JACOB WILBERT SIBARANI
Hiburan dalam Jurnalisme : Studi kasus Acara SERGAP
I. Latar belakang Jurnalisme pemrosesan,
adalah dan
pengumpulan,
penyebaran
penulisan,
informasi
umum,
penafsiran, pendapat
pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. Roland E. Wolseley (1969:3). Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Jurnalisme dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Dengan dihilangkannya SIUPP (Surat Izin Usaha Pendirian Perusahaan) pada tahun 19991, setiap orang dapat membuat media sendiri, menentukan isi media itu sendiri, dan pendapat Roland dapat terjadi. Hal ini yang menyebabkan, media informasi berkembang dengan pesat dan juga didukung oleh teknologi yang terus berkembang saat ini.
1
http:// www.kontras.org/data/perbandingan_perilaku_kekuasaan_beberapa_presiden_pa ska_Soeharto.pdf+pencabutan+SIUPP
Sampai kuartal ketiga tahun 2006, di seluruh dunia sudah terdapat 100 juta pengguna HP (3G), dan 264 juta sambungan saluran pita lebar (fixed broadband line). Diperkirakan, saluran tetap ini akan mencapai 500 juta dalam beberapa tahun. Tercatat sudah
lebih
dari
120
operator
ponsel
seluruh
dunia
yang
meluncurkan layanan TV bergerak, di mana lebih dari 90 persen mempergunakan jaringan seluler dua arah yang ada. Dari jaringan seluler ini ada lebih dari 2,5 miliar pengguna dengan teknologi unicast dan broadcast MBMS (multimedia broadcast multicast service).2 Perkembangan
teknologi
ini
yang
membuat
terjadi
perkembangan pada dunia jurnalisme dan lahir bentuk jurnalisme baru
seperti
jurnalisme
sastrawi,
jurnalisme
warga
(citizen
journalism), atau jurnalisme presisi. Penghilangan SIUPP ini sendiri juga telah membuat media menjadi bersaing dan mengarah kepada kapitalisme sehingga orientasi media sudah mengarah kepada mencari keuntungan. Pengaruh ini juga mempengaruhi bidang jurnalisme. Jurnalisme yang seharusnya berfungsi utama menjadi alat pelayanan kepada masyarakat yang menjadi elemen kedua dari elemen – elemen jurnalisme. (Kovach dan Rosenstiel, 2001), berubah fungsi menjadi suatu alat untuk mencari keuntungan dan menarik pengiklan dengan cara penyajian yang menarik khalayak yang akhirnya sampai pada tahap memasukkan unsur hiburan di dalamnya. hal ini dapat menimbulkan terjadinya pembauran bagian newsroom dan bagian bisnis merupakan pengaruh yang sangat besar untuk terjadinya pergeseran fungsi jurnalisme ini. 2
Kompas, 15 Maret 2007, hlm. 34. "TV Digital, TV Bergerak, dan IPTV."
Contoh jurnalisme yang murni adalah pemberitaan tentang politik, tragedi, bencana alam, kriminalitas, dan peristiwa lain. Sedangkan unsur hiburan yang dapat masuk ke dalam jurnalisme seperti unsur sensasional atau melebih – lebihkan, pemberitaan tentang selebritis, dan berita yang menyentuh perikemanusiaan (human interest). Perubahan ini telah mengusik para pendukung jurnalisme murni seperti
Cynthia
Carter
dan
Stuart
Allan
(2000)
yang
mempertanyakan tentang hakekat jurnalisme, bahwa kalau media massa atau jurnalistik mengutamakan hiburan dan sensasi lalu apa hakekatnya? Sekadar kerajinan (craft) atau pertukangan (vocation) belaka tanpa perlu kode etik profesi dan pengetahuan akademis. Selain
itu,
menurut
Neal
Garbner
(2000)
kalau
berita
mengutamakan unsur hiburan maka sifat berita itu pasti dangkal dan isu utamanya tidak memperoleh perhatian khalayak. II. Gambaran kasus Contoh kasus telah masuknya unsur hiburan di dalam jurnalisme yang diangkat dalam makalah ini adalah program acara Sergap di RCTI. Sergap adalah kependekan dari kata “serbu" dan “tangkap”, program ini dikemas dalam bentuk majalah udara dan berdurasi 30 menit. Pembawa acara adalah Trini Agustini dan Crisanty Suwarso, ditayangkan setiap Selasa dan Kamis pukul 11.00 WIB. Tujuan acara ini ingin mengajak khalayak untuk menyaksikan kisah nyata tim Kepolisian RI dalam memberantas kejahatan yang terjadi di Tanah Air, mulai dari pengedar obat bius, kejahatan curanmor, hingga pembunuhan. Program ini terdiri atas 4 segmen yaitu “Ungkap”, “Bidik”, “Justisia”, dan “Galeri”.
