Hukum Mempelajari Haidl

  • Uploaded by: Faiz Dhyfa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hukum Mempelajari Haidl as PDF for free.

More details

  • Words: 2,515
  • Pages: 7
RINGKASAN ILMU HAID DAN ISTIHADLOH

Mempelajari haidl hukumnya adalah fardlu ‘ain Bagi setiap wanita yang sudah baligh, Maka disusunlah buku ini untuk Mempermudah siswi-siswi Tingkat MI/SD untuk mempelajarinya

Oleh: AL FAIZ, S.PdI

UNTUK KALANGAN SENDIRI MI. SAYID ABDURRAHMAN II PAGERWOJO PERAK JOMBANG Tahun 2009-2010

RINGKASAN ILMU HAIDl DAN ISTIHADLOH  HUKUM MEMPELAJARI HAIDL Mempelajari haidl hukumnya adalah fardlu ‘ain bagi setiap wanita yang sudah baligh. Artinya bagi setiap wanita diharuskan mempelajri haidl, sehingga mereka harus keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu haidl. Dan bagi orang tua atau suami tidak berhak melarang, kecuali apabila mereka mampu untuk mempelajarinya. Sedangkan bagi kaum laki-laki hukum memepelajari haidl adalah fardhu kifayah, artinya apabila sebagian dari mereka sudah ada yang memahami ilmu haidl, maka yang lain tidak diharuskan belajar.  PENGERTIAN HAIDL Haidl adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita ketika usia 9 tahun hijriyah kurang 16 hari kurang sedikit (tidak genap 16 hari) tidak disebabkan sakit atau melahirkan. Sehingga apabila darah itu keluar sebelum wanita sampi pada usia tersebut, maka tidak disebut darah haidl. Begitu juga apabila keluarnya disebabkan penyakit atauy melahirkan. Sedangkan apabila seorang wanita mengeluarkan darah yang sebagian masuk pada usia haidl dan yang sebagian belum, maka yang dihukumi haidl adalah darah yang keluarnya sudah masuk pada usia haidl dengan ketentuannya. Contoh: Wanita usia 9 tahun kurang 20 hari,mengeluaarkan darah 7 hari, maka yang 4 hari pertama lebih sedikit disebut darah istihadloh dan 3 hari kurang sedikit disebut darah hadil, dengan catatan sisa darah yang keluar pada usia haidl tidak melebihi 15 hari dan tidak kurang dari 24 jam. Apabila melebihi 15 hari 15 malam, maka masuk pada golongan mustahadloh.  SYARAT-SYARAT DARAH HAIDL Darah yang keluar dari kemaluan wanita bisa disebut darah haidl itu harus memenuhi 4 syarat: 1. Keluar dari wanita yang sudah berusia 9 tahun qomariyah kurang 16 kurang sedikit (tidak genap 16 hari).

2. Darah yang keluar minimal sehari semalam (24 jam)walaupun terputusputus, selama masih dalam masa 15 hari. 3. Darah yang keluar tidak melebihi 15 hari 15 malam (maksimalnya haidl) 4. Keluarnya setelah masa minimal/paling sedikitnya suci (15 hari 15 malam). Dengan demikian, wanita yang mengeluarkan darah tapi tidak sesuai dengan ketentuan di atas, mak disebut darah istihadloh/fasad.  BATASAN DARAH HAIDL Paling sedikitnya haidl sehari semalam (24 jam). Umumnya wanita mengeluarkan darah haidl 6-7 hari, sedangkan maksimal 15 hari 15 malam. Apabila masa mengeluarkan darah diragukan, apakah mencapai 24 jam atau belum, maka hukumnya menurut Imam Ibnu HAjar dihukumi darah istihadloh dan menurut Imam Romli darah haidl. Adapun warna darah itu ada lima; hitam, merah, merah agak kuning, kuning dan keruh (coklat). Dan selama darah yang keluar tidak lebih 15 hari, maka warna darah tidak mempengaruhi sehingga semua darah yang keluar dihukumi haidl. Sedangkan masa suci yang memisah haid; pertama dengan haidl yang kedua minimal 15 hari 15 malam. Apabila masa suci yang memisah kurang dari 15 hari, maka diperinci sebagai berikut: a. Jika masa keluarnya darah pertama, masa pemisah dan masa keluarnya darah kedua masih dalam batasan 15 hari, maka keluarnya darah kedua masih dalam batasan 15 hari, maka semuanya dihukumi haidl, baik pada waktu keluar darah pertama kedua pada masa suci. Contoh: - Keluar darah 5 hari - Berhenti 3 hari - Keluar lagi 5 hari Maka 13 hari tersebut semuanya dihukumi haidl. Namun menurut pendapat muqobilul mu’tamad, pada masa berhenti dihukumi suci, sehingga sholat, puasa yang dia lakukan dianggap sah. Tapi dalam permasalahan tolaq dan ‘iddah semuanya sepakat menggunakan pendapat yang pertama (dihukumi haidl)

