HUKUM KESEIMBANGAN : MENAKAR NILAI PENDAPATAN DENGAN NILAI KINERJA
KASTAWI*
A. Hukum Keseimbangan dalam Al Qur’an Allah SWT menghendaki kebaikan bagi manusia. Oleh sebab itu Al Qur’an diturunkan untuk dijadikan sebagai sumber hukum yang yang akan menuntun manusia meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kebahagiaan akan dapat diraih apabila manusia mampu mencapai keseimbangan dalam kehidupannya. Namun kebanyakan manusia menjauhi atau mengingkari keseimbangan sehingga yang terjadi adalah disharmonisasi dan kekacauan dalam kehidupannya. Dalam Al Qur’an kita dapat menemukan pelajaran/perintah agar manusia menerapkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupannya, diantaranya (1) keseimbangan antara hak dan kewajiban (Q.S. al-Baqarah : 187 dan 228), (2) keseimbangan dalam menetapkan hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, adil dan obyektif (Q.S. al-Maidah : 95 dan Q.S. al-Hajj : 60), (3) keseimbangan antara kemuliaan dengan amal yang dikerjakan dan keseimbangan antara kehinaan dengan keburukan yang dilakukan (Q.S. al-Anam : 132), (4) keseimbangan antara pahala dan amal hamba sebagai bentuk kasih sayang-Nya, serta hukuman dengan perbuatan dosa yang dilakukan (Q.S. al-Anam : 160 dan Q.S. al-Qashash : 84), (5) Keseimbangan dalam penciptaan alam secara (Q.S. al-Mulk : 3), (6) keseimbangan dalam penciptakan susunan bentuk manusia sehingga bisa melaksanakan aktivitas kekhalifahannya secara maksimal (Q.S. al-Infithbr : 6-8), (7) keseimbangan antara usaha dan pengharapan, serta keseimbangan dalam memanfaatkan waktu secara bijaksana dengan perbutan yang bermanfaat bagi sesamanya (Q.S. al-Baqarah : 201 dan Q.S. al-Ashr : 1-3), (8) keseimbangan antara zikir dan fikir (Q.S. Ali Imran : 190-191), (9) keseimbangan nikmat lahir dan bathin (Q.S. Luqman : 20 dan Q.S. ar-Rum : 7), (10) keseimbangan antara dimensi ibadah vertikal dengan amaliah secara horizontal atau keshalehan sosial (Q.S. al-Baqarah : 3), (11) keseimbangan dalam amar ma’ruf dan nahi munkar (Q.S. al-Baqarah : 44), dan (12) keseimbangan dalam melakukan penilaian terhadap seseorang, adil dan objektif (Q.S. al-Maidah : 8). Berdasarkan ayat-ayat di atas diketahui bahwa perintah untuk menerapkan keseimbangan dalam kehidupan dapat menghasilkan kebahagiaan, keharmonisan, dan keadilan. Sebaliknya, ketidakseimbangan dapat menimbulkan ketimpangan, ketidakadilan, dan disharmonisasi.
B.
Hukum Keseimbangan dalam Alam Semesta Alam semesta adalah ayat-ayat Allah (kauniyah) yang juga harus dipelajari sebagaimana kita mempelajari ayat-ayat al Quran (Quraniyah). Dari mempelajari alam semesta diperoleh pemahaman mengenai stabilitas hukum-hukum dan totalitas alam semesta dalam berislam (tunduk) kepada Allah SWT. Alam semesta tidak pernah membantah atau melakukan penolakan terhadap hukum-hukum tersebut dan berjalan dalam sistem yang serasi dan seimbang mengikuti semua ketentuanNYa. Sedikit saja keluar dari garis keseimbangan akan menimbulkan
kekacauan dalam sistemnya. Ekosistem yang kita tinggali ini (baca: bumi) awalnya berada dalam keseimbangan (QS. Shaad: 27 dan Al A’raf: 85), kemudian mendapat gangguan dari perbuatan manusia yang merusak sistem lingkungan akibatnya manusia menuai berbagai bencana dari perbuatannya (QS. Ar Rum: 41). Manusia melakukan eksploitasi lingkungan tanpa memperhatikan pelestariannya. Illegal loging, pembakaran hutan, penambangan liar, Banjir bandang, longsor, tsunami, dan gempa bumi merupakan bencana alam yang akrab dengan kehidupan manusia dewasa ini sebagai dampak dari perilaku negatif manusia sendiri. Semua sistem dalam tubuh kita awalnya berjalan dalam keseimbangan, kemudian gaya hidup manusia modern yang tidak memperhatikan sistem kerja tubuh mengganggu kerja sistem dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Diabetes militus misalnya, muncul akibat terganggunya sistem endokrin. Hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas jumlahnya tidak sebanding dengan gula yang masuk ke sistem sirkulasi akibatnya kadar gula dalam darah tinggi. Dalam kondisi seimbang (homeostatis) sistem bekerja secara otomatis. Apabila kadar gula tinggi dalam darah maka hormon insulin diproduksi dan berhenti produksi apabila kadar gula dalam darah normal. Sebaliknya Apabila kadar gula rendah dalam darah maka hormon glukagon diproduksi untuk merubah gula menjadi glikogen yang dapat disimpan dalam beberapa jaringan tubuh sehingga kadar gula darah normal kembali. Kedua sistem lingkungan (ekosistem) dan sistem tubuh kita hanya sebagian kecil contoh hukum keseimbangan di alam semesta yang disadari atau tidak sedang terganggu keseimbangannya dan telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Secara mandiri, ekosistem dapat melakukan recovery untuk mencapai keseimbangan, tetapi ini berjalan sangat lambat. Oleh sebab itu peran serta manusia sangat dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem. Perilaku yang arif dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam dapat menjaga kelestariannya, sehingga dapat dinikmati oleh anak keturunan kita di masa-masa mendatang.
