Hubungan Intraksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia.docx

  • Uploaded by: iis astutik
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan Intraksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,367
  • Pages: 10
HUBUNGAN INTRAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN SEMARANG

Di ajukan untuk memenuhi syarat pengajuan judul kripsi

Di susun Oleh : EKO JULIANINGSIH 2015121007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSUTAS SAHID SURAKARTA 2018

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses

menua

bukanlah

suatu

penyakit

tetapi

suatu

proses

alamiah.Walaupun proses menua sulit dihindari dengan upaya apapun, namun manusia dapat berusaha memperlambat proses alami ini dan menjaga supaya sampai usia lanjut masih bisa hidup dalam keadaan sehat dan menikmati kehidupan yang bahagia dan berkualitas (Hardywinoto & Setiabudi, 1999). Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik–biologik, mental, hubungan social dan ekonomi. Proses menua ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup menunjukkan kepuasan atau kebahagiaan individu sepanjang dalam kehidupannya mempengaruhi mereka atau dipengaruhi oleh kesehatan. Kualitas hidup lanjut usia menunjukkan kemampuan lanjut usia untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pada lanjut usia yang menderita hipertensi untuk meningkat kualitas hidupnya selain pengobatan dan terapi yang tepat perlu adanya dukungan sosial. Dukungan sosial mempunyai peranan penting untuk mendorong lanjut usia percaya diri dan yakin bisa mengatasi masalah hipertensinya. Dukungan sosial salah satunya dapat diperoleh dari proses interaksi sosial yang dilakukan oleh lanjut usia, baik dengan keluarga, lingkungan sekitar atau

kelompok lainnya. Interaksi sosial merupakan faktor yang penting bagi lanjut usia. Hal ini disebabkan umumnya lanjut usia mengalami penurunan dalam melakukan interaksi sosial. Pada lanjut usia bertambahnya umur menimbulkan penurunan interaksi sosial sehingga lanjut usia akan merasakan kesulitan dalam bersosialisasi. Interaksi sosial yang baik pada lanjut usia dapat saling berbagi cerita, berbagi minat, berbagi perhatian, dan melakukan aktivitas secara bersamasama. Hal ini akan menurunkan beban pikiran dan tingkat hipertensi (Sanjaya dan Rusdi, 2012). Komponen kualitas hidup salah satunya adalah Kepuasan hidup selalu mengorientasikan diri pada proses pengalaman masa lalu dan masa kini. Jika di masa tua lansia memiliki perilaku seperti murung, suka menyendiri, terisolasi dari kegiatan di luar rumah, ada suatu kemungkinan bahwa sebenarnya mereka masih memiliki kebutuhan di masa lalu yang belum dipuaskan. Kualitas hidup merupakan satu komponen utama yang bersifat subyektif untuk kesejahteraan hidup manusia. Kualitas hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut, ada banyak hal yang dapat menciptakan munculnya kepuasan akan hidup pada lansia (Diener, dkk, 1998). Kualitas hidup berdasarkan hasil penelitian Ambarasan (2015) dipengaruhi oleh kualitas hubungan sosial. Kualitas hubungan sosial sangat berkaitan bagaimana interaksi antara lanjut usia dengan orang atau kelompok lain.Interaksi sosial mampu membangun kekuatan psikologis sehingga lanjut usia menjadi semangat untuk menjalani hidup mengatasi masalah serta meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Dengan pertambahan usia, mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Akibat dari pertambahan usia mereka adalah menurunnya derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan, dianggap sebagai individu yang tak mampuakan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar.

Hal ini dapat mempengaruhi

interaksi sosial lansia tersebut (Hardywinoto & Setiabudi, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Thomas pada tahun 1965 terhadap lansia yang mengangkat topik mengenai kualitas hidup pada lansia dihubungkan dengan tingkat permasalahan hidup, banyaknya aktifitas yang dilakukan dan kompetensi sosial, menunjukkan bahwa lingkungan dapat merupakan sumber stres yang mendukung atau menekan seseorang sehingga mempengaruhi proses interaksi sosial seseorang, di dalam hal ini sangat menentukan kualitas hidup seseorang (Monks, 1998). Berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan akhirnya depresi, maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Relawati, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara( Vicky Tresnia,2012) di Kelurahan Ganting dengan 10 orang lansia. Kriteria kualitas hidup lansia ini berdasarkan kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan hubungan sosial. Dari 10 orang lansia yang diwawancarai didapatkan bahwa 7 orang lansia aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu lansia, wirid, gotong royong, dan aktivitas-

