AKUNTANSI PUBLIK Indikator Kinerja CREAM dan SMART Dosen Pengampu: Dr. Herkulana, MS
Disusun Oleh: Kelompok 9 Yudha Pramudya
F1032161009
Gani Widansyah
F1032161023
Xaverius Verry
F1032161035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI P.PAPK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019
A. Indikator Kinerja Indikator merupakan alat untuk mengukur pencapaian kinerja (input, outcome, dan output) baik di tingkat Kabinet/Pemerintah ataupun di tingkat K/L. Pengukuran kinerja memerlukan penetapan indikator-indikator yang sesuai dan terkait dengan informasi kinerja (impact, outcome, dan output). B. Kriteria Penyusunan Indikator Kinerja Penyusunan indikator kinerja, perlu untuk mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: a. Relevant : indikator terkait secara logis dan langsung dengan tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran strategis institusi; b. Well-defined : definisi indikator jelas dan tidak bermakna ganda sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan; c. Measureable : indikator yang digunakan diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas atau harga. - Indikator kuantitas diukur dengan satuan angka dan unit Contoh Indikator kuantitas: jumlah penumpang internasional yang masuk melalui pelabuhan udara dan pelabuhan laut. - Indikator kualitas menggambarkan kondisi atau keadaan tertentu yang ingin dicapai (melalui penambahan informasi tentang skala/tingkat pelayanan yang dihasilkan). Contoh indikator kualitas: Proporsi kedatangan penumpang internasional yang diproses melalui imigrasi dalam waktu 30 menit. - Indikator harga mencerminkan kelayakan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran kinerja. Contoh indikator harga: biaya pemrosesan imigrasi per penumpang. d. Appropriate : indikator yang dipilih harus sesuai dengna upaya peningkatan pelayanan/kinerja e. Reliable : indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan kinerja; f. Verifiable : memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk menghasilkan indikator; g. Cost effective : kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data. Indikator kinerja (IK) yang baik harus mencermikan beberapa kriteria, salah satunya CREAM. CREAM adalah singkatan dari clear, relevant, economic, adequate, monitorable. a. Clear berarti indikator kinerja harus jelas dan tidak ambigu sehingga tidak menimbulkan multiinterpretasi. Kejelasan suatu indikator bisa saja ditetapkan dengan kuantitatif atau satuan angka dan secara kualitatif Contoh: Tidak menimbulkan keraguan dalam mengukur pencapaian kinerja. b. Relevant berarti indikator kinerja harus memiliki kesesuaian atau keterkaitan dengan sasaran atau tujuan yang ada. Contoh: Harus memungkinkan untuk menilai kinerja tugas yang menangani aspek obyektif.
c. Economic maksudnya data-data mengenai indikator yang dibutuhkan harus berada pada harga yang wajar. Contoh: Harga yang diperoleh berdasarkan kekuatan keadilan bagi pihak pembeli dan penjual. d. Adequate atau cukup maksudnya indikator yang ditetapkan harus dapat menilai kinerja. Apakah salah satu indikator atau dikombinasikan dengan indikator-indikator lain agar dapat dijadikan sebagai basis untuk menilai kinerja secara layak. Contoh: Untuk menilai dari penilaian kinerja dapat membantu mengambil keputusan siapa yang layak dipromosikan, dipertahankan, atau bahkan harus dikeluarkan dari organisasi. e. Monitorable maksudnya indikator harus selalu dapat disempurnakan jika penyempurnaan memang dibutuhkan. Dengan demikian,masukan-masukan dalam rangka peningkatan kualitas indikator sangat dibutuhkan. Contoh: Dalam rangka kejelasan dan ketersediaan informasi, indikator harus dapat diterima bagi penilai atau evaluator kinerja yang independent. C. Target Indikator Kinerja Target kinerja disusun setelah indikator kinerja ditetapkan. Target kinerja menunjukkan sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh K/L, program, dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam menetapkan target kinerja perlu diperhatikan standar kinerja yang dapat diterima (benchmarking). Salah satu cara menentukan standar kinerja adalah dengan mengacu kepada tingkat kinerja institusi/negara lain yang sejenis sebagai perwujudan best practices. Standar kinerja dan target kinerja dinyatakan dengan jelas pada awal siklus perencanaan. Hal ini untuk menjamin aspek akuntabilitas pencapaian kinerja. Kriteria dalam menentukan target kinerja menggunakan pendekatan “SMART”, yaitu : a. Spesific : Sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas; b. Measurable : Target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya; c. Achievable : Target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber daya yang ada; d. Relevant : Mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcome dalam rengka mencapai target impact yang ditetapkan; dan e. Time bond : Waktu pencapaian kinerja ditetapkan. Menggunakan Prinsip SMART Goal dalam Menentukan Target Proyek Prinsip SMART Goal merupakan pedoman yang dipergunakan untuk menentukan sasaran atau target daripada suatu proyek (Project), seperti proyek peningkatan kualitas, proyek Six Sigma bahkan penetapan sasaran sebuah organisasi. Prinsip SMART Goal ini pertama kali diperkenalkan oleh George T. Doran pada tahun 1981 dalam Majalah Management Review edisi November 1981.
