Hubungan Status Karies dengan Kualitas Hidup Masyarakat Dewasa di Kabupaten Pinrang Tahun 2019
PENDAHULUAN Kesehatan rongga mulut adalah komponen utama kesehatan umum seseorang untuk menjalankan aktivitas sehari-hari (mastikasi, artikulasi, sosialisasi) tanpa adanya rasa sakit, ketidaknyamanan, dan disabilitas.1 Menurut World Health Organization, sehat adalah keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial.2,3 Oleh karena itu, efek dari sebuah penyakit atau kondisi tidak dapat dilihat hanya dengan pengukuran secara klinis, karena hal tersebut tidak mempertimbangkan pengalaman subjektif pasien yang berhubungan dengan kesehatan mereka. Perhitungan kualitas hidup penting untuk dilakukan karena tidak hanya melihat ada atau tidak adanya suatu penyakit, namun juga melihat persepsi individu mengenai kondisi kesehatannya dan pengaruhnya pada kegiatan seharihari.2, Dimensi yang paling penting dalam menentukan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (HRQoL) adalah sosial, fisik, fungsi kognitif, mobilitas, perawatan diri sendiri, dan emosional.1,2 Persepsi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan tidak sama sepanjang waktu sebab manusia mengubah ekspektasi mereka dan pendapat mereka berdasarkan perbedaan keadaan. Para klinisi tertarik mengetahui informasi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, sebab hal ini tidak saja menilai standar biologi dan fisiologi namun juga emosional dan tingkat fungsional sosial, yang berarti menilai seseorang secara keseluruhan.2 Sekitar 2,3 milyar (32%) manusia memiliki karies gigi pada gigi permanen mereka di seluruh dunia.4 Penduduk Indonesia memiliki masalah pada rongga mulutnya sebanyak 25,9%.5 Karies merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan di rongga mulut. Hal tersebut terbukti dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi karies aktif adalah 43,4%4 meningkat menjadi 53,2% pada tahun 2007.5 Indeks DMF-T (karies) di Indonesia adalah 4,6 yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang. Sulawesi Selatan 1
merupakan provinsi dengan angka prevalensi tertinggi terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut, yaitu sebesar 36,2%.4 Kabupaten Pinrang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi yang terletak kira-kira 185 km di sebelah Utara Kota Makassar. Wilayah administratif Kabupaten Pinrang terbagi dalam 12 kecematan dan 108 desa/kelurahan (69 kelurahan dan 39 desa) dengan luas 1.961,77 km2. Luas Kecamatan Mattiro Bulu adalah 132,49 dengan persentase 6,75% dari luas wilayah Kabupaten Pinrang, luas Kecamatan Watang Sawitto adalah 58,97 dengan persentase 3,01% dari luas wilayah Kabupaten Pinrang, dan luas Kecamatan Suppa adalah 74,2 dengan persentase 3,78 %.6 Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada tahun 2016 adalah 369.595 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk adalah 188,4 jiwa/km2. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Watang Sawitto yaitu sebesar 55.571 jiwa. Pada daerah rural, jumlah penduduk Kecamatan Mattiro Bulu adalah 28.053 jiwa dan jumlah Kecamatan Suppa adalah 31.929 jiwa.6 Pada tahun 2016, jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Pinrang adalah 3 rumah sakit, 16 puskesmas, dan 369 posyandu. Jumlah tenaga medis adalah 12 dokter spesialis, 43 dokter umum, 20 dokter gigi, 25 farmasi, 266 perawat, dan 153 bidan. Pada daerah urban yaitu Kecamatan Watang Sawitto terdapat 3 rumah sakit, 1 puskesmas, dan 36 posyandu. Pada daerah rural yaitu Kecamatan Mattiro Bulu terdapat 1 Puskesmas dan 30 posyandu dan Kecamatan Suppa terdapat 2 puskesmas dan 34 posyandu. Jumlah tenaga kesehatan yang terdaftar pada tahun 2016 di Kecamatan Watang Sawitto adalah 22 tenaga medis, sedangkan pada daerah rural yaitu Kecamatan Mattiro Bulu terdapat 4 tenaga medis dan Kecamatan Suppa terdapat 5 tenaga medis.6 Dari data-data tersebut, dapat terlihat bahwa terjadi distribusi yang tidak merata pada sarana, prasarana, serta personil kesehatan pada kedua kecamatan ini. Sarana dan prasarana kesehatan berperan dalam meningkatkan kesehatan rongga mulut. Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan pelayanan kesehatan yang tidak terdistribusi dengan baik, sehingga akan memengaruhi
2
kualitas hidup pada suatu daerah. Melihat situasi di atas dan tidak adanya data mengenai keadaan status karies terhadap kualitas hidup yang behubungan rongga mulut pada daerah ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan status karies dan kualitas hidup yang berhubungan dengan rongga mulut pada masyarakat dewasa Kabupaten Pinrang, khususnya pada Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pendahuluan yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu bagaimana hubungan status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2019? TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2019. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Peneliti dapat mengetahui hubungan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa di Kecamatan Wattang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2019. 2. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi Dinas Kesehatan setempat dalam penyusunan perencanaan dan langkah konkrit untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia khusunya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat. 3. Sebagai salah satu aspek bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.
