TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KONSERVASI TANAH DAN AIR IDENTIFIKASI KAWASAN LINDUNG DI LUAR KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN BANYUMAS YANG MEMPUNYAI FISIOGRAFI HUTAN SESUAI DENGAN PERDA NO 18 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS
Oleh : Wisudarahman As Sidiqi NIM AIE005005
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2009
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan hidup, baik secara kuantitas maupun kualitas memerlukan ketersediaan sumberdaya lahan dalam jumlah yang memadai. Kenyataannya ketersediaan sumberdaya lahan tidak seimbang dengan jumlah pertumbuhan manusia pada saat ini sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat diperlukan peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya lahan. Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan arti yang memiliki berbagai manfaat penting bagi kehidupan manusia. Secara garis besar manfaat hutan dapat dibedakan antara manfaat produksi atau ekonomi, manfaat perlindungan lingkungan dan pengawetan alam serta manfaat untuk rekreasi. Ketiga macam manfaat tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, tetapi sesuai dengan kondisi wilayah yang bervariasi dimana hutan itu berada, maka pemanfaatannya dititik beratkan atau diarahkan pada salah satu manfaat saja (Simon,1993). B. Perumusan Masalah Kebijakan pembangunan pada level nasional maupun daerah dapat menimbulkan resiko bencana melalui berbagai mekanisme, dalam rangka mengatasi kerawanan dan kerentanan terhadap bencana alam bagi semua kelompok masyarakat sehingga untuk meminimalkan bencana dan dampaknya diperlukan perencanaan dan pembangunan yang sistematis terhadap opsi-opsi kebijakan pembangunan. Permasalahan yang terjadi pada deskripsi tentang kawasan hutan lindung adalah 1. Semakin berkembangnya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan areal di sekitar kawasan hutan dipergunakan untuk pemukiman.
2. Kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengenai Perda No. 18 Tahun
2005 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas yang berkaitan mengenai kawasan lindung. C. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Mengetahui sebaran kawasan lindung di luar kawasan hutan yang
diidentifikasi di Kabupaten Banyumas. 2. Mengetahui
faktor-faktor
fisiografi
yang
berpengaruh
terhadap
Pengelolaan Kawasan Lindung. Manfaat yang ingin dicapai adalah : 1. Memperoleh informasi tentang adanya perkiraan bencana alam yang
terjadi di Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan di Kabupaten Banyumas. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat Banyumas tentang adanya kawasan lindung di luar kawasan hutan yang ada di Kabupaten Banyumas.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Sarwono Hardjowigeno, 1987). Lahan merupakan tanah yang ada peruntukannya dan umunya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga). Menurut Suripin, 2004, erosi dapat dibedakan kategorinya menjadi tujuh, yaitu : 1. Erosi percikan (splash erosion) 2. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) 3. Erosi alur (rill erosion) 4. Erosi parit/selokan (gully erosion) 5. Erosi tebing sungai (stream bank erosion) 6. Erosi internal (internal or subsurface erosion) 7. Tanah longsor (landslide)
Akan terjadi longsor jika terpenuhi tiga keadaan yaitu : (1) lereng yang cukup curam sehingga volume tanah dapat bergerak atau meluncur ke bawah, (2) terdapat lapisan, di bawah permukaan tanah, yang agak kedap air dan lunak yang akan merupakan bidang luncur, dan (3) terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah tepat diatas lapisan kedap air tadi menjadi jenuh. Ruang lingkup kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Perda No 18 Tahun 2005 meliputi : Kawasan Lindung di Kabupaten Banyumas terdiri atas : a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya; d. Kawasan rawan bencana alam.
III.
PEMBAHASAN
Bencana alam sebenarnya tidak terjadi begitu saja, bencana alam tersebut terjadi akibat kegagalan pembangunan yang menyebabkan tingginya kerawanan terhadap resiko-resiko bencana. Kegagalan institusi-institusi yang menatakelola pembangunan terjadi di semua tingkatan mulai dari lokal hingga nasional yang diperburuk dengan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bencana yang dipicu oleh resiko bahaya dari alam (natural hazards) juga merupakan suatu konsekuensi atas kegagalan pembangunan. Sebagian besar bencana alam, atau bahaya yang menyebabkan bencana tidak dapat dicegah, tetapi efek dari bencana tersebut dapat dimitigasi. Kebijakan pembangunan pada level nasional maupun daerah dapat menimbulkan resiko bencana melalui berbagai mekanisme, dalam rangka mengatasi kerawanan dan kerentanan terhadap bencana alam bagi semua kelompok masyarakat sehingga untuk meminimalkan bencana dan dampaknya diperlukan perencanaan dan pembangunan yang sistematis terhadap opsi-opsi kebijakan pembangunan. Identifikasi kawasan lindung merupakan suatu proses pengumpulan data aspek fisiografi tercantum pada PP No 47 Tahun 1997, meliputi : a. Untuk kawasan hutan lindung : 1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 175 atau lebih. 2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih. 3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut
2000 m atau lebih. b. Untuk kawasan bergambut memiliki tanah bergambut dengan ketebalan 3
meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. c. Untuk kawasan resapan air : 1. Berada pada kawasan bercurah hujan yang tinggi. 2. Mempunyai struktur tanah yang mudah meresapkan air. 3. Mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara
besar-besaran.
d. Untuk kawasan sempadan sungai : 1. Memiliki garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas
lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. 2. Memiliki
garis
sempadan
sungai
tidak
bertanggul
ditetapkan
berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh Pejabat yang berwenang. 3. Memiliki garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak be rtanggul
yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang. e. Untuk kawasan mata air berada pada di sekitar mata air dengan jari-jari
sekurang-kurangnya 200 meter. Menurut Perda Kabupaten Banyumas No 18 Tahun 2005, kawasan lindung diluar kawasan hutan yang mempunyai kriteria fisiografi seperti hutan lindung terletak di kecamatan-kecamatan :Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen. Kemranjen. Sumpiuh, Tambak. Somagede, Banyumas, Patikraja, Purwojati,
Ajibarang,
Gumelar,
Pekuncen,
Cilongok,
Karanglewas,
Kedungbanteng, Baturraden, dan Sumbang. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor, 309 hal. Hardjowigeno, Sarwono Dr, Ir, M.Sc. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta, 218 hal. M, Suripin, Dr, Ir, M.Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogyakarta, 210 hal. Perda Kabupaten Banyumas No 18 Tahun 2005 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Banyumas. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.