Penentuan Sasaran ataupan Target yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja kerja suatu Tim karena adanya Fokus yang jelas terhadap apa yang akan dicapainya. 5 PRINSIP SMART GOAL Kata “SMART” merupakan kumpulan dari 5 huruf pertama Kata dalam Bahasa Inggris yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevance dan Time Bound. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai SMART Goals: 1. Specific (Spesifik / Khusus) Target suatu Proyek harus ditetapkan secara Spesifik dan Jelas. Suatu Target yang ditentukan dengan Special akan memiliki kesempatan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Target yang ditentukan secara umum dan luas. Tujuan yang Anda tetapkan harus jelas dan spesifik. Jelas akan membantu menguraikan apa yang akan Anda lakukan, sedangkan spesifik akan membuat segala upaya Anda fokus pada target yang akan dicapai. Contoh: Target yang Umum: IPQC harus lebih sering Audit Produksi. Target yang Spesifik: IPQC harus melakukan Audit Produksi sebanyak 4 kali sehari. 2. Measureable (Dapat diukur) Target Proyek yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan indikator yang tepat sehinggan dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi pencapaiannya serta dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya. Apa yang ingin Anda capai haruslah bisa diukur, misalnya seberapa kuat, seberapa sering, seberapa banyak, atau seberapa dalam. Contoh: Target Produktivitas Line 1 harus mencapai 120% 3. Achievable Target Proyek yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha yang menantang dan harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim harus mengetahui dimana letak kemampuannya dan mempertimbangkan kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya sempurna. Dari Kinerja Sekarang sampai ke Kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap dan Target yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap pula. Pada versi SMART Goal lainnya, Attainable juga disebut dengan Achievable.
Tujuan yang Anda tetapkan haruslah bisa dicapai. Dengan begitu Anda akan berkomitmen untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai Anda menetapkan tujuan yang tidak mungkin Anda capai. Contoh: Cacat Produksi sekarang ini adalah 5%, maka Target yang disetting (ditentukan) akan sangat sulit tercapai jika disetting ke 0.5% langsung. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan kemampuannya atau menetapkannya secara bertahap ke 3% pada bulan ini, 1.5% bulan depan dan seterusnya. 4. Relevance Target Proyek yang ditentukan harus bersifat Realistis, jangan menentukan Target yang terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus mengetahui batas kemampuan dari Tim untuk mencapai Target Proyek yang ditentukan. Relevance / Realistis atau masuk akal adalah hal lain yang harus dipenuhi oleh tujuan yang ingin Anda capai. Jangan membuat tujuan yang terlalu sulit sehingga tidak mungkin Anda capai atau membuat tujuan yang tidak sejalan dengan keinginan atau hasrat hati Anda. Contoh Target yang tidak Realistis: Maintenance (pemeliharaan) rutin Mesin Solder harus diselesaikan dalam waktu 2 Jam, padahal kemampuan Teknisi yang berjumlah 2 orang hanya bisa melakukannya dalam waktu 4 Jam. Jadi hampir dapat dipastikan Target tersebut tidak akan tercapai karena tidak realistis. 5. Timebound (Batas Waktu) Harus menetapkan Batas waktu dalam mencapai Target Proyek. Tanpa adanya batas waktu, Tim akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk mencapai Target yang diinginkan. Anda harus bisa menetapkan kapan tujuan tersebut harus dicapai. Apakah minggu depan, tahun depan, atau lima tahun lagi. Dengan adanya batasan waktu, Anda akan terpacu untuk segera memulai melakukan tindakan. Contoh: Batas Waktu untuk menyelesaikan Modifikasi Jig Produksi adalah Tanggal 28/Juli/2016. Masing-masing indikator kinerja, selanjutnya harus dilengkapi dengan informasi indikator kinerja. Informasi indikator kinerja dalamn kerangka pengukuran kinerja terdiri atas : a. Nama indikator: mengidentifkasi nama dan kategori indikator. b. Tujuan/kepentingan: menjelaskan apa yang yang ingin dicerminkan dari sebuah indikator dan mengapa itu penting; c. Metode penghitungan: menggambarkan cara penghitungan indikator (jika indikator yang digunakan merupakan hasil perhitungan dari data/informasi yang dikumpulkan);
d. Tipe perhitungan: mengidentifikasi sifat indikator kinerja (bersifat kumulatif atau nonkumulatif); e. Indikator baru: mengidentifikasi indikator baru atau indikator lama yang berubah sasaran kinerjanya dibanding tahun sebelumnya; f. Kinerja yang diharapkan: mengidentifikasi tingkat dan arah kinerja yang diharapkan; g. Standar indikator: mengidentifikasi standar kinerja yang dapat diterima; h. Penanggungjawab indikator: mengidentifikasi unit organisasi penanggungjawab dalam pendefinisian, analisis data, interpretasi, dan pelaporan indikator; i. Pengelola data indikator: mengidentifikasi unti organisasi penanggungjawab dalam memastikan data indikator telah terkumpul dan tersedia sesuai jadwal; j. Waktu pelaksanaan pengumpulan data indikator: tanggal yang ditetapkan untuk memulai pengumpulan data indikator; k. Jadwal pelaporan: mengidentifikasi jadwal pelaporan indikator (pertigabulan, persemester atau pertahun); l. Sumber pengumpulan data: menggambarkan asal data/informasi didapat dan cara pengumpulannya; dan m. Hambatan pengumpulan data: mengidentifikasi hambatan pengumpulan data/informasi terkait pengukuran kinerja.