3
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah pilot pathfinder survey. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode cross sectional study. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah urban yaitu Kecamatan Watang Sawitto dan daerah rural yaitu Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari - 1 Februari 2019. Populasi dan subyek penelitian Populasi pada survei ini adalah seluruh masyarakat daerah urban (Kecamatan Watang Sawitto) dan daerah rural (Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa) Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Subyek penelitian ini adalah masyarakat daerah urban (Kecamatan Watang Sawitto) dan daerah rural (Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa) yang berusia 18-78 tahun dengan total subyek sebanyak 345 orang. Kategori dewasa muda adalah 18-44 tahun, dewasa tua adalah 45-59 tahun, usia lanjut adalah 60-78 tahun. Jumlah subyek sebanyak 194 orang daerah urban (Kecamatan Wattang Sawitto) dan 151 orang daerah rural (Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa). Kriteria inklusi: 1. Subyek berusia 18-78 tahun. 2. Subyek yang kooperatif selama penelitian berlangsung. 3. Subyek yang hadir pada waktu penelitian dilaksanakan.
4
Kriteria eksklusi: 1. Subyek yang tidak dapat mengikuti seluruh rangkaian penelitian termasuk menyelesaikan pemeriksaan intraoral secara lengkap pada saat penelitian berlangsung. 2. Subyek berubah pikiran dan membatalkan kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian. 3. Subyek tidak mengisi kuisioner secara lengkap. Variabel penelitian Variabel menurut fungsinya : 1. Variabel sebab : Status karies 2. Variabel akibat : Kualitas hidup Definisi operasional variabel 1. Status karies adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman karies seseorang yang dihitung dengan menggunakan indeks DMF-T (Decayed missing filling teeth). 2. Kualitas hidup yang berhubungan dengan rongga mulut atau oral healthrelated quality of life (OHRQoL) adalah persepsi individu mengenai kepuasan mereka dengan kesehatan rongga mulut mereka yang ditinjau dalam 7 dimensi yang terdapat dalam kuisioner OHIP-14. Kriteria penilaian Kriteria penilaian pada penelitian ini adalah: 1. Karies gigi8,9 Untuk melihat karies gigi diukur dengan menggunakan indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth) untuk gigi permanen. D (Decayed) jika: a. Ujung sonde terasa menyangkut pada kavitas. b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen.
5
c. Dalam kasus terdapat mahkota yang telah hancur karena karies dan hanya akar yang tersisa, karies yang dinilai berasal dari mahkota dan karena itu dinilai sebagai D adalah mahkota yang karies saja. M (Missing) jika hilangnya gigi permanen karena karies. F (Filling) jika terdapat restorasi pada gigi permanen. DMF-T merupakan penjumlahan indeks D-T, M-T, dan F-T yang menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami oleh seseorang karena karies baik berupa D (Decay) yaitu gigi berlubang atau karies, M (Missing) yaitu gigi dicabut dan F (Filling) yaitu gigi yang ditumpat. Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang. Rumus DMF-T individu
DMF-T = D (decay) + M (missing) + F (filling) Rumus DMF-T rerata 𝐑𝐞𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐃𝐌𝐅 − 𝐓 =
𝐃 + 𝐌 + 𝐅 (𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢) 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐮𝐛𝐣𝐞𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐢𝐤𝐬𝐚
Kriteria penilaian untuk dewasa muda (dibawah 45 tahun) berdasarkan WHO adalah sangat rendah (0,0-1,1), rendah (1,2-2,6), sedang (2,7-4,4), tinggi (4,5-6,5), sangat tinggi (>6,6).7. Adapun kriteria penilaian pada dewasa muda dan usia lanjut (>45 tahun) adalah sangat rendah (<5,0), rendah (5,0-8,9), sedang (9,0-13,9) dan tinggi (>13,9).5 2. Kualitas Hidup Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan rongga mulut masyarakat Kabupaten Pinrang dinilai menggunakan kuisioner Oral Health Impact Profile14 (OHIP-14). Kuisioner OHIP awalnya dikembangkan oleh Slade dan Spencer dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 49 pertanyaan (OHIP-49). Kemudian Slade memperbarui kuisioner OHIP-49 menjadi kuisioner OHIP-14 yang terdiri dari 14 item pertanyaan yang terbagi menjadi 7 dimensi. Tujuh dimensi ini mewakili dampak rongga mulut yang berbeda, dan terdiri dari keterbatasan
6
