IMPLEMENTASI POTENSI TENAGA SURYA DI KABUPATEN KAIMANA, PAPUA Mansur Efendi 1610501034, Nila Indriya Sari 1610501096 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tidar Jl. Kapten Suparman No.39, Potrobangsan, Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah 56116
Abstrak Kebutuhan energi listrik Kabupaten Kaimana, Papua semakin meningkat seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduknya. Wilayah yang saling berjauhan menjadi penyebab suplai tenaga listrik di Kabupaten Kaimana, Papua sangat terbatas, satusatunya sumber energi penerang di malam hari yaitu damar, tetapi masyarakat harus pergi kehutan dengan jarak 10 km dari perkampungan untuk membeli damar sebagai penerangan. Damar sendiri merupakan salah satu hasil hutan non kayu yaitu suatu getah yang merupakan senyawa polysacarida yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon hutan tertentu. Melihat hal ini, maka pemerintah mengambil inisatif untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia khususnya kabupaten Kaimana Kabupaten Kaimana, Papua yang sangat potensial, sehingga perlu diadakan kajian potensi. Kajian ini dilaksanakan dengan prioritas potensi sumber energi terbarukan adalah energi surya. Hasil kajian memperlihatkan bahwa potensi energi terbarukan sangat besar, energi surya memiliki potensi yang paling besar yaitu 144,35 w/m2 dengan rata-rata penyinaran matahari bulanan sebesar 57.95 % setiap bulannya.
Pendahuluan Indonesia masih bergantung pada minyak bumi hingga 30 tahun ke depan. Saat ini, porsi konsumsi minyak bumi masih mencapai sekitar 60 persen dari seluruh sumber energi yang ada, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional pada saat ini mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari (bph). Sayangnya, peningkatan tren konsumsi minyak bumi tidak sejalan dengan produksi minyak yang ada di Indonesia. Pasalnya, sejak 2014, tren produksi minyak di Indonesia justru mengalami penurunan.
Pada 2014 produksi minyak di Indonesia hanya mencapai sekitar 300 juta barel. Sedangkan pada 2050, cadangan minyak Indonesia diproyeksikan kurang dari 100 juta barel. Padahal, tingkat konsumsi minyak bumi di Indonesia masih akan terus meningkat tiap tahunnya bahkan dapat diproyeksikan bahwa tingkat konsumsi minyak bumi di 2050 akan mencapai 1 miliar barel. rasio penemuan cadangan minyak di Indonesia hanya sebesar 40 persen.Berkurangnya potensi energi fosil ini terutama minyak dan gas bumi, mendorong pemerintah untuk menjadikan EBT(Energi
Baru Terbarukan) sebagai prioritas utama untuk menjaga ketahanan dan kemandirian energi, mengingat potensi EBT sangat besar untuk dapat menjadi andalan dalam penyediaan energi nasional di masa mendatang. Potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu peraturan yang mengatur pengembangan EBT di masa mendatang adalah PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Untuk mendukung pengembangan EBT di Indonesia, diperlukan pemetaan potensi EBT yang ada di Indonesia. Sampai dengan tahun 2015, sumber daya EBT memiliki target bauran yaitu 23% ( untuk th 2025, 31% pada th 2050 sesuai dengan PP no.79 th 2014); sementara, batubara > 30%, gas > 22%, dan BBM < 25%. Awal 2018 EBT sudah mencapai 12,9% dari target 23% yang berasal dari PLTP,PLTA, dan PLTMH. Salah satu jenis energi dari EBT yang dimanfaatkan yaitu tenaga surya, di Indonesia sendiri yang merupakan negara tropis mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Hal ini membuat Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru terbarukan dengan memanfaatakan tenaga surya. Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4,8 Kwh/m2 atau setara dengan 112.999 giga watt peak (GWP)dan di kabupaten Kaimana, Papua sendiri sebesar 144,35 w/m2 dengan rata-rata penyinaran matahari bulanan sebesar 57.95 % setiap bulannya. Potensi ini sepuluh kali lipat dari potensi yang dimiliki Jerman dan sebagian
besar
negara
di
kawasan
Eropa.
Potensi Tenaga Surya di salah satu kabupaten di Kabupaten Kaimana, Papua yaitu Kaimana
Hal ini menjadikan Indonesia memiliki peluang dalam memanfaatkan sumber daya dari alam. Maka pemerintah sesuai dengan RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) Perpres Nomor 22 Tahun 2017 , berupaya memanfatkan energi ini ,salah satunya dengan membangun pembangkit tenaga surya. Saat ini propinsi di Indonesia yang masih kekurangan sumber energi listrik di propinsi Kabupaten Kaimana, Papua dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masing mempunyai rasio elektrifikasi sebesar 60%. Untuk mencapai target rasio elektrifikasi 100% maka perlu pemanfaatan tenaga surya. Oleh karena itu di Kabupaten Kaimana, Papua menerapkan penggunaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Sehingga diharapkan tenaga ini dapat menjadi salah satu pemasok energi listrik di seluruh Indonesia.
Metode 1. Energi dari cahaya matahari Metode ini didasarkan pada fenomena efek fotolistrik dan menggunakan sel fotovoltaik. Ketika cahaya matahari pemogokan panel surya, proses photoemission terjadi di dalam sel fotovoltaik dan eneergi surya secara langsung dikonversikan menjadi energi listrik. Secara teoritis tidak ada disipasi panas yang terlibat dalam metode ini.
