Hidup Devosional Bab 4

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hidup Devosional Bab 4 as PDF for free.

More details

  • Words: 916
  • Pages: 3
Bab 4. MISTERI KETAATAN ATAU MISTERI CINTA? Pendahuluan Pada masa Prapaska dan terutama pada Minggu Suci, kita merenung tentang penderitaan dan kematian Yesus. Dalam renungan itu, tidak jarang ada yang mengajukan pertanyaan, “Mengapa Yesus bernasib begitu sial? Padahal, Dia adalah manusia tidak pernah berdosa!" Sejumlah orang tidak terlalu simpatik kepada Allah Bapa, khususnya ketika mereka merenungkan pergumulan amat berat dialami Yesus di kebun Zaitun. Kita sayang kepada Yesus. sebagai manusia begitu mengerti panik-Nya dan rasa takutDia amat takut akan kematian-Nya dan berusaha untuk bujuk Allah Bapa-Nya agar la tidak usah minum dari cawan sengsara itu. Namun, percuma segala doa permohonan Yesus itu karena ternyata hati Allah, Si Hakim Yang Mahaadil, tidak bisa diperlunak. Akhirnya, sesudah panik batin dan perjuangan yang amat berat, Yesus terpaksa menyerah. Ada beberapa kutipan dalam Kitab Suci yang memberi angin kepada tafsiran sedemikian. Misalnya, Mat. 26:38-44: "Mulailah la merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada ketiga rasul itu: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanja. Tinggallah di sini dan begaga jagalah dengan Aku. Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.' Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapa-Ku jikalau caavan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!' Dan ketika Ia kembali pula, la mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. la membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. " Bisa ditambah kutipan dari Ibrani 5:7-8: Dalam hidup-Nya sebagai manusia, la telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya la telah didengarkan. Dan sekalipun la adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Tcks-teks yang ada bisa ditambah dengan komentar rohani berikut: "Bangsa manusia dalam diri Adam clan Hawa berdosa mengakibatkan seluruh bangsa manusia berdosa. Allah sangat dihina dan menuntut pertobatan dan denda agar hubungan antara dan

bangsa manusia dipulihkan kembali. Syukurlah, ada Putera Allah sendiri yang datang ke dunia dengan maksud untuk mendamaikan Allah dan bangsa manusia. Untuk itu la bahkan mengorbankan hidupNya sendiri. Tetapi pada saat yang menentukan itu, Yesus mulai takut akan konsekuensi kerelaan-Nya dan mencoba memperlunak hati Bapa-Nya agar Dia sudi puas dengan denda yang kurang dahsyat. Tetapi Allah Bapa . menolak permohonan dan tangisan Putera-Nya dan demi keadilan menuntut pembayaran lengkap. la tidak mengizinkan Yesus mundur dan terpaksa Yesus menundukkan kepalaNya terhadap tuntutan keadilan ilahi ini. la terpaksa membayar seluruh utang itu dengan menyerahkan hidup-Nya sendiri." Meditasi kurang tepat ini bisa diperpanjang lagi untuk menimbulkan rasa amat sayang kepada Yesus yang sial dan celaka sebagai korban ketaatan. Saya pribadi menolak dan menganggap meditasi ini keliru meskipun barangkali bisa menghasilkan banyak air mata dan rasa terharu dalam hati para pendengar itu DASAR KEBERATAN Meditasi atau khotbah semacam ini dengan sengaja menghitamkan citra Allah Bapa agar dengan demikian lebih banyak air mata mengalir bagi Yesus itu. Makin bengis Allah Yang Mahaadil, makin layak Yesus, korban, ditangisi. Rasa sayang terhadap Yesus dibayar dengan memfitnah Allah Bapa. Jadi, makin besar antipati bagi Bapa- Nya, makin besar simpati bagi Yesus. Bandingkan taktik presiden Bush dari USA: makin hitam pelukisan Saddam Hussein, makin baik dan heroik mereka yang mati konyol karena melawan Saddam. Memang, belum ada orang Kristen yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa Allah Bapa sendirilah yang menjatuhkan hukuman mati atas Putera-Nya. Tetapi dari jalan pikiran meditasi tadi harus disimpulkan bahwa minimal Allah Bapa berkongsi dengan Pilatus dan Sanhedrin dan menyetujui apa yang mereka putuskan. Hukuman mati yang secara yuridis menjadi tanggung-jawab Pilatus dan para Farisi, sekarang direstui Allah Bapa. Bahkan, la menuntut agar Putera-Nya menerima hukuman itu. Memang, dasar hukuman mati berbeda. Bagi Kayafas dan teman-temannya, dasar hukuman mati adalah penegasan Yesus bahwa la Putera Allah. Dasar hukuman mad bagi Pilatus adalah penegasan-Nya bahwa la Raja orang Yahudi. Sedangkan bagi Allah Bapa rupanya dasar hukuman mati adalah keadilan. Sudah pernah Yesus menyanggupkan diri membayar seluruh hutang bangsa

manusia sejak Adam dan Hawa: Ibr. 10:9: "Sungguh, Aku dating untuk melakukan kehendak Mu. " Kini telah tiba saatnya. Muncul kesan bahwa Allah "menggunakan kesempatan dalam kesempitan". Artinya: keputusan musuh-musuh Yesus dipergunakan Allah Bapa untuk sekarang menuntut pembayaran seluruh hutang. Fitnah dan ajaran tersesat ini sangat bertentangan dengan a yang digambarkan Kitab Suci tentang Allah Bapa. Dengan amat indah dan amat singkat, Yohanes merumuskan wujud Allah, tanya: Deus Caritas est, Allah adalah kasih (IYoh. 4:8). Bdk. judul ensiklik pertama dari Paus Benediktus XVI. Bagaimanakah penegasan Yohanes ini bisa diperdamaikan dengan citra Allah Bapa seperti dikemukakan dalam meditasi tersesat tadi? Pada kutipan Yoh. 4:8 ini bisa ditambah 1001 kutipan Kitab Suci lain yang menjelaskan bahwa Allah adalah kasih dan asal-usul dari segala kasih yang ada di dunia ini. Ingat akan perumpamaan tentang anak hilang yang disambut oleh bapanya dengan kasih begitu mesra, yang lari menuju anak itu ketika anak hilang masih jauh dari rumahnya (Luk. 15). Juga, tentang perumpamaan seorang raja yang dengan belas kasihan nengampuni seluruh hutang hambanya: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan

hamba-hambanya.

Setelah

ia

mulai

mengadakan

perhitungan

itu,

dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: `Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.' Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya" (Mat. 18:24).

Related Documents

Hidup Devosional Bab 4
October 2019 13
Hidup Devosional Bab 8
October 2019 12
Hidup Devosional Bab 2
October 2019 13
Hidup Devosional Bab 11
October 2019 20
Hidup Devosional Bab 6
October 2019 22
Hidup Devosional Bab 10
October 2019 16