Tugas Method Riset 1 Nama
: A St Nabila Nurfajri P Parawansa
Stambuk
: 11020140121
Pembimbing 1 : Dr.dr. Nurelly Noro Waspodo, Sp.KK Pembimbing 2 : dr. Mona Nulanda
JUDUL Efektifitas Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) sebagai Antibiotic terhadap bakteri Salmonella typhi Secara in Vitro BAB I 1.1 Latar Belakang Saat ini sangat banyak berkembang pengobatan alternative dengan menggnakan herbal, salah satunya adalah bawang putih. Bawang putih mempunyai spektrum antimikroba yang lebar sehingga dapat membunuh bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Dari hasil riset telah membuktikan hal-hal sebagai berikut : 1) jus bawang putih diteliti dapat membunuh bakteri flora normal intestinal yang menjadi pathogen; 2) bawang putih dapat mengatasi bakteri-bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik; 3) kombinasi bawang putih dan antibiotik dapat bekerja secara sinergis sebagian atau menyeluruh; 4) secara sempurna dapat mengurangi ristensi bakteri telah terbukti dalam penelitian berulangkali; 5) bahkan toksin yang dihasilkan bakteri dapat dihambat oleh bawang putih.1 Bawang puth memiliki kandungan biologi dan farmakologi seperti, antijamur, antibakteri, antiinflamasi, antitrombotik, dan sifat hipokolesterolemik.2 Efektifitas bawang
putih
dalam
menghambat
dan
membunuh
bakteri
disebabkan
oleh
diallydisulphide (DADS) dan diallytrisulphide (DATS) yang dihasilkan oleh alisin. Senyawa tersebut bekerja dengan mereduksi sistein dalam tubuh bakteri yang kemudian ikatan disulfide dalam proteinnya akan terganggu.3 Alisin adalah zat aktif dalam bawang putih yang efektif dapat membunuh mikroba, seperti kuman-kuman penyebab infeksi (flu, gastroenteritis, dan demam).4 Efektifitas bawang putih juga telah dibuktikan oleh Hindi
(2003) yang menyatakn bahwa ekstrak bawang putih dapat menghambat bakteri pathogen salah satunya adalah bakteri gram negative yaitu sakmonella typhii.5 Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif batang yang menyebabkan demam tifoid. Salmonella typhi merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis, khususnya di tempat-tempat dengan higiene yang buruk.6 salmonella typhi meruakaa baktei berbentuk batang, berukuran 0,7- 1,5µm x 2,0-5,0 µm, bersifat Gram nrgatif sehingga memiliki komponen outer layer (lapisan luar) yang tersusun dari LPS (lipopolisakaria) dan dapat berfungsi sebagai edotoksin, bergerak enga flagel peritrik, an tidak membentuk spora.7 Salmonella typhi adalah parasit intraseluler fakultatif, yang dapat hidup dalam makrofag dan menyebabkan gejala-gejala gastrointestinal hanya pada akhir perjalanan penyakit,biasanya sesudah demam yang lama, bakteremia dan akhirnya lokalisasi infeksi dalam jaringan limfoid sub mukosa usus kecil.
8
Salmonella typhi (S.
typhi) merupakan kuman pathogen penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksisistemik dengan gambaran demam yang berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasiyang dapat merusak usus danorgan-organ hati.9 Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang10 Saat ini pengobatan antibiotic untuk demam tifoid adalah ampisilin, kloramfenikol, dan kotrimoksazol.11 Kloramfenikol merupakan drug of choice untuk infeksi salmonella, selain harganya yang murah keampuhan kloramfenikol pada pengobatan demam tifoid telah di akui berdasarkan efektifitasnya. Setelah bertahan selama 25 tahun, dilaporkan adanya penelitian bahwa adanya strain salmonella typhii
yang resisten terhadap
kloramfenikol.12 saat ini dilaporkan banyak kaus resisten dengan banya obat (multidrugs resisten).13 Oleh karena itu perlu ditinjau lebih tentang pengobatan alternative seperti ekstrak bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri salmonella typhi sehingga nantinya dapat digubakan ebagai terapi alternative demam tifoid.
1.2 Rumusan Masalah Untuk mengetahui apakah ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat digunakan sebagai antibiotic terhadap bakteri Salmonella typhi.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas ekstrak bawang putih sebagai antibiotik secara invitro
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak bawang putih digunakan sebagai antibiotic 2. Untuk mengetahui efektifitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap Salmonella typhi 3. Untuk mengetahui konsentrasi daya hambat ekstrak bawang putih sebagai antibiotic dengan konsentrasi 5%, 20%, 55%, 75%, dan 100%.
Referensi
1. Bastyr University, Research institute , Kenmore , WA 98028, USA . Protection against Helicobacter pylori and other bacterial infections by garlic. Available from URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11238826? ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pub med_RVAbstractPlusDrugs1 2. Chardon, Kirtyland. Garlic: An Herb society of America Guide. The herb society of America, Ohio, 2006 3. Hernawan, udhie Eko dan Ahmad Di setyawan. Senyawa organosulfur bawang putih (Alium satifum L) dan aktifitas biologinya. Biofarmasi Vol.1, no. 2, Agustus 2003, hal 65-76 4. Iyam Siti S, Tajudin. Khasiat & Manfaat Bawang putih Raja Antibiotik Alami. Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003; 2-6,12,14 5. Hindi, Nada KhazalKadhim. In vitro Antibacteria Activity of Aquatic Garlic Extract, Apple Vineger and Apple Vineger – Garlic Exstract combination.
American Journal of Phytomedicine and Clinical Therapeutics, Vol. 1, No. 1, 2013, hal. 42-051 6. Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001. Medical Microbiology. 22nd ed. USA: Appleton & Lange. p. 219, 225 – 227. 7. Darmawati S. Keanekaragamaan genetic Salmonella typhi. Jurnal Kesehatan vol. 2, No.1.2009 8. Shulman, T.S., Phair, J.P dan Sommers, H.M. Dasar biologis dan klinis penyakit infeksi, Edisi ke-4 (terjemahan), Yogyakarta, Gadjah MadaUniversityPress,pp300-305 9. - Girgis,N.I.,Butler,T.,Frenk,R. Azithromycin versus Ciprofloxacin for treatment of uncomplicatedtyphoid fever ina randomized trial in Egypt that included patients with multidrugresistance. Antimicrob.Agents and Chemother.43:14411444,1999. - Buku kuliah ilmu penyakit dalam: Demam Tifoid. Balai Penerbit Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. 32-38, 1987. 3 - Johnson,A.G. Microbiology andImmunology 2ndedition. Harvard Publishing Company, Malvern,Pennsylvania.63-66. 1993. 10. - Hadisaputro S. Beberapa Faktor Yang Memberi Pengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian pada Masyarakat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. - Noer S, et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996: 435-442. 3 11. Mirza SH. The prevalence and clinical features of multi-drug resistant salmonella typhi infection in Baluchistan, Pakistan. Ann Trop Med and Parasitol 1995 12. butta ZA. MDR Thyphoid: a potential algorithmic approach to diagnosis and management. Dipresentasikan pada Third Asia Pacific Symposium on Thyphoid Fever and Other Salmonellosis. Bali, 11 desember 1995 13. MENKES. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.2006