b. Jika masa keluarnya darah yang pertama ditambah masa suci jumlahnya mencapai 15 hari, sedangkan masa keluarnya darah yang kedua ditambah masa suci jumlahnya genap 15 hari atau kurang, maka hukumnya diperinci sebagai berikut: - Darah yang pertama dihukumi haidl - Darah yang kedua dihukumi darah kotor (fasad) Contoh: - Keluar darah 7 hari - Berhenti 10 hari - Keluar lagi 4 hari Maka 7 hari dihukumi haidl, 10 hari suci dan 4 hari darah fasad (kotor) c. Dan apabila keluarnya darah pertama dan darah kedua ditambah masa suci melebihi 15 hari, maka hukumnya adalah; darah yang pertama haidl darah yang kedua menjadi penyempurna genapnya genapnya masa suci dihukumi darah fasad, sedangkan darah masa suci hukumnya adalah: - Jika mencapai sehari semalam (24 jam), maka dihukumi haidl. - Jika tidak, maka dihukumi darah fasad. Contoh: - Keluar darah pertama 10 hari - Berhenti 7 hari - Keluar darah kedua 10 hari Maka 10 hari pertama haidl, 7 hari dihukumi suci, 8 hari dari keluarnya darah kedua dihukumi darah fasad (karena untuk menyempurnakan mas suci) dan 2 hari terakhir diukumi haidl. d. Jika sisa darah kedua melebihi 15 hari (masa maksimalnya haidl), maka perempuan ini tergolong mustahadloh yang hukumnya akan dijelaskan lebih lanjut. Contoh: - Keluar darah pertama 10 hari - Berhenti 14 hari - Keluar darah kedua 20 hari

Maka 10 hari pertama dihukumi haidl, 14 hari dihukumi suci, 1 hari dari keluarnya darah dihukumi istihadloh (tetap dihukumi suci karena untuk menyempurnakan masa suci), sedangkan yang 19 hari dari keluarnya darah kedua, hukumnya sebagai berikut (tergolong mustahadloh) : • Jika dia belum punya pengadatan haodl/ wanita yang baru pertama kali mengeluarkan darah, dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah, maka 19 hari tersebut yang dihukumi haidl hanya sehari semalam. • Dan apabila dia sudah mempunyai pengadatan haidl (pernah haidl), maka dari 19 hari tersebut yang dihukumi haidl disamakan dengan kebiasaan haidl sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam bab mustahadloh. e. Jika keluarnya darah kedua masih dalam 15 hari dihitung dari keluarnya darah pertama, kemudian darah kedua tersebut keluar sampai melebihi 15 hari dari keluarnya darah pertama, maka menurut pendapat yang shoheh wanita ini tergolong mustahadloh, yang hukumnya akan dijelaskan lebih lanjut. Contoh Keluar darah ......................5 hari Berhenti..............................7 hari Keluar darah kedua............6 hari Keterangan : Darah dianggap berhenti apabila tidak ada lagi bekas darah ketika memasukkan kapas pada lubang vagina bagia luar.  NIFAS Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan setelah sempurnanya melahirkan yang tidak dipisah dengan masa suci 15 hari atau lebih. Minimal masa nifas adalah keluarnya darah dari mulut vagina, walaupun hanya sedikit (setetes). Umumnya 40 hari dan maksimal 60 hari. Dengan demikian apabila perempuan setelah melahirkan mengeluarkan darah dengan terputus-putus, namun putus (berhenti)nya tidak mencapai 15 hari dan masih dalam batas 60 hari, maka semuanya dihukumi nifas, baik masa keluarnya darah maupun masa berhenti. Dan apabila terputus