fungsional, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, disabilitas psikis, keterbatsan sosial dan keterhambatan.1,3,7 Dimensi 1: Keterbatasan fungsional 1 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa kesulitan dalam mengucapkan kata/kalimat karena permasalahan rongga mulut? 2 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa tidak dapat mengecap rasa dengan baik karena permasalahan rongga mulut? Dimensi 2: Nyeri fisik 3 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa sakit pada rongga mulut? 4 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa tidak nyaman saat mengunyah karena permasalahan pada rongga mulut? Dimensi 3: Ketidaknyamanan psikis 5 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa khawatir/cemas karena permasalahan pada rongga mulut? 6 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa tegang karena permasalahan pada rongga mulut? Dimensi 4: Disabilitas fisik 7 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi karena permasalahan pada rongga mulut? 8 Pernahkah bapak/ibu/saudara harus berhenti secara tiba-tiba saat sedang mengunyah makanan karena permasalahan pada rongga mulut? Dimensi 5: Disabilitas psikis 9 Apakah bapak/ibu/saudara pernah mengalami kesulitan untuk merasa rileks/santai karena permasalahan pada rongga mulut? 10 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa malu karena permasalahan pada rongga mulut? Dimensi 6: Keterbatasan sosial 11 Apakah bapak/ibu/saudara pernah menjadi mudah tersinggung karena permasalahan pada rongga mulut? 12 Apakah bapak/ibu/saudara pernah mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari karena permasalahan pada rongga mulut? Dimensi 7: Keterhambatan 13 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa hidup Anda kurang memuaskan karena permasalahan pada rongga mulut? 14 Apakah bapak/ibu/saudara pernah merasa susah untuk melakukan apapun karena permasalahan rongga mulut? Subyek diminta untuk menjawab setiap item pertanyaaan dengan pilihan jawaban berupa skala Likert 5 poin (0=tidak pernah, 1=jarang, 2= kadang-kadang,
7
3=sering, 4=sangat sering). Rentang skor yang mungkin didapatkan pada kuisioner OHIP-14 adalah 0 hingga 56, dan semakin tinggi nilai OHIP menandakan semakin berpengaruh dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup individu tersebut.1,3,7 Skor yang lebih tinggi mengindikasikan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan mulut yang rendah.7 Pembagian kategori kualitas hidup dibagi berdasarkan perhitungan interval skor nilai tertinggi dan nilai terendah, yaitu baik = <19, sedang = 19 – 37, buruk = >37.10 Alat dan bahan 1. Form penelitian WHO berupa status karies (indeks DMF-T) dan kuesioner OHIP-14. 2. Alat diagnostik (mirror, sonde, excavator dan pinset) 3. CPI probe. 4. Alat tulis (pulpen, papan ujian). 5. Handschoen dan masker. 6. Betadine, alkohol, air, dan larutan antiseptik. 7. Headlamp. Prosedur penelitian 1. Pengambilan data penduduk di daerah urban (Kecamatan Watang Sawitto) dan daerah rural (Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa), Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Pada subyek tersebut dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat dan menilai status kariesnya, selanjutnya subyek diberikan kuesioner OHIP14. 3. Menghitung skor kuisioner OHIP-14 berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada subyek. 4. Setelah diperoleh data dari kuisioner OHIP-14 maka dilakukan analisis data lalu di tarik kesimpulan. Analisis data 1. Jenis data
: Data primer
8
2. Penyajian data
: Disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.
3. Pengolahan data
: Software SPSS versi 25.0 for windows
4. Analisis statistik
: Uji Chi-square
HASIL Telah dilakukan survei di Kecamatan Wattang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29 Januari-1 Februari 2019. Subyek yang menyelesaikan kuisioner sesuai dengan kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian, dengan jumlah subyek akhir sebesar 345 orang, yaitu 194 subyek dari Kecamatan Wattang Sawitto dan 151 subyek dari Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa. Data diolah menggunakan program SPSS versi 25 (SPSS Inc., Shicago, IL, USA).Pada penelitian ini, tidak mengambil data pekerjaan dan pendidikan subyek karena data bias. Tabel 1. Karakteristik sosiodemografis masyarakat dewasa Karakteristik
Usia
Dewasa muda (18-44 tahun) Dewasa tua (45-60 tahun) Usia lanjut (60-78 tahun) Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan Jumlah
n % n % n % n % n % n %
Lokasi Urban Rural 113 82 58.2% 54.3% 65 44 33.5% 29.1% 16 25 8.2% 16.6% 61 30 31.4% 19.9% 133 121 68.6% 80.1% 194 151 100.0% 100.0%
Jumlah 195 56.5% 109 31.6% 41 11.9% 91 26.4% 254 73.6% 345 100.0%
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel 1 menunjukkan distribusi subyek berdasarkan variabel sosiodemografis. Jumlah sample pada lokasi urban adalah 194 orang dan pada daerah rural adalah 151 orang. Berdasarkan karakteristik kelompok usia, kategori dewasa muda mendominsi yaitu 56,5%. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, kategori perempuan mendominasi yaitu 73,6%.
