Menurut dr Riviq, berikut beberapa indikasi pasien masuk ICU:
1. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus-menerus. Contohnya pasien gagal napas berat, pasca bedah jantung terbuka, shock septik.
2. Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi. Contoh pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal atau lainnya.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU ini sedikit. Contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan komplikasi infeksi, tamponade jantung, sumbatan jalan napas.
Sedangkan pasien-pasien yang tidak perlu masuk ICU indikasinya adalah:
1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium), kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ.
2. Pasien menolak terapi bantuan hidup.
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi. Contohnya pasien karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegetatif.
Pasien yang sudah boleh keluar ICU bila indikasinya sebagai berikut:
1. Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan memburuk, serta manfaat terapi intensif sangat kecil. Dalam hal yang kedua perlu persetujuan dokter yang mengirim.
2. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan atau terapi intensif lebih lama.
3. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada:
- Pasien usia lanjut dengan gagal 3 organ atau lebih yang tidak memberikan respons terhadap terapi intensif selama 72 jam. - Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang menimbulkan keadaan vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih. - Pasien dengan bermacam-macam diagnosis seperti PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun), jantung terminal, karsinoma yang menyebar.
Australasian Triage Scale (ATS) merupakan salah satu sistem triase yang digunakan di ruang gawat darurat rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sistem triase sangat penting untuk diterapkan di setiap unit gawat darurat untuk memastikan pasien ditangani bedasarkan tingkat kegawatannya. Triase adalah titik poin pertama kontak pasien dengan IGD. Pengkajian triase harus dilakukan secara cepat dan akurat dan tidak lebih dari 5 menit. Pengkajian triase harus meliputi: keluhan utama dan keadaan umum pasien. Vital signs hanya diukur apabila sangat diperlukan atau waktu memungkinkan. Pasien yang datang dengan kategori ATS 1 dan 2 harus segera dibawa ke ruang tindakan dan ditangani sesuai kondisi klinisnya. Australasian Triage Scale terdiri dari 5 kategori: ATS 1 sampai ATS 5. Kategori ATS didasarkan pada kondisi klinis pasien yang didapat dari pemeriksaan fisik dan anamnesa. ATS Kategori 1: Immediately Life Threatening (Kondisi yang mengancam Kehidupan: penanganan harus diberikan segera) Assessmen kondisi pasien sekaligus tindakan penyelamatan harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan. kondisi yang termasuk kategori ATS 1 diantaranya: – Henti jantung – Henti nafas – Ada bahaya nyata terganggunya jalan nafas – Pernafasan kurang dari 10 kali per menit
– Respiratory distress yang ekstrim – Tekanan darah sistolik < 80 mmHg (dewasa) atau syok berat pada anak – Pasien tidak berespon atau berespon hanya pada rangsangan nyeri (GCS < 9) – Overdose obat – Kejang yang sedang berlangsung atau kejang yang berkepanjangan – Gangguan perilaku berat dengan ancaman kekerasan yang nyata ATS Kategori 2: Imminently Life Threatening (pemeriksaan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 10 menit) Termasuk kedalam kategori ATS 2 yaitu apabila treatmen harus segera dilakukan karena efektivitasnya sangat bergantung pada waktu pemberian seperti misalnya pemberian agen trombolisis dan antidote. Pasien yang datang dengan nyeri hebat (skala nyeri 9-10) apapun penyebabnya juga harus mendapatkan kategori ATS 2. Kondisi-kondisi klinis yang termasuk kategori ATS 2 adalah: – Bahaya jalan nafas: terdengar stridor yang kuat atau banyak sekret yang menutupi jalan nafas – Distres pernafasan yang berat – Gangguan sirkulasi yang nyata: akral dingin dan lembab, perfusi jelek, Nadi < 50 atau > 150 kali/ menit pada dewasa, hipotensi dengan efek hemodinamik, kehilangan darah yang banyak – nyeri dada yang tampak seperti masalah jantung – nyeri hebat apapun penyebabnya – gula darah acak < 3 mmol (50 mg/dl) – penurunan kesadaran apapun penyebabnya (GCS < 13)
– akut hemiparese/ akut disfasia – demam dengan tanda-tanda lethargy (semua umur) – mata terkena cairan asam atau basa (membutuhkan irigasi mata) – suspek meningitis meningococcus – major multi trauma – major fraktur – amputasi – pasien pasien dengan perilaku agresif dan violent dengan ancaman kekerasan terhadap diri sendiri maupun orang lain.
ATS Kategori 3: Potentially Life Threatening (Pemeriksaan dan Penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 30 menit) Kondisi klinis yang termasuk kategori ATS 2 diantaranya: – hipertensi berat – kehilangan darah sedang berat apapun penyebabnya – shortness of breath sedang – Saturasi O2 90 – 95% – Gula darah acak > 16 mmol/L (300 mg/dl) – kejang (saat ini sadar) – demam dengan gangguan sistem imun ( pasien dengan cancer, patien yang menggunakan steroid) – dehidrasi
– muntah terus menerus – trauma kepala dengan hilang kesadaran yang singkat ( saat ini sadar) – nyeri dada buka cardiac in nature – nyeri perut – limb injury sedang dengan deformitas – limb injury dengan perubahan sensasi dan tidak ada pulsasi akut – pasien neonatal yang stabil
ATS kategori 4: Potentially Serious (Pemeriksaan dan Penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 60 menit) – perdarahan ringan – aspirasi benda asing tanpa distres pernafasan – injuri dada tanpa nyeri tulang dada atau distres pernafasan – sulit menelan tanpa gangguan pernafasan – trauma kepala ringan. tanpa riwayat penurunan kesadaran – nyeri sedang, apapun penyebabnya – muntah atau diare tanpa dehidrasi – peradangan mata, atau benda asing dimata dengan penglihatan normal – trauma limb minor seperti ankle sprain, kemungkinan fraktur, – pembengkakan pada sendi
ATS kategori 5: Less Urgent ( Pemeriksaan dan Penanganan dimulai dalam waktu 120 menit) – nyeri ringan tanpa faktor resiko – gejala minor dari penyakit yang sudah diderita – luka minor, luka lecet, luka robek yang tidak memerlukan tindakan hecting – kontrol luka – imunisasi/ vaksin
Pada sistem Australasian triage scale, alokasi kategori triage untuk pasien pediatrik menggunakan standar yang sama dengan pasien dewasa. Data yang harus didokumentasikan pada saat melakuakan triage dengan sistem Australasian Triage Scale meliputi: 1. Jam dan tanggal dilakukan pengkajian triage 2. Nama perawat/dokter yang melakukan triage 3. Keluhan utama 4. Riwayat penyakit secara singkat 5. Hasil pemeriksaan fisik yang relevan dengan keluhan utama 6. Triage kategori yang diberikan pertama kali 7. Triage kategori yang ke 2, Jam dilakukan triage ulang, dan alasan perubahan kategori triage 8. Alokasi bed/ ruangan IGD 9. Penanganan pertama jika ada