Hepatitis Fix Fixx Siap Prew.docx

  • Uploaded by: Veronika mirahati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hepatitis Fix Fixx Siap Prew.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,585
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008). 1.2 Rumusan Masalah Asuhan keperawatan pada klien Hepatitis.

1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui definisi hepatitis 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari hepatitis 3. Untuk mengetahui etiologi terjadinya hepatitis 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hepatitis 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan hepatitis 6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada hepatitis

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Penyakit Hepatitis Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti peradangan pada sel-sel hati. Peradangan hati ini disebabkan oleh infeksi, paparan alcohol, obat-obatan tertentu, bahan kimia atau racun/ atau dari suatu kelainan dari kekebalan tubuh (Arif Muttaqin, 2011). 2.2 Klasifikasi Hepatitis a. Hepatitis A Hepatitis A mengacu pada peradangan sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). HAV merupakan salah satu dari beberapa virus yang dapat meyebabkan hepatitis. Hepatitis A tidak menyebabkan hepatits kronis setelah individu mengalami hepatitis A maka akan terjadi proses kekebalan qseumur hidup dari pemyekit ini (Bannet, 2008) b. Hepatitis B Adalah peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit hati akut atau kronis. ( Bannet, 2008) c. Hepatitis C adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HVC). Apabila peradangan ini berlanjut maka akan terjadi kondisi hepatitis kronis yang bias serius dan bias menyebabkan fatal (Arif Mutaqin, 2011). d. Hepatitis D (sering disebut hepatititis delta) Adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HVD). Virus hepatitis D adalah virus RNA yang secara structural tidak terkait dengan hepatitis A,B, C. 2.3 ETIOLOGI 1. Hepatitis A Disebut hepatitis infeksiosa merupakan virus RNAdari famili entrovirus penularan melalui fekal oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar. Virus hepatitis A ditemukan pada tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejala muncul dan selama

beberapa hari pertama menderita sakit. Masa inkubasi 1-7 minggu, rata-rata 30 hari. Gejala anoreksia, ikterus, nyeri epigastrium, nyeri ulu hati, platulensi (Arif Mutaqin, 2011) 2. Hepatitis B Virus DNA ditularkan melaului darah (mukosa) ditemukan pada darah saliva, secret, semen, cairan vagina ditularkan melalui membrane mukosa dan luka pada kulit. Masa inkubasi 1-6 bulan. Gejalanya panas, anoreksia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah (Arif Mutaqin, 2011). 3. Hepatitis C Hepatitis C bukan merupakan hepatitis A,B, atau D. hepatitis C adalah bentuk primer yang berkaitan dengan tranfusi.Ditularkan dari donor komersil dan donor relawan. Masa inkubasi 15-160 hari (Arif Mutaqin, 2011). 4. Hepatitis D Hepatitis D atau agen atau virus delta terdapat pada beberapa kasus hepatitis B, dijumpi pada obataoabatan intravena, pasien hemodialisis, penerima tranfusi darahb dengan donor multiple. Masa inkubasi 21-40 hari (Arif Mutaqin, 2011). 5. Hepatitis E ( hepatitis terbaru) Ditularkan melalui fekal oral. Masa inkubasi 15-65 hari. Metode pencegahan untuk menghindari kontak dengan virus melalui hygiene (Arif Mutaqin, 2011).

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. hepatitis virus akut umumnya pada bayi dan anak kecil asimtomatik. Pada anak besar dan remaja dapat terjadi prodormal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, nausea, vomiting, fatigue, malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotofobia, faringitis, batuk dan koriza. Dapat mendahului timbulnya ikterus selama 1-2 minggu. Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh nyeri perut kanan atas. Dibedakan menjadi 4 stadium yaitu : a. masa inkubasi b. Pra ikhterik (prodromal)

c. Ikhterik d. Fase penyembuhan 

Masa inkubasi berlangsung 18- 20 hari, dengan rata-rata kuran dari 28 hari Gejalanya fatique, malaise, nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman didaerah kanan atas, demam (biasanya < 39derajat celcius), merasa dingin, sakit kepala,flu, nasal discharge, sakit tenggorok dan batuk.



Masa prodormal terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih



Fase ikhterik -

dimulai urin berwarna kuning tua, seperti the atau gelap

-

feses berwarna seperti dempul.

-

Warna sclera dan kulit menjadi kuning

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri, ikhterik menghilang dan warna feses kembali normaldalam 4 minggu setelah enset. 2. hepatitis bacterial -

penderita mengeluh panas, terutama pada malam hari

-

nafsu makan berkurang

-

kadang-kadang tidak dapat BAB

-

Air kencing berwarna seperti the dan bola mata tampak kekuningan

-

Lidah tampak kotor disertai tremor halus

-

Bibir penderita kering dan tampak kotor

3. hepatitis obat-obatan tanda dan gejalanya menggigil, pabnas, gatal-gatal yang tidak diketahui penyebabnya dan juga mengeluh rasa pegal-pegal di sendi, dan otot-otot yang lain dapat pula diketahui gejala prodormal seperti hepatitis virus akut Manifestasi klinik lainnya : a. Stadium pra ikterik Berlangsung selam 4-7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual muntah, nyeri pada otot, dan nyeri bagian kanan atas dan urin menjadi lebih coklat. b. Stadium ikterik Berlangsung selama 3-6 hari. Ikterik mula-mula pada sclera kemudian pada kulit seluruh tubuh, keluhan-keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah,

anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan. c. Stadium pasca ikterik Ikterik mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orabg dewasa yaitu pada akhir bulan ke2 karena penyebab yang biasanya berbeda.