(berhenti)nya mencapai 15 hari, maka darah pertama dihukumi nifas, masa berhenti dihukumi suci dan darah kedua dihukumi haidl bila bila memenuhi syarat-syaratnya haidl.  BILA DARAH BERHENTI Jika seseorang yang mengalami haidl darahnya telah berhenti, maka: a. Ia diahruskan untuk mandi, sholat, puasa dan melakukan rutinitas ibadah yang lain, namun apabila darah yang keluar belum genap 24 jam, maka dia cukup membasuh vaginanya dan wudlu. b. Bila sebelum mandi ingin makan, minum atau tidur, maka disunnahkan membersihkan vaginanya kemudian berwudlu dengan niat sebagai berikut:

ُ‫ن لِ َتعَا َلى‬ َ ْ‫سنُو‬ ْ ‫نَ َو يْت ا ْلوُ ضُ ْوءَ ا ْل َم‬ c. Sebelum mandi, semua hal-hal yang diharamkan ketika haidl, masih tetap berlaku kecuali tholaq, berjalan dalm masjid, thoharoh dan puasa. Dengan demikian, sebelum wanita itu mandi boleh berniat puasa.  HAL-HAL YANG DIHARAMKAN KETIKA HAIDL DAN NIFAS 1. Sholat 2. Sujud 3. Thowaf 4. I’tikaf atau berdiam di dalam masjid 5. Lewat didalam masjid, apabila khawatir darahnya menetes pada masjid. 6. Membaca dan menyentuh al Quran. Dan menulis al Quran menurut sebagian ulama. 7. Puasa 8. Bersuci dari hadas atau karena ibadah, seperti mandi jum’at. Sedangkan mandi hari raya, mandi haji atau mandi karena untuk berkumpul dengan orang banyak, hukumnya tidak haram. 9. Dicerai 10. Bersetubuh atau bersentuhan kulit pada anggota tubuh mulai lutut sampai pusar.  MANDI Fardlunya mandi ada tiga : 1. Niat

2. Menghilangkan najis yang ada pada anggota badan 3. Meratakan air keseluruh badan, mulai ujung rambut sampai ujungnkaki, termasuk lipatannya daun telinga. Sesuatu yang nampak dari kemaluan wanita janda yang duduk jongkok dan dubur (bol)nya orang yang sakit ambeyen. Diamping itu semua air yang digunakan haruslah air yang suci dan mensucikan. Dan juga pada anggota tubuh tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air seperti tiep-x, karet, cat begitu juga kotoran mata (ketek, jawa) dan kotoran yang ada dibawah kuku. Keterangan : 1. Hukum muwalah (terus-menerus) membasuh satu anggota yang lain hanyalah sunnah. Dengan demikian boleh membasuh sebagian anggota tibuh, sedangkan sisanya dibasuh kemudian, dan niatnya dicukupkan pada basuhan pertama. 2. Dalam mandi, air harus mengalir, sehingga tidak dianggap cukup dengan hanya mengusap air pada anggota tubuh. 3. Rambut atau kuku yang rontok ketika masih dalam masa haidl atau nifas, tidak dibasuh, hanya saja bagi orang yang haidl, nifas atau junub hendaknya tidak memotong rambut dan kuku kelak dapat dikembalikan kepadanya dalam keadaan junub (bagi orang yang gegabah)  SHOLAT YANG DI QODLO Apabila datangnya haidl atau nifas setelah masuknya sholat yang sekira cukup untuk melakukan sholat, maka sholat tersebut harus diqodlo, kecuali bagi orang yang selalu hadast (beser), maka syaratnya waktu tersebut kiranya cukup digunakan besuci dan sholat. Sedangkan untuk berhentinya haidl dan nifas, maka qodlo’ sholatnya sebagai berikut: a. Apabila berhenti masih dalam waktu sholat yang sekiranya cukup digunakan mengucapkan lafadh Allahu Akbar (takbiratul ihrom), maka sholat yang harus diqodlo adalah pada waktu berhentinya haidl dan sholat sebelumnya apabila bisa di jama’. Contoh: Berhentinya haidl pada waktu Ashar tinggal 5 detik (waktu yang culup untuk takbirotul ihrom), maka holat yang diqodlo adalah sholat Dhuhur dan Ashar.