9
Tabel 2. Distribusi subyek berdasarkan karakteristik sosiodemografik terhadap nilai rerata DMFT dan OHIP. Urban
Karakteristik
Usia
M
F
DMFT
Status
OHIP
1.55
2.27
0.00
3.82
Sangat Rendah
13.99
18-44 tahun
mean SD
1.77
3.62
0.00
4.29
45-60 tahun
mean
1.37
6.63
0.00
8.00
SD
1.75
8.18
0.00
8.30
mean
0.44
16.75
0.00
17.19
SD
1.09
11.70
0.00
11.08
mean
1.25
4.77
0.00
6.02
Laki-laki SD
1.95
7.74
0.00
8.02
mean
1.47
5.00
0.00
6.47
Perempuan
10.83 20.51
1.64
7.50
0.00
D
M
F
DMFT
Status
OHIP
1.34
3.00
0.00
4.34
19.88
1.76
4.59
0.00
5.05
Sangat Rendah
1.16
8.23
0.00
9.39
18.61
1.68
9.68
0.00
9.63
Sangat Rendah
0.36
16.16
0.00
16.52
14.54
0.00
14.43
Sangat Rendah
22.16
0.91 0.53
10.30
0.00
10.83
15.27
1.11
12.65
0.00
12.58
Sangat Rendah
1.27
5.81
0.00
7.08
21.03
1.74
8.73
0.00
8.71
Sangat Rendah
Baik 13.66
Sangat Rendah
21.50
Sangat Rendah
15.05
Baik 11.29 Baik 13.24 17.59
Sedang SD
Kategori Baik
Sedang
>60 tahun
Jenis Kelamin
Rural
D
Baik
7.40
11.79
Kategori Baik
14.17 Baik 13.02 Baik 15.39 Baik 14.08 Baik 13.81
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel
2
menunjukkan
distribusi
subyek
berdasarkan
karakteristik
sosiodemografik terhadap nilai rerata DMFT dan OHIP. Pada daerah urban dan rural, nilai rerata komponen F adalah 0,00 yang berarti tidak ditemukan perawatan restorasi pada masyarakat dewasa di Kabupaten Pinrang. Berdasarkan kategori usia pada daerah urban didominasi status DMFT adalah sangat rendah dan pada daerah rural seluruhnya status sangat rendah. Berdasarkan kategori jenis kelamin pada daerah urban, indeks DMF-T laki-laki 6,02 lebih rendah dibandingkan perempuan 6,47 Sebaliknya pada daerah rural, indeks DMF-T laki-laki 10,83 lebih tinggi dibanding perempuan 7,08. Tabel 3. Distribusi subyek berdasarkan karakteristik sosiodemografi dan status karies pada usia 18-44 tahun. Urban
Rural
Karakteristik
Sangat rendah
Sedang
Sangat tinggi
Sangat rendah
Sedang
Sangat tinggi
n % n Laki-laki % Jenis Kelamin n Perempuan %
32 28.3% 14 41.2% 18 22.8%
48 42.5% 11 32.4% 37 46.8%
33 29.2% 9 26.5% 24 30.4%
26 31.7% 4 33.3% 22 31.4%
31 37.8% 6 50.0% 25 35.7%
25 30.5% 2 16.7% 23 32.9%
Usia
18-44 tahun
Sumber: (Data primer, 2019)
10
Tabel
3
menunjukkan
distribusi
subyek
berdasarkan
karakteristik
sosiodemografi dan status karies pada kategori usia 18-44 tahun. Persentase terbanyak pada status karies sedang di daerah urban yaitu 42,5% dan di daerah rural yaitu 37,8%. Berdasarkan kategori jenis kelamin di daerah urban, status karies lakilaki terbanyak pada status karies sangat rendah (41,2%) dan perempuan terbanyak pada status karies sedang (46,8%). Di daerah rural, berdasarkan kategori jenis kelamin status karies terbanyak ditemukan sama yakni pada status karies sedang. Tabel 4. Distribusi subyek berdasarkan karakteristik sosiodemografi dan status karies pada usia diatas 45 tahun Urban Karakteristik n % Usia n >60 tahun % n Laki-laki % Jenis Kelamin n Perempuan % 45-60 tahun
Rural
Sangat Rendah Sedang rendah
Tinggi
Sangat Rendah Sedang rendah
Tinggi
29 44.6% 4 25.0% 15 55.6% 18 33.3%
12 18.5% 9 56.3% 7 25.9% 14 25.9%
17 38.6% 9 36.0% 6 33.3% 20 39.2%
11 25.0% 13 52.0% 8 44.4% 16 31.4%
subyek
berdasarkan
17 26.2% 0 0.0% 4 14.8% 13 24.1%
7 10.8% 3 18.8% 1 3.7% 9 16.7%
10 22.7% 1 4.0% 2 11.1% 9 17.6%
6 13.6% 2 8.0% 2 11.1% 6 11.8%
.Sumber: (Data primer, 2019) Tabel
4
menunjukkan
distribusi
karakteristik
sosiodemografi dan status karies pada kategori usia >45 tahun. Pada kategori 45-60 tahun, persentase tertinggi pada status karies sangat rendah yaitu sebesar 44,6% di daerah urban dan 38,6% di daerah rural. Pada kategori usia >60 tahun, persentase tertinggi pada status karies sangat tinggi dan tinggi yaitu sebesar 56,3% di daerah urban dan 52% di daerah rural. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki di daerah urban sebanyak 15 subyek (55,6%) memiliki status karies sangat rendah sedangkan di daerah rural sebanyak 8 subyek (44,4%) memiliki status karies tinggi. Pada perempuan, status karies sangat rendah ditemukan pada daerah urban dan rural yakni sebesar 18 orang (33,3%) dan 20 orang (39,2%).