C.
Hukum Keseimbangan dalam nilai pendapatan dan nilai kinerja Bulan Mei dianggap sebagai momen penting bagi para buruh karena bulan ini dijadikan sebagai hari buruh.
Biasanya mereka memperingatinya dengan melakukan aksi untuk menyuarakan hati nuraninya, menuntut hak-hak mereka agar sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang telah dilakukan. Seringkali aksi-aksi tersebut menimbulkan kemacetan lalu lintas dan kerusakan pada beberapa fasilitas umum. Mengapa aksi-aksi ini terjadi dan sampai kapan aksiaksi ini terus terjadi? Mungkin ini pertanyaan sederhana yang sering muncul dalam benak kita ketika aksi itu terjadi. Keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan memang menjadi impian setiap orang. Biasanya orang akan berteriak lantang manakala ada hak-haknya yang hilang, tetapi banyak orang yang tidak merasa bersalah manakala ada kewajiban-kewajiban yang dilalaikannya. Para buruh merasa bahwa nilai pendapatannya tidak seimbang dengan nilai kinerja yang dilakukan, karenanya mereka berunjuk rasa. Tidak pernah ada unjuk rasa para pegawai pemerintah maupun swasta yang nilai pendapatannya jauh lebih tinggi dari nilai kinerjanya. Padahal sejatinya itu berlawanan dengan hukum keseimbangan. Jika demikian adakah konsekuensi dari ketidakseimbangan antara nilai pendapatan dengan nilai kinerja? Apabila tidak ada konsekuensi, maka ada ketidakadilan. Allah Maha Adil terhadap semua hamba-Nya, tidak ada satu pun yang terzalimi. Siapapun yang keluar atau terpaksa keluar dari hukum keseimbangan akan Allah seimbangkan dengan kudrat dan iradatNya. Kalaupun keadilan tidak diperoleh dari manusia, tetapi keadilan Allah pasti diperoleh setiap orang. Mereka yang nilai kinerjanya lebih tinggi dari nilai pendapatannya, maka akan mendapatkan bonus sebagai penyeimbang. Sebaliknya mereka yang nilai kinerjanya lebih rendah dari pendapatanya, juga akan mendapat bonus sebagai penyeimbang. Edi Susanto dalam bukunya, Becoming a Young Richman: Formula menjadi jutawan muda menulis sebuah ilustrasi keseimbangan dalam nilai pendapatan dan nilai kinerja. Apabila nilai pendapatan kita Rp. 1,5 juta / bulan sedangkan nilai kinerja kita Rp. 2,5 juta/bulan, maka kita memiliki simpanan di alam semesta sebesar Rp. 1 juta/bulan. Dalam sepuluh tahun tabungan kita di alam semesta sebesar Rp. 120 juta. Allah pasti membayar tabungan tersebut pada waktu yang tepat, misalnya mendapat hadiah undian, anak-anaknya mendapat beasiswa diterima diperguruan tinggi ternama, diselamatkan dari berbagai bencana dan kecelakaan yang terjadi, dan mendapat berbagai keberuntungan yang
tidak pernah diduga sebelumnya (la yahtasib). Sebaliknya apabila nilai kinerja kita Rp. 1,5 juta/bulan sedangkan kita dibayar Rp. 2,5 juta/bulan, maka kita berhutang pada alam semesta sebesar Rp.1 juta/bulan. Dalam sepuluh tahun hutang kita pada alam semesta sebesar Rp. 120 juta. Allah pasti menagih hutang tersebut pada waktu dan cara yang tepat. Misalnya menjadi korban penipuan, menderita penyakit berat sehingga membutuhkan biaya pengobatan besar, usahanya bangkrut, anak-anaknya susah diatur, tertimpa bencana dan berbagai kemalangan-kemalangan yang tidak menyenangkan. Mungkin kita menganggap semua kejadian yang menimpa adalah sesuatu yang biasa dan bisa menimpa siapapun, terlepas dari hukum keseimbangan dalam pendapatan dan kinerja. Sebagai insan yang beriman, kita yakin bahwa tidak ada kebetulan dalam dunia ini. Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah SWT. dan berjalan dalam koridor sunnatullah. Apabila setiap individu menyadari konsep keseimbangan sebagaimana dijelaskan di atas, maka program Reformasi Birokrasi dan Zona Integritas yang dicanangkan oleh untuk mencapai clean government dan good governance dapat tercapai. Karena program apapun apabila tidak diimbangi dengan kesadaran personal, maka program-program itu akan banyak mengalami kendala dalam implementasinya. Berbagai ketimpangan sosial dapat dihindari dan keadilan sosial dapat diwujudkan. Menyadari bahwa keburukan dan kebaikan yang kita terima ada hubungannya dengan nilai pendapatan dan nilai kinerja kita, menjadi penting untuk menumbuhkan kehati-hatian dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Pepatah mengatakan “tidak ada yang gratis di dunia ini” semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.
*Guru Biologi MAN Sukra Kab. Indramayu