b. Apabila berhentinya pada waktu sholat yang tidak bisa di jama’ dengan sholat sebelumnya, maka sholat yang diqodlo hanya sholat waktu berhentinya haidl tersebut.

membasuh kemaluannya kembali dengan kapas dan bersucinya harus sudah masuk waktu.

Contoh: Haidl berhenti pada waktu Shubuh tinggal 5 detik, maka yang diqodlo hanya sholat Shubuh. Keterangan: 1. Sholat yang bisa dijama’ adalah sholat Maghrib, Isya’, Dhuhur dan Ashar. 2. Apabila ketika berhentinya haidl, waktu sholat masih cukup untuk digunakan bersuci dan sholat, maka sholatnya tidak boleh diqoslo (harus ada’)

Keterangan Bila biasanya darah berhenti pada saat waktu sholat masih ada, yang sekiranya cukup untuk melaksanakan sholat dan bersucinya, maka sholatnya menunggu waktu suci) Masalah istihadloh erat kaitannya dengan kuat dan lemahnya darah, yang dipengaruhi oleh warna dan sifat-sifat darah. • Warna darah sesuai dengan urutan yang paling kuat : a. Hitam b. Merah c. Merah agak kuning d. Kuning e. keruh • Sifat-sifat darah a. Kental, cair b. Berbau, tidak berbau Apabila masing-masing darah empunyai warna dan sifat yang sama –sama kuat, maka yang dihukumi darah kuat, adalah darah yang lebih banyak cirri-ciri yang mengarah pada darah kuat. Contoh : Darah hitam, kental berbau, lebih kuat dibanding darah hitam, kental tidak berbau.

 ISTIHADLOH Istihadloh adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita diluar ketentuan haidl dan nifas. ketentuan di atas, maka sudah dianggap cukup, walaupun ada darah yang masih keluar,Dan wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi Daimul Hadats (orang yang selalu hadast), sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi, namun wajib berpuasa dan sholat dengan cara membersihkan najis disekitas kemaluan, kemudia kemudian segera wudlu dengan niat: Apabila sudah sesuai denga ketentuan di atas, maka sudah dianggap cukup, walaupun ada darah yang masih keluar, kemudian segera wudlu dengan niat:

‫ص َغرِ فَ ْرضًا لِلّ ِه َتعَالَى‬ ْ ‫ل‬ َ ‫حدَثِ ْا‬ َ ‫َن َويْتُ ا ْل ُوضُوْءَ ِل َرفْعِ ا ْل‬ Dan setelah itu harus segera melaksanakan menyumbatnya dengan kapas sampai masuk kedalam vagina yang tidak wajib dibasuh ketika istinjak (tempat yang tidak nampak ketika duduk jongkok), kecuali dia sedang berpuasa walaupun puasa sunnah (tidak boleh masuk kedalam, cukup bagian luar saja) atau dia merasa sakit. Bagi orang orang yang istihadloh, harus berwudlu setiap hendak melaksanakan sholat fardlu (satu wudlu satu fardlu), walaupun dia belum mempunyai hadats lain. Sedangkan untuk sumbat, menurut satu pendapat tidak harus diganti kecuali sumbat itu bergeser dar tempat semula atau nampak darah disekitar sumbat tersebut. Apabila hal ini terjadi, maka awajib

 MUSTAHADLOH Orang yang istihadloh ada 7 macam : 1. Wanita yang baru pertama kali haidl serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah (Mumayyizah). Golongan ini memenuhi 3 syarat: a. Darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 jam) b. Darah kuat tidak melebihi 15 hari.