11
Tabel 5. Distribusi kualitas hidup berdasarkan dimensi pertanyaan OHIP-14 Pertanyaan Kuisioner
Dimensi
OHIP-14
Fungsional
Sulit berbicara Sulit Mengecap
Sakit Fisik
Sakit hebat Tidak nyaman makan Cemas Tegang
Ketidaknyamanan Psikis
Ketidakmampuan Fisik
Ketidakmampuan Psikis
Keterbatasan Sosial
Keterhambatan
Tidak puas makan Terganggu makan Sulit istirahat Malu
Terganggu oleh orang lain Sulit bekerja
Hidup kurang memuaskan Tidak mampu beraktivitas
Jawaban Subyek (OHIP-14)
n 177
% 51.3
n 53
% 15.4
2 (Kadangkadang) N % 60 17.4
145
42.0
76
22.0
67
19.4
54
15.7
3
0.9
79
22.9
88
25.5
114
33.0
63
18.3
1
0.3
85
24.6
77
22.3
107
31.0
73
21.2
3
0.9
104
30.1
64
18.6
104
30.1
70
20.3
3
0.9
131
38.0
64
18.6
98
28.4
48
13.9
4
1.2
93
27.0
66
19.1
113
32.8
68
19.7
5
1.4
106
30.7
76
22.0
98
28.4
60
17.4
5
1.4
120
34.8
78
22.6
92
26.7
51
14.8
4
1.2
113
32.8
48
13.9
108
31.3
72
20.9
4
1.2
133
38.6
86
24.9
76
22.0
44
12.8
6
1.7
113
32.8
92
26.7
89
25.8
49
14.2
2
0.6
127
36.8
78
22.6
81
23.5
57
16.5
2
0.6
118
34.2
82
23.8
85
24.6
55
15.9
5
1.4
0 (Tidak pernah)
1 (Sangat jarang)
n 51
% 14.8
4 (Sangat sering) n % 4 1.2
3 (Sering)
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel 5 menunjukkan distribusi kualitas hidup berdasarkan kuisioner OHIP-14. Pada dimensi keterbatasan fungsional, persentase tertinggi pada pilihan jawaban tidak pernah yaitu sebesar 51,3%, pada pertanyaan sulit berbicara dan 42% pada pertanyaan sulit mengecap. Pada dimensi sakit fisik, persentase tertinggi pada pilihan jawaban kadang-kadang, yaitu sebesar 33% pada pertanyaan sakit hebat dan 31% pada pertanyaan tidak nyaman makan. Pada dimensi ketidaknyamanan psikis, persentase tertinggi pada pilihan jawaban tidak pernah dan kadang-kadang yaitu sebesar 30,1% pada pertanyaan cemas dan pilihan jawaban tidak pernah yaitu 38% pada pertanyaan tegang. Pada dimensi ketidakmampuan fisik, persentase tertinggi 12
pada pilihan jawaban kadang-kadang yaitu sebesar 32,8% pada pertanyaan tidak puas makan dan pilihan jawaban tidak pernah yaitu 30,7% dengan pertanyaan terganggu makan. Pada dimensi ketidakmampuan psikis, persentase tertinggi pada pilihan jawaban tidak pernah, sebesar 34,8% dengan pertanyaan sulit istirahat dan 32,8% dengan pertanyaan perasaan malu. Pada dimensi keterbatasan sosial, persentase tertinggi pada pilihan jawaban tidak pernah, yaitu sebesar 38,6% dengan pertanyaan terganggu oleh orang lain dan sebesar 32,8% dengan pertanyaan sulit bekerja. Pada dimensi keterhambatan, persentase tertinggi pada pilihan jawaban tidak pernah, yaitu sebesar 36,8% dengan pertanyaan hidup kurang memuaskan dan sebanyak 34,2% tidak mampu beraktivitas. Tabel 6. Distribusi status karies secara keseluruhan. Variabel Sangat rendah Status Karies (usia 18-44 tahun)
Sedang Sangat tinggi Sangat rendah
Status Karies (usia >45 tahun)
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah
n % n % n % n % n % n % n % n %
Lokasi Urban Rural 32 26 28.3% 31.7% 48 31 42.5% 37.8% 33 25 29.2% 30.5% 33 26 40.7% 37.7% 17 11 21.0% 15.9% 10 8 12.3% 11.6% 21. 24 25.9% 34.8% 194 151 100.0% 100.0%
Jumlah 58 29.7% 79 40.5% 58 29.7% 59 39.3% 28 18.7% 18 12.0% 45 30.0% 345 100.0%
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel 6 menunjukkan distribusi subyek berdasarkan status karies. Pada status karies (usia 18-44 tahun) memiliki jumlah subyek terbanyak pada kategori sedang yaitu 79 (40,5%) subyek. Pada status karies (usia >45tahun) memiliki jumlah subyek terbanyak pada kategori sangat rendah yaitu 59 (39,3%) subyek.
