a.
b. c.
d.
e.
. Iklim Koppen Iklim Koppen ditentukan berdasarkan curah hujan, suhu, serta mempertimbangkan vegetasi dan persebaran jenis tanah. Iklim A, yaitu iklim tropis dengan ciri-cirinya : suhu rata-rata setiap bulan diatas 180C dan hujan tahunan tinggi. Iklim ini terbagi atas : Iklim Af (hujan hutan tropis); Iklim Am (Iklim muson). Vegetasi hutan musim (homogeny); Iklim Aw (iklim sabana). Vegetasinya kayu cendana dan stepa. Iklim B, yaitu iklim kering : tidak ada surplus air dan tidak dijumpai sungai permanen. Terbagi atas Iklim Bs (iklim stepa) dan Iklim Bw (Iklim gurun). Iklim C, yaitu iklim sedang. Terbagi atas Iklim Cw (Iklim hujan sedang), Iklim Cf (Iklim hujan sedang, basah sepanjang tahun), dan Iklim Cs (Iklim hujan sedang, panas yang kering). Iklim D, yaitu iklim bersalju dingin. Terbagi atas : Iklim Df (hujan bersalju, basah sepanjang tahun) dan Iklim Dw (hujan bersalju, musim kering dingin). Iklim E, yaitu iklim kutub (es). Terbagi atas : Iklim Et, yaitu iklim tundra (lumut), Iklim Ef, yaitu iklim es abadi, dan Iklim Eh, yaitu iklim daerah tinggi (lebih dari 300 m).
Iklim Koppen
a. b. c. d.
3. Iklim Junghuhn Iklim Junghuhn didasarkan pada ketinggian, tempat, dan vegetasi. Zona panas, yaitu 0-650 m. Jenis vegetasi : padi dan tebu. Zona sedang, yaitu 650-1.500 m. Jenis vegetasi : tembakau, kopi, dan cokelat. Zona sejuk, yaitu 1.500-2.500 m. Jenis vegetasi : kopi, the, kina, dan sayuran. Zona dingin, yaitu lebih dari 2.500 m. Jenis vegetasi : lumut.
Iklim Junghuhn 4. Iklim Schmidt-Ferguson Iklim Schmidt-Ferguson adalah penentuan iklim berdasarkan rata-rata bulan basah dan bulan kering (curah hujan). Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi delapan tipe iklim. Tipe Kategori Nilai Q Iklim A Sangat basah 0-14,3% B Basah 14,3-33,3% C Agak basah 33,3-60% D Sedang 60-100% E Agak kering 100-167% F Kering 167-300% G Sangat kering 300-700% H Luar biasa kering >700% Keterangan : Nilai Q adalah rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikalikan 100%. Kriteria bulan basah-kering menurut Schmidt-Ferguson, yaitu sebagai berikut. a. Bulan Basah : curah hujan > 100 mm b. Bulan Lembap : curah hujan antara 60 mm – 100 mm c. Bulan Kering : curah hujan < 60 mm
Iklim Schmidt-Ferguson
a. b. c. d. e. a. b. c.
5. Iklim Oldeman Iklim Oldeman menggunakan curah hujan sebagai dasar dari klasifikasi iklim. Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe iklim yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Iklim A, jika bulan basah lebih dari 9 kali. Iklim B, jika bulan basah 7-9 kali. Iklim C, jika bulan basah 5-6 kali. Iklim D, jika bulan basah 3-4 kali. Iklim E, jika bulan basah kurang dari 3 kali. Kriteria Bulan Oldeman. Bulan basah, bila curah hujan > 200 mm. Bulan lembap, bila curah hujan antara 100 mm – 200 mm. Bulan kering, bila curah hujan < 100 mm.
Iklim Oldeman http://halobelajar.blogspot.com/2017/12/klasifikasi-tipe-iklim-dan-polaiklim.html
Faktor Luar Bumi Faktor pengendali iklim dari luar bumi ialah matahari. Sinar matahari adalah sebagai sumber panas atau energi bagi bumi. Panas matahari atau energi mampu mempengaruhi keberadaan dan perkembangan terhadap: angin, awan, hujan, temperatur, tekanan udara, dll. Kedudukan matahari terhadap bumi atau sebaliknya, sepanjang tahun tidak sama, tetapi selalu bergeser. Hal ini dapat terjadi karena rotasi dan revolusi oleh bumi terhadap matahari, sehingga luasan daerah di bumi yang mendapat energi selalu berubah, baik kuantitas, kualitas, dan lama waktunya. Kedudukan matahari terhadap bumi berpengaruh besar bagi pembagian daerah iklim di bumi.