c. Dara lemah tidak kurang 15 hari, apabila ada darah kuat kedua, dan apabila tidak ada darah kuat kedua maka dihukumi mumayyizah dengan 2 syarat saja. Sedangkan mustahadloh (orang yang istihadloh) yang baru pertama kalihaidl, atau yang sudah terbiasa haidl, apabila bisa memnedakan kuat dan lemahnya darah, maka : - Darah kuat dihukumi haidl. - Darah lemah dihukumi istihadloh Sedangkan apabila darah itu ada yang kuat, ada yang lemah, dan ada yang sangat lemah, maka darah yang lemah dihukumi sebagaimana darah yang kuat (haidl) dengan 3 syarat : 1. Darah kuat keluar terlebih dahulu. 2. darah kuat dan lemah keluarnya secara beruntun (muttashil) 3. Darah kuat da lemah, patut dihukumi haidl (tidak melebihi 15 hari) Dan apabila tidak memenuhi 3 syarat diatas, maka yang dihukumi haidl hanya darah yang kuat saja. Contoh : - Keluar darah kuat 3 hari - Keluar darah lemah 20 hari Maka, 3 haidl 20 hari istihadloh, namun untuk mandinya pada bulan pertama harus menunggu 15 hari. Kemudian bulan berikutnya dia wajib mandidisaat darah kuat berubah menjadi darah lemah. 2. Wanita yang baru pertama kali haidl. Mengeluarkan darah melebihi dari 15 hari, dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah, atau bisa namun tidak memenuhi syarat –syarat yang ada pada golongan pertama, maka yang dihukumi haidl hanya sehari semalam awal, dan sisanya dihukumi istihadloh. Contoh: Mengeluarkan darah 30 hari, darah kuat 10 jam, sisanya darah lemah, maka yang dihukumi haidl hanya sehari semalam yang awal. Sedangkan golongan kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari 15 malam, untuk bulan bulan selanjutnya tidak menuggu 15 hari, tapi begitu darah keluar sudah genap 24 jam, dia wajib mandi.

3. Wanita yang sudah pernah haidl, kemudian mengalami istihadloh, serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah serta 3 ketentuan golongan pertama, maka darah kuat dihukumi istihadloh. Kecuali apabila antara kebiasaan haidlnya (adat) dan darah kuat dipisah 15 hari, maka masa yang sesuai dengan adapt dihukumi haidl, begitu juga darah kuatnya. Sedangkan darah lemah yang memisah diantara keduanya, dihukumi istihadloh (masa suci). Contoh : Wanita mempunyai adat haidl 6 hari, kemudian mengeluarkan darah selama 28 hari, darah lemah 25 hari, darah kuat 3 hari. Maka 6 hari awal dihukumi haidl, karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3 hari akhir. Sedangkan yang 19 hari pemisah dihukumi istihadloh (masa suci) 4. Wanita yang sudah pernah haidl, kemudian mengalami istihadloh, namun dia tidak bisa membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa membedakan, tapi tidak memenuhi 3 syarat yang terdapat pada golongan pertama, dan dia masih ingat kebiaaan lama dan mulainya haidl yang pernah dia alami, maka hadil dan suci ssebelumnya. Sedangkan ketentuan adat yang dijadikan standart sebagai berikut: a. Apabila adat haidl dan suci tidak berubah –ubah, maka haidl dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya. Contoh: Bulan pertama haidl 7 hari, kemudian mengalami istihadloh 3 bulan dengan ketentuan di atas, maka 7 hari awal dari tiap-tiap bulan dihukumi hadil dan sisanya istihadloh. b. Apabila adat hadil dan sucinya berubah-ubah secara runtut, sampai 2 putaran, maka haidl dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya, sesuai dengan urutan putarannya.

Semoga Bermanfaat Pagerwojo, 24 Pebruari 2008 Penyusun

Nanik Hidayati, S.Th.I

Related Documents

Mempelajari Direktori
June 2020 17
Hukum
June 2020 34
Hukum
November 2019 62
Hukum
June 2020 29
Hukum
April 2020 41

More Documents from ""

Kenakalan Remaja
May 2020 26
Asma'ul Husna
May 2020 12
Bab I
May 2020 15
Zakat Profesi
May 2020 22