13
Tabel 7. Distribusi kualitas hidup secara keseluruhan. Lokasi Variabel Urban Rural n 117 69 Baik % 60.3% 45.7% Kualitas n 63 55 hidup Sedang % 32.5% 36.4% (OHIP-14) n 14 27 Buruk % 7.2% 17.9% n 194 151 Jumlah % 100.0% 100.0% Sumber: (Data primer, 2019)
Jumlah 186 53.9% 118 34.2% 41 11.9% 345 100.0%
Tabel 7 menunjukkan distribusi subyek berdasarkan kualitas hidup. Kategori kualitas hidup baik memiliki jumlah subyek terbanyak dengan jumlah 186 (53,9%) subyek. Pada kategori sedang terdapat 118 (34,2%) subyek dan kategori buruk memiliki subyek tersedikit dengan jumlah 47 (11,9%) subyek. Tabel 8. Hubungan status karies (usia 18-44 tahun) dengan kualitas hidup (OHIP14). Lokasi
Status karies (18-44 tahun)
N % N Urban Sedang % N Sangat tinggi % N Sangat rendah % N Rural Sedang % N Sangat tinggi % (Uji Chi-square; p<0,05 signifikan) Sangat rendah
Baik 25 78.1% 30 62.5% 23 69.7% 16 61.5% 15 48.4% 8 32.0%
OHIP-14 Sedang 7 21.9% 16 33.3% 9 27.3% 8 30.8% 10 32.3% 8 32.0%
Buruk 0 0.0% 2 4.2% 1 3.0% 2 7.7% 6 19.4% 9 36.0%
Jumlah 32 100.0% 48 100.0% 33 100.0% 26 100.0% 31 100.0% 25 100.0%
Nilai p
0.580
0.120
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel 8 menunjukkan hubungan status karies (usia 18-44 tahun) dengan kualitas hidup. Pada daerah urban, persentase tertinggi terdapat pada hubungan status karies sangat rendah, sedang, dan sangat tinggi dengan kualitas hidup baik. Pada daerah 14
rural. persentase tertinggi terdapat pada hubungan status karies sangat rendah dan sedang dengan kualitas hidup baik. Oleh karena itu, pada uji hubungan Chi-Square di daerah urban nilai p= 0,580 artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa pada kategori usia 18-44 tahun dan di daerah rural, nilai p=0,120 artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa pada kategori usia 18-44 tahun. Tabel 9. Hubungan status karies pada usia >45 tahun dengan kualitas hidup (OHIP14). Lokasi
Status karies (>45 tahun)
Baik n 15 Sangat rendah % 45.5% n 10 Rendah % 58.8% Urban n 6 Sedang % 60.0% n 8 Sangat tinggi % 38.1% n 11 Sangat rendah % 42.3% n 6 Rendah % 54.5% Rural n 30 Sedang % 37.5% n 10 Tinggi % 41.7% *Uji Chi-square; p<0,05 signifikan
OHIP-14 Sedang 17 51.5% 6 35.3% 1 10.0% 7 33.3% 12 46.2% 5 45.5% 30 37.5% 9 37.5%
Buruk 1 3.0% 1 5.9% 3 30.0% 6 28.6% 3 11.5% 0 0.0% 20 25.0% 5 20.8%
Jumlah 33 100.0% 17 100.0% 10 100.0% 21 100.0% 26 100.0% 11 100.0% 80 100.0% 24 100.0%
Nilai p
0.031*
0.714
Sumber: (Data primer, 2019) Tabel 9 menunjukkan hubungan status karies (usia >45 tahun) dengan kualitas hidup. Pada daerah urban, persentase tertinggi yang ditemukan pada status karies sangat rendah adalah kualitas hidup baik (45,5%) dan pada status karies sangat tinggi ditemukan persentase tertinggi pada kualitas hidup buruk (28,6%). Pada uji hubungan Chi-Square, terlihat nilai p= 0,031 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa pada kategori usia >45 tahun. 15
Pada daerah rural, persentase tertinggi yang ditemukan pada status karies sangat rendah adalah kualitas hidup sedang (46,2%) dan persentase tertinggi yang ditemukan pada status karies tinggi adalah kualitas hidup baik (41,7%). Oleh karena itu, pada uji hubungan Chi-square nilai p=0,714 artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa pada kategori usia >45 tahun. PEMBAHASAN Telah dilaksanakan penelitian di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan mengenai hubungan status karies dan kualitas hidup pada masyarakat dewasa. Hasil pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara status karies usia 18-44 tahun dengan kualitas hidup pada daerah urban (p=0,580) dan rural (p=0,120). Pada masyarakat dewasa yang berusia 45 tahun keatas di daerah rural, hasil pada penelitian ini juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara status karies dengan kualitas hidup (p=0,714). