Hidup Devosional Bab 2

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hidup Devosional Bab 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 798
  • Pages: 2
AULA BUNDAR PENUH CERMIN Mari kita membayangkan berada di sebuah museum besar yang bentuknya seperti aula bundar. Pada dinding museum itu terpasang ribuan cermin. Semua cermin menghadap pusat aula di ana terpasang satu patung yang amat sangat indah. Begitu banyak pengunjung mengagumi patung yang amat mahal dan estetis itu. Namun, bukannya menghadap patung di pusat aula itu, mereka membelakangi patung untuk mengagumi pantulan patung dalam begitu banyak cermin yang ada. Ribuan orang itu berjalan kian kemari dengan penuh rasa kagum. Ada yang mengabadikan apa yang dipantulkan cermin; ada yang menghiasi cermin itu; ada yang menempatkan bunga segar dan lilin bernyala-nyala; ada yang membakar dupa di depan bayangan-bayangan itu. Mereka semua melihat betapa bervariasinya patung itu; padahal semua variasi itu berasal hanya dari satu patung namun dipantulkan oleh ribuan cermin. Akhirnya mereka meninggalkan ruang museum itu dengan perasaan sangat puas. Namun, mereka tidak pernah berputar untuk melihat patung tunggal yang merupakan asal segala pantulan cermin. Yang mereka kagumi hanyalah bayangan-bayangan patung yang dipantulkan oleh ribuan cermin itu. Siapakah para pengunjung yang aneh itu? Jawabnya adalah kebanyakan orang Katolik termasuk saya, seorang imam Katolik. Kita berjalan di dunia ini bagaikan dalam suatu ruangan alam semesta yang bundar. Kita mengagumi kemuliaan Allah yang dicerminkan dalam keindahan alam, dalam langit indah dengan jutaan bintangnya. Kebaikan Allah dicerminkan secara istimewa dalam diri Yesus dari Nasaret, Santa Perawan Maria, dalam diri sekian banyak orang kudus, bahkan dalam diri beberapa kenalan dan sahabat kita. Kita biasanya lupa bahwa Sumber Induk dari segala kebaikan dan cinta kasih yang bertiup dalam alam semesta, teristimewa di bumi kita, clan yang menjiwai Yesus, Maria dan sekian banyak orang kudus lain, ialah Allah Bapa. Pada masa Prapaska, kita merenungkan kebaikan dan cinta Yesus Kristus yang mencintai sampai akhir hidup-Nya. Tetapi kita sering memandang Dia sebagai korban dari kehendak Allah yang hati-Nya tidak mau diperlunak oleh doa dan tangisan Yesus di Kebun Zaitun. Tidak jarang kita memiliki visi amat heretik tentang Allah Bapa, seolah-olah la perlu dibujuk-bujuk oleh Yesus (Maria, dsb.) sebelum la mau diperdamaikan dengan bangsa manusia. Kitab Keluaran (32:7-14) menggambarkan bahwa kebaikan dan belas jasihan Yahwe kurang besar daripada nabi Musa. Keluaran menggambarkan Allah amat marah dengan bangsa Israel ketika mereka menyembah di hadapan anak lembu emas. Reaksi Allah dilukiskan sebagai berikut: Lagi firman Tuhan kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu, biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau, Musa, akan Kubuat menjadi bangsa yang besar. " Lalu Musa mencoba melunakkan hati Tuhan, Allahnya, dengan berkata, "Mengapakah Tuhan, murka Mu bangkit terhadap umat Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Berbaliklah dari murka

Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada mereka. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel. " Dan menyesallah Tuhan karena malapetakayang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. Barangsiapa membaca kutipan ini akan menarik kesimpulan: Bangsa Israel sangat beruntung karena ada Musa yang bisa membujuk-bujuk Allah. Begitu pula banyak orang Katolik jatuh dalam kekeliruan yang amat menyakiti Allah Bapa: "Untunglah ada Yesus, Maria dan sebagainya." Mereka sama sekali lupa bahwa Yesus, Maria hanya bisa mencintai dan mengerti kelemahan kita karena kebaikan dan belas kasihan yang bersumber dari hati Allah Bapa sendiri. Saya khawatir bahwa spiritualitas Gereja Katolik sekarang amat berlainan dengan spiritualitas Yesus sendiri yang amat, amat Patri-sentris. Allah Bapa bagi Yesus adalah 'semuanya', pusat seluruh hidup-Nya. Saya merasa aneh bahwa dalam Tahun Liturgi Gereja Katolik, TIADA SATUPUN PESTA (yang tegas, red.) BAGI ALLAH BAPA tetapi hanya bagi Yesus, Maria dan ribuan orang kudus lain yang sebagai manusia bebas, mencerminkan, menampakkan dan mengaminkan kebaikan dan cinta yang berasal dari Bapa. Memang benar apa yang tertulis dalam Puji Syukur no. 487: Golgota: O Samud'ra kasih Allah: bagi isi dunia diberi-Nya Putera Tunggal. Kalimat indah ini sebenarnya berdasar pada Kitab Suci sendiri, khususnya Perjanjian Baru dimana pelbagai kalimat negaskan adanya cinta kasih Allah Bapa yang luar biasa. Mis. Yoh. 3:16-17: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan unntuk menyelamatkannya'oleh Dia... " Apakah saya tidak menghargai peran Yesus dan Maria? Sayapun menegaskan dengan sepenuh hati: Untunglah ada Yesus, - dan orang kudus lainnya karena tanpa mereka, saya tidak tahu betapa besar cinta kasih Allah Bapa yang tak kelihatan. Syukur mereka ada sebagai penampak dan pengamin cinta Bapa. Saya menolak pandangan yang melihat Yesus, Maria dan kudus lainnya sebagai pembujuk Allah Bapa (yang mendinginkan murka Allah) atau hakim (yang Mahaadil). Ketika Trihari Suci, saya mencoba membalas cinta Yesus namun tanpa memfitnah atau menyakiti Allah Bapa seolah-oleh Ia berkongsi dengan Kayafas dan Pilatus dan terlibat dalam penghukuman mati Putera-Nya sendiri

Related Documents

Hidup Devosional Bab 2
October 2019 13
Hidup Devosional Bab 8
October 2019 12
Hidup Devosional Bab 11
October 2019 20
Hidup Devosional Bab 6
October 2019 22
Hidup Devosional Bab 10
October 2019 16
Hidup Devosional Bab 4
October 2019 13