Segmen “Ungkap” berisi tentang berita hukum dan kriminal terkini layaknya sajian pada siaran berita. Segmen
“Bidik”
membahas secara mendalam materi berita yang dianggap kuat. Segmen “Justisia” tentang dialog interaktif mengenai suatu masalah hukum dan kriminal dengan menghadirkan narasumber yang
berkompeten
sedangkan
segmen
“Galeri”
menjelaskan
tentang paket feature mengenai kiprah personil atau lembaga tertentu yang terlibat dalam pengungkapan kasus hukum dan kriminal. Di segmen ini,misalnya, pemirsa juga bisa melihat sisi lain dari kehidupan seorang narapidana di selnya.3 Untuk mendapatkan keragaman materi, Sergap mengerahkan lebih dari 30 koresponden daerah. Program ini terdiri atas 2 produser yaitu Syaiful Islam dan Driantama. Dalam Sergap , wajah dan inisial tersangka sedapat mungkin tidak akan ditayangkan dengan vulgar dan juga berusaha tidak mengumbar foto keluarga dari tersangka dengan pertimbangan asas praduga tak bersalah. Untuk
memberikan
nuansa
lain, dalam
setiap
episodenya,
Sergap menampilkan dua maskot berjuluk Bang Napi, dua pria bertopeng hitam dan putih yang selalu mengingatkan khalayak agar waspada dari tindak kriminal di lingkungan sekitar.
3
www. Tempointeraktif.com
III. Analisis kasus Di
dalam
acara
sergap
ini
sangat
jelas
terjadi beberapa
pelanggaran standar jurnalisme yang baik. Pertama, terjadinya proses pengejaran polisi yang lebih menonjolkan sisi hiburan dengan menunjukkan ‘kepahlawanan’ polisi saat mengejar pelaku kriminal dan penggunaan senjata api yang seperti menonton film. Hal ini menunjukkan suatu pemberitaan yang dilebih – lebihkan (sensational journalism). Kedua, penjelasan bentuk acara sergap menunjukkan bahwa program ini berbentuk majalah udara yang sama dengan bentuk tabloidsasi jurnalisme yang membuat penurunan nilai berita dan lebih tinggi nilai hiburan Ketiga, penggunaan tokoh seperti bang napi yang seharusnya tidak ada di dalam pemberitaan karena menjadi seperti karakter dalam film dan tingkat kredibelitas berita menurun. Keempat, tayangan berita pada sergap pelaku
kriminal
yang
terkena
tembakan
yang menunjukkan atau
korban
suatu
kecelakaan yang menunjukkan darah dimana – mana sehingga menunjukkan suatu hal yang dilebih – dilebihkan. Kelima,
efek
pemberitaan
dalam
sergap
yang
membuat
penonton menjadi takut untuk keluar malam atau menjadi percaya bahwa realitas sama dengan yang ditunjukkan berita sehingg terjadi efek pembodohan (dumbing down effect ) Keenam, program ini ditayangkan siang hari dimana sebagian besar penonton yang berada dirumah, salah satunya adalah anak – anak
yang
memiliki
sifat
mudah
mengikuti
sesuatu
yang
ditontonnya dan tidak dapat memilah mana tayangan yang baik
atau tidak sehingga merusak pola pikir anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan orang tua dalam hal ini.
IV. Daftar Pustaka Assegaff.1982.
Jurnalistik
Masa
Kini:
Pengantar
Ke
Praktek
Kewartawanan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Carter , Cynthia dan Stuart Allan.2000.Jurnalistik populer.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Kovach,Bill
dan Tom Rosenstiel. The Elements of Journalism:
What Newspeople Should Know and the Public Should Expect . 2001 "TV Digital, TV Bergerak, dan IPTV." Dalam Kompas, 15 Maret 2007, hlm. 34. Situs http:// www.kontras.org Situs http://www. Tempointeraktif.com