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abhishek11 dkk yang menyimpulkan bahwa kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut korelasi negatif dengan prevalensi karies. Namun, hubungan yang diamati tidak signifikan antara prevalensi karies dan kualitas hidup antara anggota polisi. Hal ini terjadi karena walaupun prevalensi karies di daerah tersebut tinggi, kemungkinan perluasan karies tidak parah sehingga tidak terlalu berdampak pada kualitas hidup yang berhubungan dengan rongga mulut. Disamping itu, ditemukan hubungan yang signifikan antara status karies dengan kualitas hidup masyarakat dewasa pada kategori usia >45 tahun pada daerah urban Penelitian Sheng7 dkk tentang korelasi antara kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup orang tua (>60 tahun) di China selatan pada tahun 2013 sampai 2015 yang menyimpulkan bahwa penyakit periodontal, karies, dan defek gigi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup orang tua. Penilaian DMF-T berdasarkan jenis kelamin, jumlah rerata DMF-T laki-laki di daerah rural adalah 10,83 lebih tinggi dibandingkan pada rerata DMF-T perempuan
16
7,08. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Demirci12 dkk pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa perempuan cenderung lebih peduli akan kesehatan giginya dibandingkan laki-laki. Hal ini dikaitkan dengan kebanyakan pekerjaan perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu luang untuk menonton TV dan mengikuti media sosial, serta menjaga diri mereka sendiri. Perempuan lebih tertarik pada TV terkait iklan kesehatan dan sebagai hasilnya, mereka lebih terpengaruh untuk menyelesaikan masalah kesehatan mereka sendiri. Disamping itu, perempuan diamati lebih banyak mengunjungi dokter gigi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan kategori usia, jumlah rerata DMF-T tertinggi pada usia diatas 60 tahun, yaitu 17,19 di daerah urban dan 16,52 di daerah rural. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Demirci12 dkk yang menyatakan bahwa nilai DMFT meningkat secara statistik dengan meningkatnya usia seseorang. Secara umum, pengalaman karies berkurang dengan meningkatnya usia sebab jumlah gigi berkurang. Pada anak-anak dan remaja komponen D yang terbanyak ditemukan pada pengalaman karies, sedangkan pada orang dewasa komponen M berkontribusi sepertiga pengalaman karies.13 Pada hasil penelitian ini terbukti nilai rerata M pada kategori usia diatas 60 tahun yang tertinggi sebanyak 16,75 di daerah urban dan 16,16 di daerah rural. Pada penelitian ini ditemukan bahwa seluruh subyek tidak dideteksi adanya restorasi pada gigi permanen (nilai F= 0) sehingga hal tersebut membuktikan tingkat kesadaran pentingnya kesehatan dan perawatan gigi masih sangat kurang. Sarana dan prasarana pemerintah yang tidak tersebar secara merata juga berperan terhadap akses masyarakat untuk mendapatkan perawatan gigi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Verenne13 pada tahun 2004 yang mendapatkan hasil bahwa populasi di Burkina Faso memiliki akses buruk terhadap perawatan restoratif gigi dan perawatan radikal dikenal dengan istilah cabut gigi pada seluruh kasus permasalahan gigi. Nilai rerata tertinggi dimensi kualitas hidup (OHIP-14) pada masyarakat dewasa adalah dimensi fungsional sebesar 51,3% yang menjawab tidak pernah mengalami masalah sulit berbicara dan 42% tidak mengalami masalah sulit
17