aktivitas kemasyarakatan lainnya. Mereka merasa tidak ada beban karena mereka setiap ada masalah mereka bercerita kepada anak-anak mereka dan teman sebaya mereka, dengan berbagi, beraktifitas, berinteraksi dengan lingkungan mereka merasa puas dengan kehidupan mereka dan dapat menjaga kesehatan mereka baik secara mental maupun jasmani. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan intrasi sosial dengan kualitas hidup lansia di dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang. B.RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas,maka dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana intraksi sosial pada lansia di Dusun wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang? 2. Bagaimana kualitas hidup lansia di Dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang? 3. Apakah ada hubungan antara intraksi social dengan kualitas hidup lansia

di

Dusun

Wonogaten,Desa

Glawan,Kecamatan

Pabelan,Semarang? C.TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan intraksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang.

2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan intrasi sosial lansia di Dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang. b. Mendiskripsikan kualitas hidup lansia di Dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang. c. Menganalisis hubungan antara intraksi social dengan kualiatas hidup lansia di Dusun Wonogaten,Desa Glawan,Kecamatan Pabelan,Semarang. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a.

Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

menambah pengalaman peneliti mengenai hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia b.

Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian yang lebih besar dan memberikan pelayanan nyata tentang interaksi sosial dan kualitas hidup lansia. 2. Manfaat praktis

a.

Bagi institusi kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan data tentang hal interaksi sosial dan kualitas hidup sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal.

b.

Bagi keluarga Memberikan informasi dan motivasi bagi keluarga agar

lebih memperhatikan kualitas hidup lansia. c.

Bagi lansia Memberi gambaran bagi lansia mengenai kualitas hidupnya

dan interaksi sosialnya serta memberikan dukungan bagi bagi teman sebaya agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. d.

Bagi institusi pendidikan Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan dalam pengelolaan lansia. Khususnya dalam hal interaksi sosial dan kualitas hidup. E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berhubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitain Putri (2008) berjudul “Gambaran Kualitas Hidup Yang Tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur”. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif. Hasil penelitian yang didapat yaitu semua responden bisa menjalankan perannya sebagai anggota keluarga. Perasaan sehat dirasakan oleh sebagian besar responden, sebagian besar responden merasa puas dengan kehidupannya dan tidak lagi memiliki

keinginan dalam hidupnya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik korelasional 2. Penelitian Asminatilia(2008) yang berjudul “Hubungan Status Interaksi Sosial Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta”. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian non eksperimental dalam bentuk deskriptif analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah skala Depresi Geriatri dan kuesioner interaksi sosial. Subjek penelitian berjumlah 80 orang lanjut usia yang

tinggal di PSTW

Abiyoso yang diambil menggunakan Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji Fisher. Hasil yang didapat yaitu status interaksi sosial didapatkan bahwa sebagian responden termasuk kategori baik sebesar 33 orang (41,25%). Adapun lansia yang mengalamdepresi ringan sebesar 26 orang (32,5%), depresi sedang-berat sebesar 5 orang(6,3%), dan tidak mengalami depresi sebesar

49

orang

(61,25%).

Dari

hasil

statistik

menunjukkan tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan depresi. Perbedaan dengan penelitian ini variable terikat kualitas hidup, analisa data menggunakan uji

Spearman rho, bentuk deskriptif analitik korelasional denagn pendekatan cross sectional, dan teknik sampling yaitu random sampling. 3. Paula J. Gardner (2011), jurnal “Natural neighborhood networks-Important social networks in the lives of older adults aging in place”. Penelitian ini mengeksplorasi lingkungan tempat terjadinya hubungan sosial lansia dengan orang lain (baik itu dengan

sesama

lansia ataupun masyarakat

non lansia),

mengeksplorasi penyebab hubungan sosial tersebut terjadi, dan bagaimana pengaruh lingkungan dan kehidupan sosial terhadap proses penuaan dan kesejahteraan hidup lansia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Toronto, terdapat tiga tempat terjadinya natural neighborhood networks (struktur hubungan sosial informal berbasis komunitas) yaitu : third places, threshold dan transitory zones. Bentuk hubungan yang terjadi karena interaksi ini berupa relationships of proximity (with neighbors), relationships of service dan relationships of chance (with

strangers).

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

lingkungan dan kehidupan sosial yang baik memegang peranan dalam mensupport proses penuaan dan kesejahteraan pada lanjut usia. Penggabungan keduanya membentuk sebuah Natural Neighborhood

Network,

sebuah

struktur

sosial

berbasis

komunitas bersifat informal yang memiliki prinsip saling bergantung satu sama lain sehingga membuat lansia dapat tetap

mempertahankan rasa kemandirian dan kemampuan interaksi sosialnya.

Related Documents


More Documents from ""