2. Faktor Dalam Bumi Faktor pengendali iklim dari dalam bumi ditentukan oleh manusia dan faktor fisis daerah bersangkutan. Pengendali iklim oleh manusia tidak banyak merubah keadaan dan perkembangan iklim, tetapi hanya mampu memperkecil pengaruh iklim, seperti membuat hujan buatan. Keadaan fisis daerah yang berperan sebagai pengatur iklim adalah: a. Garis Lintang b. Bentuk muka bumi c. Topografi d. Daerah tekanan udara e. Permukaan tanah f. Luas darat dan laut
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan penggunaan klasifikasi iklim adalah : Tujuan klasifikasi iklim dibuat untuk : pertanian, kelautan, pernerbangan dll Luas cakupan wilayah klasifikasi iklim : makro, meso, dan mikro. Latar belakang pembuatan klasifikasi iklim Ada tiga klasifikasi iklim yang biasa digunakan di Indonesia, antara lain : Koppen digunakan untuk iklim pada tumbuhan/vegetasi Schmidth-Ferguson digunakan untuk iklim kehutanan dan perkebunan. Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan. I. Klasifikasi Schmidt Fergusson Schmidt dan Fergusson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Perbedaan terdapat pada cara mencari bulan basah dan bulan kering. Hal ini juga merupakan alasan pembagian iklim tersendiri untuk Indonesia. Menurut Mohr bulan basah dan bulan kering berdasarkan Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Klasifikasi bulan menurut Mohr Jenis bulan
Curah hujan/bulan
Bulan basah
100
Bulan lembab
60-100
Bulan kering
60
Schmidt dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukan mencari harga rerata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian direrata. Hal ini mengingat, jika digunakan harga rerata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak nampak pada harga rerata bulan basah.
Q= Jumlah rerata bulan kering dan bulan basah didapat dari data hujan seluruh Indonesia antara tahun 1921 – 1940 dengan menghilangkan tempat-tempat yang mempunyai data sepuluh tahun. Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Fergusson menentukan tipe hujan di Indonesia, yang disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson
II. Klasifikasi Koppen Dasar klasifikasi Koppen adalah rerata curah hujan dan temperatur bulanan maupun tahunan. Tanaman asli dilihat sebagai kenampakan yang terbaik dari keadaan iklim sesungguhnya, sehingga batas iklim ditentukan dengan batas hidup tanaman. Koppen mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada hanya jumlah hujan tapi juga tergantung pada intensitas evaporasi yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah maupun dari tanaman.. Hubungan intensitas evaporasi dan daya guna hujan ditunjukkan dengan hubungan antara hujan dan temperatur. Misalnya: jumlah hujan yang sama yang terjadi di daerah iklim panas atau terpusat pada musim panas yang berarti evaporasi besar, adalah kurang bagi tanaman
daripada yang jatuh di daerah beriklim sejuk. Walaupun demikian metode untuk mengukur daya guna hujan ini tidak begitu memuaskan. Koppen menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mencirikan tipe iklim. Tiap tipe iklim terdiri dari kombinasi dan masing-masing huruf mempunyai arti sendiri-sendiri. Koppen membagi bumi dalam 5 kelompok iklim, yaitu :
A. Iklim Hujan Tropika (Tropical Rainy Climates) Iklim ini diberi simbol A. Daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih besar daripada 18°C (64°F) termasuk iklim ini yang dibagi menjadi beberapa tipe iklim, yaitu: 1) Tropika Basah (Af) Daerah yang termasuk tipe iklm ini harus memenuhi syarat di atas dan daerah bulan terkering hujan rerata lebih besar dari 60 mm. 2) Tropika Basah (Am) Jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering. Bulan-bulan kering dapat diimbangi oleh bulan basah, sehingga pada daerah-daerah yang demikian basah terdapat hutan yang cukup lebat. 3) Tropika Basah Kering (Aw) Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang.
B. Iklim Kering (dry climate) 35% of Earth's land surface , evaporation exceeds precipitation 1) Iklim steppe (Bs) : desert / precipitation < 1/2 evaporation 2) Iklim padang pasir (Bw) : precipitation > 1/2 evaporation
C. Iklim sedang (humid mesothermal climate) 27% of Earth's total surface area , 55 % of world's population , Warmest month > 50 degrees F, Coldest month > 32 degrees F but < 64.4 degrees F 1) Iklim sedang dengan musim panas yang kering (Cs – dry summer subtropical climate) : Dry summer / "Mediterranean" 2) Iklim sedang dengan musim dingin yang kering (Cw) : winter dry period 3) Iklim sedang yang lembab (Cf) : no dry season / all months > 1.2 in. precip.
D. Iklim dingin (humid microthermal climate) 21% of Earth's land surface (7% total surface) , warmest month > 50 deg F , coldest month < 32 deg F , great variability in temperature , snow climates , only in mountains in the southern hemisphere 1) Iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw) : dry winter 2) Iklim dingin tanpa pernah kering (Df) : no dry period
E. Iklim kutub (polar) warmest month below 50 degrees F 1) Iklim tundra (Et) : tundra and ice cap 2) Iklim es- salju abadi (Ef) : cold, ice climates
III. Klasifikasi Oldeman Sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman digunakan terutama pada lahan padi sawah lahan kering. Atas dasar pertimbangan bahwa curah hujan lebih besar atau sama dengan 200 mm per bulan dianggap cukup untuk usaha padi sawah, sedang untuk tanaman palawija curah hujan minimal 100 mm per bulan dianggap cukup. Umur padi sawah diperkirakan cukup selama 5 bulan. Oldeman membagi beberapa zone agroklimat seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.
http://klikgeografi.blogspot.com/2015/07/klasifikasi-iklim-lengkap-koppen.html