Bagian 1 : Pendahuluan 1.1 Current Assets Current Assets yang dimiliki oleh PT. Vale Indonesia (INCO) terdiri dari kas dan setara kas, kas yang dibatasi penggunaanya, investasi jangka pendek (2015), piutang usaha dengan pihak-pihak berelasi, persediaan, pajak dibayar di muka, biaya dibayar di muka dan uang muka, dan aset keuangan lancar lainnya. Jika dilihat dari current assets INCO dari tahun 2013 ke tahun 2017 jumlah current assets AIMS bersifat cukup stabil walaupun sempat mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan kembali stabil pada tahun-tahun berikutnya. Peningkatan pada tahun 2014 ini disebabkan oleh adanya kenaikan pada kas dan setara kas yang memiliki jumlah paling besar dibanding dengan tahun sebelum dan tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode commonsize analysis, proporsi terbesar yang terdapat pada current assets INCO yaitu kas dan setara kas pada tahun 2014 dengan persentase 13,58%. Berdasarkan metode comparative analysis, pada periode 2013-2014 terjadi perubahan paling signifikan dengan kenaikan sebesar 11,47%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada akun kas dan setara kas, piutang usaha dengan pihak berelasi dan adanya peningkatan pajak lainnya pada akun pajak dibayar di muka. Berbicara mengenai piutang usaha, terdapat resiko akuntansi yang kemungkinan muncul, yaitu dari penurunan nilai dari piutang usaha. Biasanya perusahaan akan memiliki bukti objektif bahwa perusahaan tidak dapat menagih keseluruhan nilai yang terdapat pada ketentuan awal dari piutang tersebut. Indikator penurunan nilai ini bisa disebabkan oleh adanya kesulitan keuangan yang signifikan pada debitur, kemungkinan debitur mengalami kebangkrutan, dan adanya tunggakan terhadap pembayaran. Resiko lain yang kemungkinan muncul adalah dari sisi persediaan. Perusahaan mencatat nilai persediaan menggunakan metode lower of cost or net realizable value. Pada laporan keuangan INCO, terdapat persediaan usang (bahan pembantu usang) dalam akun Inventories. Biayabiaya persediaan yang muncul seperti bahan pembantu akan dicatat sebagai beban dan menjadi bagian dari beban pokok pendapatan. Hal ini merugikan perusahaan karena dapat mengurangi laba (net profit) dari perusahaan. 1.2 Current Liabilities Current Liabilities yang dimiliki oleh INCO terdiri dari utang usaha dengan pihak-pihak berelasi dan pihak ketiga, akrual, liabilitas imbalan kerja jangka pendek, utang pajak, bagian jangka pendek atas pinjaman bank jangka panjang, liabilitas atas pembayaran berbasis saham, dan liabilitas keuangan jangka pendek lainnya. Jika dilihat dari current liabilities INCO, jumlah liabilitas jangka pendek tertinggi berada pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya, yaitu sebesar USD. 208.390.000,.
Berdasarkan metode commonsize analysis, pada tahun 2017 proporsi terbesar terdapat pada akun utang usaha pihak ketiga yang paling tinggi dari akun-akun current liabilities. Hal ini disebabkan adanya pembelian barang dan jasa yang lebih banyak kepada pihak ketiga dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan metode comparative analysis, pada periode 2014-2015 terjadi penurunan cukup drastis sebesar 29%. Hal ini disebabkan adanya penurunan yang sangat signifikan pada akun akrual, liabilitas imbalan kerja jangka pendek dan utang pajak. Berbicara mengenai utang usaha kepada pihak berelasi dan pihak ketiga, resiko yang kemungkinan dapat terjadi adalah adanya resiko selisih kurs dari mata uang asing. Utang usaha kepada pihak berelasi berada dalam bentuk mata uang Dollar Amerika dan Yen Jepang, sedangkan utang usaha kepada pihak ketiga terdiri dari beberapa mata uang asing seperti Dollar Amerika, Euro, Poundsterling, Dollar Australia, dan Dollar Kanada. Hal ini tentu menyebabkan adanya resiko dari sisi kemampuan perusahaan dalam membayar utang. Utang usaha ini memiliki nilai yang cukup besar dan berkisar di atas USD 50 juta setiap tahunnya. Selain itu, resiko yang kemungkinan muncul adalah kemampuan perusahaan dalam menanggung atau membayar biaya akrual yang memiliki nilai yang cukup besar setiap tahunnya. Biaya akrual terdiri dari biaya barang dan jasa, royalti, retribusi air, sewa tanah, barang modal, dan biaya keuangan. 1.3 Debt Debt adalah hutang yang memiliki tanggungan bunga/interest bearing. Komponen Debt yang dimiliki oleh INCO terdiri atas bagian jangka pendek atas pinjaman bank jangka panjang dan pinjaman bank jangka panjang. Debt dari INCO terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu short-term debt (bagian jangka pendek atas pinjaman jangka panjang) dan long-term debt (pinjaman bank jangka panjang). Penyedia dana dari pinjaman yang diberikan adalah dari Bank of Tokyo – Mitsubishi UFJ, Ltd. dan Mizuho Bank, Ltd. Fasilitas yang diberikan adalah sebesar USD 300 juta yang terdiri dari 200 juta oleh Bank of Tokyo dan 100 juta oleh Mizuho Bank. Pemberian fasilitas pinjaman ini bertujuan untuk membiayai konstruksi, pembangunan, dan pengoperasian proyek Karebbe. Fasilitas pinjaman ini dikenakan bunga yang berbeda-beda setiap tahunnya (dapat dilihat pada Lampiran 4). Pokok utang akan dibayar dalam 16 kali cicilan tengah tahunan mulai tanggal 19 Februari 2012 dan jatuh tempo pada tanggal 30 Agustus 2019. Berdasarkan metode commonsize analysis, akun long-term debt yang terdiri dari bagian pinjaman bank jangka panjang memiliki proporsi terbesar pada tahun 2013 yaitu sebesar 83,63%. Berdasarkan metode comparative analysis, untuk akun bagian jangka pendek atas pinjaman jangka panjang mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan untuk pinjaman bank jangka panjang
mengalami penurunan yang semakin besar setiap tahunnya dan pada tahun 2017 mengalami penurunan mencapai 50,35%.
Debt 2017
36743
2016
36462
2015
36219
2014
35979
2013
35863 0
36295
73095
109858
146617
183252 50000
100000 Short-term Debt
150000
200000
250000
Long-term Debt
1.4 Equity Jika dilihat dari ekuitas yang dimiliki share capital yang diberikan kepada INCO tetap konstan dari tahun 2013 - 2017 yaitu sebesar USD. 136.413.000,-. Namun, apabila dilihat dari total ekuitas yang dimiliki oleh INCO yang paling tinggi adalah pada tahun 2016 sebesar USD. 1.834.589,-. Berdasarkan metode commonsize analysis, dari tahun 2012 hingga 2016 persentase terbesar selalu ada pada akun saldo laba belum dicadangkan. Akun saldo laba belum dicadangkan ini memiliki proporsi terhadap total liabilitas dan ekuitas yang semakin meningkat setiap tahunnya. Akun ini juga memiliki proporsi lebih dari 50% setiap tahunnya. Berdasarkan metode comparative analysis, perubahan terbesar terdapat pada periode 2014 – 2015 dimana terjadi penurunan sebesar 40,08% pada akun saldo laba dicadangkan.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4