2. Energi dikembangkan dari panas matahari Metode lain untuk menghasilkan energi menggunakan energi surya dengan menangkap panas. Dalam metode ini sejumlah besar cermin cekung yang digunakan untuk mengintensifkan panas yang dihasilkan dari matahari. Panas ini digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Seperti metode lain tekanan uap bergerak turbin untuk menghasilkan energi listrik. Salah satu metode yang sedang digencarkan pemerintah yaitu memanfaatkan efek dari cahaya matahari .Saat ini berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah sebagai wujud dari keputusan RUEN tahun 2017 sehingga dapat menjadi jalan pintas menuju ratio elektrifikasi sebesar 100%. Akan tetapi permasalahan mulai muncul ketika terdapat daerah yang mempunyai jarak yang saling berjauhan antar daerah. Oleh karena itu di kabupaten Kaimana, Papua menerapkan penggunaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) adalah program daei kementrian ESDM sebagai solusi penerangan dan energi listrik LTSHE tersebut difokuskan bagi pedesaan yang terisolir dan sulit dijangkau jariangan PLN. Prinsip kerja LTSHE adalah energi dari matahari ditangkap oleh panel surya, diubah menjadi energi listrik kemudian disimpan di dalam baterai. Energi listrik di dalam baterai ini yang kemudian digunakan untuk menyalakan lampu. Komponen LTSHE terdiri dari : 1. Lampu LED 3 W yang setara lampu pijar 25 W
2. Saklar tarik untuk mengatur output cahaya dan masa penggunaan. 3. Hub dan kabel USB untuk mengisi daya baterai ponsel. 4. Cip manajemen energi 5. Baterai litium Keunggulan 1. Portabel 2. Karena menggunakan LED lampu lebih terang 3. Daya tahan lama 4. Pemasangan mudah.
Cara kerja LTSHE 1. Panel surya menagkap energi dari sinar matahari, didalam panel surya terdapat bahan fotovoltaik yang berfungsi menangkap foton dari sinar matahari dan menyemburkan elektron yang lalu menghasilkan energi listrik. Fenomena ini disebut efek fotovoltaik 2. Setelah itu arus listrik dialirkan kedalam panel hubung bagi (HUB) untuk dibagi ke dalam 5 output yang terdiri dari 4 output untuk lampu, dan 1 output untuk charger handphone.
3. Setelah melewati HUB arus akan dialirkan kedalam 4 buah lampu dan charger habdphone ,di dalam lampu sendiri terdapat baterai yang mampu menyimpan tegangan yang menerangi selama 6 jam atau maksimal 60 jam , baterai ini tertanam di dalam lampu LED itu sendiri. 4. Dalam penyalaan lampu sendiri menggunakan fitur otomatis yang dapat mengubah cahaya yang apabila ditarik satu kali akan menjadi 240 lumen dan hidup selama 6 jam, jika ditraik 2 kali akan menjadi 120 lumen hidup selama 12 jam, dan tarikan 3 kali akan merubah menjadi 25 lumen selama 60 jam.
Hasil Sebelum ada penerapan LTSHE di Kabupaten Kaimana, Papua dulu menggunakan damar sebagai penerangan warga kabupaten Kaimana, Papua itu pun hanya di malam hari. Untuk memperoleh damar warga harus berjalan kurang lebih 10 km dari rumah mereka ke hutan. Itupun tidak sebanding dengan harga dari damar sendiri yang harganya Rp. 20.000,- per liter. Mengetahui hal tersebut, maka pemerintah membantu warga kabupaten Kaimana, Papua dengan memberikan LTSHE kesetiap ruma di 2.500 desa yang ada di Papua termasuk salah satunya di kabupaten Kaimana. LTSHE tersebut berisikan 4 lampu Led 3 watt, batreai lithium, panel surya 20 watt dan charger handphone. Total dari keseluruhan satu paket LTHSE yaitu seharga Rp 3.000.000. Setelah ada bantuan LTSHE tersebut warga Kabupaten Kaimana,
Papua merasa kebutuhan akan listrik walaupun belum tercukupi ,namun ini sudah lebih terpenuhi dari pada dulu yang memaki damar. Kesimpulan Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah di Indonesia maka dimanfaatkan pengembangan Energi Terbarukan untuk sumber pengganti energi fosil yang mulai habis. Salah satu sumber Energi Terbarukan yaitu Dengan potensi cahaya matahari yang melimpah sehingga energi ini dimanfaatkan pemerintah sebagai sumber utama pembangkit listrik tenaga surya yang nantinya akan menjadi penghasil listrik untuk memenuhi kenutuhan listrik di Kabupaten Kaimana, Papua. Di kabupaten Kaimana, Papua sendiri pemanfaatn Tenaga surya yang diaplikasikan kedalam LTSHE untuk membantu penerangan di kabupaten Kaimana, Papua. Dengan LTSHE tersebut sekarang dapat membantu kebutuhan listrik di Kabupaten Kaimana, Papua.
Daftar Pustaka Jonan, I. 2016. Indonesia energy outlook 2016. Jakarta: Sekretariat Jendral Dewan Energi Nasional Deny,S.(2016,April 26). Potensi Energi Tenaga Surya RI 10 Kali Lebih Besar dari Jerman.Liputan6. https://www.liputan6.com/bisnis/read/24931 91/potensi-energi-tenaga-surya-ri-10-kalilebih-besar-dari-jerman Rahmat,Hamidi.(2017,maret 24).RUEN Rencana umum energi nasional.Sekretariat kabinet republik indinesia.
http://setkab.go.id/ruen-rencana-umumenergi-nasional/ Bawan, Elias K. 2009. Analisa potensi energi terbarukan di kabupaten kaimana Propinsi kabupaten Kaimana, Papua barat. Kabupaten Kaimana, Papua: Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Sutijastoto,F.X.2014.Bergerak dengan energi terbarukan.Jakarta: Badan Litbang ESDM.