun dalam penggunaan oleh umum. Kehadiran sulfat dapat menimbulkan masalah bau dan korosi pada pipa air akibat reduksi SO42- menjadi S2- dalam kondisi anaerob dan bersama ion H+ membentuk H2S. G. Turbidity (Kekeruhan) Kekeruhan air dapat disebabkan oleh bermacam-macam zat yang tersuspensi dalam air, dari mulai bentuk koloidal sampai bentuk lumpur kasar (disperse kasar). Adanya besi dan mangan yang berkadar tinggi dalam air, menyebabkan kekeruhan, karena Fe(OH)3 yang tidak larut. H. Alkalinity Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 52

SMK AS – SYUHADA CILEGON

I. Chlorine Klorinasi yang dilakukan pada air bersih, atau air yang telah terkotori, tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. J. Nitrite Nitrite ada di dalam air karena sengaja ditambahkan ke water supply sistem melalui sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada industri.

5.4 Pembahasan Mengenai Analisa Polimer A. Melt Flow Melt Flow adalah jumlah polimer yang keluar melalui suatu Orifice dengan panjang dan diameter tertentu pada suhu 230 0C dengan berat tertentu yaitu

2160 gram (2060 berat beban + 100 grampiston) selama 10 menit.

Pengukuran Melt Flow secara tidak langsung dilakukan untuk mengontrol berat molekul dan panjang rantai polimer yang terbentuk. Melt Flow selalu berbanding terbaik dengan jumlah molekul dan viskositas lelehan. Melt Flow dapat di ukur dengan alat “Melt Flow I ndexer”, biasanya ditunjukan dengan satuan gr/10 min. polipropilena dapat diproduksi dengan angka Melt Flow 0.25 gr/10 min sampai dengan 800 gr/10 min.

B. Xylene Soluble Kandungan atactic ini dilakukan untuk mengontrol proses produksi Supaya tidak menghasilkan polymer atactic yang melebihi batas yang diizinkan. Kandungan atactic ini biasa dikenal dengan nama “Xylene Soluble”. Istilah xylene soluble dipakai karena dalam penentuan ini diigunakan pelarut xylene dimana polimer atactic ini larut dalam pelarut xylene sehingga dengan perbedaan kelarutan ini kandungan isomer atactic dalam polipropilen ini dapat ditentukan kandungannya.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 53

SMK AS – SYUHADA CILEGON

C. Pellet Size Bertujuan untuk mengetahui peformansi proses pelleting dan untuk mengetahui apakah produk memenuhi spesifikas yang di diinginkan . metode ini dilakukan dengan menimbang 100 butir pellet, tapi penimbangan dapat dilakukan dengan 25 butir pellet yang kemudian dikalikan dengan 4. Hal tersebut merupakan teknik atau cara memilih sebuah sampel yang dapat mewakili (representatif) bahan yang akan dianalisis.

D. Tail dan Mariage Kedua parameter ini digunakan untuk memonitor apakah produk tersebut memenuhi kualitas visual. Tail merupakan pellet yang mempunyai benang atau ekor yang panjangnya lebih dari 3 mm. Sedangkan Marriage adalah bergabungnya dua atau lebih pellet.

E. Over/Fines Pellet yang berukuran lebih besar/lebih kecil dari rata-rata. Metode yang digunakan adalah dengan pengayakan pellet dengan screen ukuran tertentu. Dan persen fines ditentukan dari berat pellet yang melewati ayakan yang tertampung dalam pan.

F. Fosfat Spec On adalah partikel yang terlihat dipelet yang dapat dihilangkan dengan cara digosok atau ditiup (diatas permukaan pellet) Spec In adalah partikel yang terlihat di pellet yang tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok dan ditiup (dibawah permukaan pellet). Tujuan dilakukan pengujian spec on/in adalah untuk menentukan kualitas produk memenuhi standar kualitas secara visual.

G. Yellowness Index Polipropilena merupakan polimer berwarna putih terang, dan bebas warna. Warna disebabkan oleh adanya udara saat proses pelletasi atau adanya

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 54

SMK AS – SYUHADA CILEGON

kontaminasi. Perubahan warna diukur dengan YI akibat produktivitas katalis kurang baik dan adanya oksidasi polimer. Semakin negatif YI, polipropilena semakin terang. Tujuan dilakukan pengujian yellowness index adalah untuk menentukan derajat kekuningan pellet polipropilena.

H. Bulk Density Penentuan ini bertujuan untuk menentukan waktu tinggal di purgebin dan menelusuri perubahan-perubahan morfologi resin.

I.

