IKLIM ORGANISASI Siti Azizah
DEFINISI ORGANISASI
James D. Mooney (1974) Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Ralph Currier Davis (1951) Organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan. Organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja ke arah
Daniel E. Griffths (1959) Organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan dengan yang dikoordinasikan agar sebuah tugas dapat diselesaikan.
“ Organisasi adalah suatu sistem yang saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu “, sehingga
IKLIM ORGANISASI DAN KEEFEKTIVITASAN ORGANISASI
Iklim organisasi merupakan keadaan mengenai karakteristik yang terjadi di lingkungan kerja yang dianggap mempengaruhi perilaku orang orang yang berada dalam lingkungan organisasi tersebut. oleh karena itu, iklim organisasi dapat dikatakan sebagai lingkup organisasi. Owens (1991) dan Hoy and Miskel (1987) bahwa iklim organisasi adalah persepsi anggota tentang lingkungan
Scheider (1991) berpendapat bahwa iklim organisasi menunjuk pada gaya material yang mempengaruhi pandangan anggota mengenai nilai dan tujuan organisasi. Rossow (1990) iklim organisasi menunjuk pada karakteristik organisasi secara keseluruhan dan berhubungan dengan perasaan anggota yang bersangkutan.
Iklim organisasi juga berkenaan dengan persepsi anggota organisasi, baik secara individual maupun kelompok, tentang sifat-sifat dan karakteristik organisasi yang mencerminkan norma serta keyakinan dalam organisasi.
TEORI-TEORI IKLIM ORGANISASI Halpin and Crroft berdasarkan anggapan bahwa iklim organisasi merupakan persepsi dari anggotanya, maka ada beberapa faktor yang membentuk iklim organisasi, yaitu : keterpisahan, rintangan, keakraban, kejauhan, tekanan pada hasil, dorongan (motivasi) dan semangat.
Likert Likert teori yang disebut Likert’s Management System Theory. Dari sistem tersebut Likert mengungkapkan bahwa ada empat sistem manajemen yang membentuk iklim organisasi, yaitu : 4. Sistem exploitativeauthoritative (sistem penguasa pemeras) Sistem ini menunjukkan bahwa pemimpin bersifat sangat otokrasi, sedikit kepercayaan terhadap bawahan dan bersifat paternalistik. Bawahan diberi motivasi dengan cara ditakuttakuti dan memberi hukuman. Sistem komunikasi cenderung berbentuk komunikasi ke
2. Sistem benevolentauthoritative (sistem penguasa pemurah) Dalam sistem manajemen ini, pemimpin memiliki kepercayaan yang terselubung dengan bawahan. Motivasi terhadap bawahan dengan cara diberi hadiah, menakut-nakuti, dan pemberian hukuman. Pemimpin sudah memperbolehkan komunikasi ke atas (upward communication), mendengarkan pendapat bawahan, serta melimpahkan wewenang pengambilan keputusan.
3. Sistem consultative (sistem penasehat) Pemimpin sedikit memiliki kepercayaan terhadap bawahan terutama jika membutuhkan informasi atau ide. Pemberian motivasi kepada bawahan dilakukan dalam bentuk penghargaan atau hukuman. Komunikasinya berpola ke atas dan ke bawah.
4. Sistem participative group (sistem kelompok partisipasi) Pemimpin memiliki kepercayaan yang cukup besar terhadap bawahan. Setiap pemecahan masalah melibatkan ideide bawahan secara konstruktif. Pola komunikasi yang digunakan berpola ke atas, ke bawah dan horizontal.
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN KINERJA
Manajer dapat mempengaruhi iklim organisasi dengan cara: 2. Memahami 3 dimensi kunci dari iklim organisasi 3. Mempelajari iklim organisasi yang ada 4. Merespon iklim organisasi yang ada
3 KUNCI UTAMA IKLIM ORGANISASI 1. Clarity. Sebuah iklim organisasi yang baik dan jelas apabila anggota-anggota kelompok mengetahui peran dan tanggung jawab mereka masing-masing dalam organisasi. 2. Support. Sebuah iklim yang mendukung akan tercipta jika para anggota organisasi merasa bahwa mereka memiliki sumber daya/fasilitas yang dapat mendukung ia untuk mencapai tujuan kelompok. 3. Challenge. Iklim yang menantang adalah iklim yang dapat membuat anggota kelompok merasa dapat meningkatkan kemamp;uannya, dapat mengambil resiko untuk memecahkan masalah, dan menemukan cara untuk bekerja dengan lebih efktif.
All three dimensions are needed to improve performance and achieve better health care results. For example, staff members who work in an environment of challenge but who lack support or clarity often experience stress and frustration that prevent them from becoming more effective. Similarly, without challenge or support, even people who are clear about what is expected of them often find little intellectual or professional stimulation in their work. In contrast, the right balance of clarity, support, and challenge in a work group’s climate enables
Workgroup Climate Assessment (WCA)
A tool for assessing Climate An assessment of the prevailing work climate is a vital first step to improvement. A work group can measure its own climate using a short survey—the Workgroup Climate Assessment (WCA). Work-group climate is measured according to the perceptions of the individual work-group members. The WCA consists of eight climate perceptions which, together, measure the group’s climate. While the WCA primarily measures work-group climate, it also engages work-group members in a conversation about their particular climate so that, together, they can find ways to improve it. The WCA encourages a participatory process—that is, team members, including the manager, first respond to the survey individually and then discuss and act upon the results together.
A positive work group climate is a primary intermediate outcome of leadership and management development efforts to improve the performance of managers and their work groups.