mengecap. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Palma14 dkk pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa status gigi berhubungan signifikan dengan dimensi keterbatasan fungsional dan dimensi disabilitas. Penting untuk diingat bahwa pengukuran kualitas hidup yang berhubungan dengan rongga mulut adalah hal yang bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh persepsi seorang individu mengenai kondisi fisik, mental, sosial, dan spiritualnya, serta nilai-nilai, keyakinan dan kebudayaan seorang individu.2 Akhirnya, kekurangan pada penelitian ini yang perlu menjadi perhatian adalah tidak dilakukan pemeriksaan karies akar. Oleh sebab itu, pada penelitian ke depan diperlukan pemeriksaan karies akar pada masyarakat dewasa terutama usia lanjut. SIMPULAN Secara keseluruhan, indeks DMF-T masyarakat dewasa tergolong sangat rendah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status karies dan kualitas hidup masyarakat dewasa di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2019. SARAN Sebaiknya pemerintah daerah membangun sarana dan prasaran yang memadai pada seluruh daerah dan memberikan penyuluhan serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh tenaga medis setempat guna meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
18
DAFTAR PUSTAKA 1. Husain FA, Tatengkeng F. Oral Health-Related Quality of Life Appraised by OHIP-14 Between Urban and Rural Areas in Kutai Kartanegara Regency, Indonesia: Pilot Pathfinder Survey. Open Dent J. 2017; 11: 557–564. 2. Bennadi D, CVK Reddy. Oral health related quality of life. J Int Soc Prev Community Dent. 2013 Jan-Jun; 3(1): 1–6. 3. Hernandez, JF, Fatima CAD, Maria CVV. Oral health related quality of life. InTech. 2015. Oral Health Related Quality of Life, Emerging Trends in Oral Health Sciences and Dentistry, Prof. Mandeep Virdi (Ed.), InTech, DOI: 10.5772/59262. Available from: https://www.intechopen.com/books/emergingtrends-in-oral-health-sciences-and-dentistry/oral-health-related-quality-of-life 4. The correlation between occurrence of dental caries and oral healt-related quality of life (OHRQoL) of elderly population in Yogyakarta special region. J Med Sci 2018; 50(2): 191-200. 5. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riskesdas nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202 013.pdf 6. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Pinrang dalam angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinranng. ISSN: 2528-4312. 7. Sheng X, Xiao X, Song X, Qiao L, Zhang X, Zhong H. Correlation between oral health and quality of life among the elderly in Southwest China from 2013 to 2015. Medicine 2018: 97(21): 1-7. 8. Dewi RO, Herwanda, Novita CF. Gambaran status karies gigi (indeks DMF-T) pada pasien thalassemia beta mayor di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. J Caninus Dent 2017; 2(2): 71-7. 9. World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods 5th Edition. France: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. 2013; p. 44-5. 10. Nopitasari SR, Ristya WE, Suhartini S. Gambaran Quality of Life Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Angkatan 2016. Digital Repository Universitas Jember. Available from: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80502 . 11. Abhishek KN, Shamarao S, Jain J, Haridas R, Ajagannavar SL, Khanapure SC. Impact of caries prevalence on oral health-related quality of life among police personel in Virajpet, South India. J Int Soc Prev Community Dent 2014; 4(3): 188-92.
19
12. Demirci M, Ulu T, Yildiz E, Turan N. Influence of age, sex and socioeconomic factors on dental health. Balk J Stoma. 2009; 13:105-110. 13. Verenne B, Petersen PE, Ouattara S. Oral health status of children and adults in urban and rural areas of Bukina Faso, Africa. Int Dent J 2004; 54: 83-9. 14. Palma PV, Caetano PL, Leite ICG. Impact of periodontal diseases on healthrelated quality of life of users of the Brazilian Unified Health System. International Journal of Dentistry. 2013;1:1-6.
20