Addtive untuk Additive adalah susunan bahan atau kombinsasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan kedalam ransum pakan ternak untuk menaikan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam menyusun pakan ternak. Penentuan ini bertujuan mengetahui kadar additive yang terdapat dalam polipropilena yang berasal dari extruder. Setelah aditif ditambah/dicampurkan pada polimer maka perlu dilakukan pengukuran apakah target kandungan aditif sudah memenuhi standar yang diinginkan.

J.

Etilena Untuk polipropilena copolymer biasanya dilakukan pengontrolan kandungan ethylene yang ada dalam rantai polimer yang terbentuk, apakah sudah sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Senyawa ethylene apaklah dapat menyerap sinar inframerah pada bilangan gelombang 733 absorbansinya setara dengan konsentrasi. Sehingga dengan memplotnya dalam kurva kalibrasi dapat di ketahui konsentrasinya.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 55

SMK AS – SYUHADA CILEGON

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1.

PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant merupakan salah satu industri petrokimia yang memproduksi polipropilena jenis homopolymer, random kopolymer, dan blok kopolimer terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dengan kapasitas 480.000 ton per tahun.

2.

Penanganan mutu senantiasa dilakukan dengan bantuan analisis produk yang ditangani oleh tiga unit laboratorium yaitu : Laboratorium Analisa Air, Laboratorium Analisa Gas, dan Laboratorium Analisa Polimer.

3.

Produk polipropilena yang dihasilkan sangat berguna dalam pemenuhan kebutuhan berbagai industri lainnya, seperti industri minuman dan makanan olahan, produk elektronik, peralatan rumah tangga, dan lainlain.

6.2 Saran 6.2.1

Saran Untuk Perusahaan Selama mengikuti Praktik Kerja Industri di PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant kami banyak mendapatkan ilmu pengetahuan baru dan pemahaman yang lain tentang teori yang telah kami dapat serta pengalaman yang tidak ternilai. Namun diluar semua hal tersebut kami ingin menyumbangkan saran kecil kami yang insya Allah dapat berguna untuk membangun PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant, yaitu : Tingkatkanlah terus tali silaturahmi dilingkungan pabrik sehingga terbentuk suasana kekeluargaan dan keakraban antar karyawan dan siswa PKL. 1.

Memberikan kesempatan pada lulusan SLTA terutama SMK agar

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 56

SMK AS – SYUHADA CILEGON

dapat diterima bekerja di Perusahaan guna mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Kota Cilegon.

6.2.2 Saran Untuk Sekolah 1.

Diharapkan pihak sekolah khususnya bagian HUMAS & HUBIN supaya sedapat mungkin mengadakan jalinan kerjasama lebih banyak lagi dengan perusahaan lain.

2.

Diharapkan sekolah sering mengadakan kunjungan Industri ke beberapa Perusahaan agar para siswa lebih mengenal dunia Industri.

3.

Meningkatkan mutu Pelajaran yang sesuai dengan program keahlian Kimia Industri.

4.

Melengkapi alat - alat Lab, guna menunjang kegiatan praktikum.

5.

Diharapkan pembimbing PRAKERIN sekolah bisa mengunjungi siswanya yang sedang prakerin untuk memberikan masukan dan arahan yang lebih baik terhadap anak didiknya. Demikian saran yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat.

6.2.3 Saran untuk Teman 1.

Jadikan prakerin sebagai ajang untuk menggali informasi dan menamah wawasan.

2.

Berprilakulah yang sopan dan santun saat melakukan prakerin agar tidak mencoreng nama baik sekolah daan juga nama baik diri sendiri.

3.

Ikuti tata tertib saat melakukan prakerin.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 57

SMK AS – SYUHADA CILEGON

DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1994, Prosedur Analisa Raw Material

PT Tri

Polyta

Indonesia, Tbk. Anonimous, 1994, Prosedur Analisa Air PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. Anonimous, 1994, Prosedur Analisa Polimer PT Tri Polyta, Indonesia,Tbk. Graham T.W, and Solomon. 1984, Kimia Organik, Third edition, New York, John willey and Sons. Prof. Dr.-Ing. Vollrath Hopp. 1985, Dasar-dasar Teknologi Kimia, Federal Republic of Germany.

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI 2017

Page 58

Related Documents

Isi Laporan
April 2020 22
Isi Laporan Aine.docx
November 2019 18
Imam - Laporan Ujikom (isi)
December 2019 25
Isi Laporan Modul 3ddpa.docx
December 2019 33

More Documents from "kartika alma"

Dita Pfd.pdf
May 2020 28
Dila Pfd.pdf
May 2020 17
Spt Perjalanan Dinas.docx
November 2019 41
Pencapaian Uin.docx
April 2020 34