2.5 PENCEGAHAN 

Vaksin hepatitis A Direkomendasikan organ vaksin dengan 2 kali

pemberian, ini diberikan pada

orang dewasa usia 18 tahun atau lebih dengan pemberian dosis ke 2, 6-12 bulan. Sesudah dosis pertama proleksi terhadap hepatitis A akan timbul dalam tempo beberapa minggu

sesudah pemberian vaksin dosis pertama. Anak –anak dan

remaja usia 2-18 tahun akan menerima 3x pemberian dengan dosis ke 2, 1 bulan sesudah dosis pertama dan dosis ke 3, 6-12 bulan kemudian . Diperkirakan bahwa proteksi terhadap hepatitis A dapat berlangsung selama sedikitnya 20 tahun. 

Pemberian preparat imun globulin. Hepatitis A dapat dicegah pada orang-orang yang sebelumnya sudah mendapat vaksinasi pada pemberian preparat globulin intramuskuler selama masa inkubasi jika tindakan ini dilaksanakan demi waktu 2 minggu setelah terjadi kontak. Pemberian preparat globulin akan meningkatkan produksi antibodi sendiri dan dan memberikan imunitas pasif selama 6-8 minggu. Imun globulin dapat menekan gejala nyata penyakit tersebut, kasus subklinis hepatitis A yang terjadi akan memberikan imunitas aktif terhadap serangan virus berikutnya Profilaksin Prapajanan Dianjurkan untuk mereka yang bepergian ke negara-negara berkembang dengan lingkungan yang sanitasnya burukImun globulinDirekam bagian anggota tentang suami dan istri penderta hepatitis A.



Virus hepatitis B Hepatitis B memiliki mas inkubasi yang panjang .Virus hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama peride yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tesebut. Dengan demikian, individu yang berisiko untuk terkena hepatitis B adalah para fdokter bedah, pekerja laborattorium klinik, dokter gigi, perawat, dan terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisis serata onkologi dan laki-laki biseksual serta honoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemakai obat-obat IV juga beresiko tinggi. Skrining HbsAg pada donor darah sangat menurunkan insidens hepatitis B pascatransfusi.

2.5

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HEPATITIS A. Pengkajian a. Biodata. 

Identitas. Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir. dentitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien.

b. Keluhan utama Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning c.

Riwayat kesehatan 

Riwayat Kesehatan Sekarang



Riwayat Kesehatan Masa lalu

d. Riwayat kesehatan keluarga Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. e. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati 1. Aktivitas 

Kelemahan



Kelelahan



Malaise

2. Sirkulasi 

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )



Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

2. Eliminasi 

Urine gelap



Diare feses warna tanah liat

3. Makanan dan Cairan 

Anoreksia



Berat badan menurun



Mual dan muntah



Peningkatan oedema



Asites

4. Neurosensori 

Peka terhadap rangsang



Cenderung tidur



Letargi



Asteriksis

5. Nyeri / Kenyamanan 

Kram abdomen



Nyeri tekan pada kuadran kanan



Mialgia



Atralgia



Sakit kepala



Gatal ( pruritus )

6. Keamanan 

Demam



Urtikaria



Lesi makulopopuler



Eritema



Splenomegali



Pembesaran nodus servikal posterior

7. Seksualitas 

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat. 2. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, kelemahan fisik umum sekunder dari perubahan metabolisme sistemik. 3. Hipertermi b.d inflamasi sistemik, penurunan cairan tubuh, perubahan metabolisme. 4. Nyeri b.d respon inflamasi lokal organ hati (Wilkinson, 2011).

C. INTERVENSI KEPERAWARAWATAN. 1. Intervensi diagnosa 1: a. Kaji ststus nutrisi pasien,tugor kulit,berat badan,dan derajat penurunan berat badan,integritas mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah,diare R/ Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat. b. Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutrisi R/ Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat lebih teraarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efesien dan efektif. c. Monitor perkembangan berat badan R/ Menimbang berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.

2. Intervensi dan rasional dioagnosa 2 : a.

Kaji perubahan pada sistem saraf pusat R/ idektifikasi terhadap kodisi penurunan tingkat kesadaran

b.

Lakukan tirah baring khususnya pada fase akut R/ selama stadium akut pada hepatitis intervensi ditunjukan menghentikan peradangan sel – sel hati sampai terjadi peningkatan regenerasi sel hati. Istirahat merupakan intervensi yang penting untuk mengurangi permintaaan metabolisme hati sehingga hati mempuyai kesepakatan untuk melakukan perbaikan.

c.

Berikan lingkunagan psikologis yang kondusif R/ lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus psikologis eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan dimana akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.

d.

Bantu aktifitas sehari hari klien R/ perawat membantu memfasilitasi kebutuhan pasien untuk melakukan perawatan diri.

3. Intervensi diagnosa 3 : a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu tubuh R/ sebagai data dasar untuk memberikan intervensi yang selanjutnya b. Lakukan tirah baring pada fase akut R/ penurunan aktivitas akan menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan demikian dapat membantu menurunkan suhu tubuh. c. Atur lingkungan yang kondosif. R/ kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan. d. Beri kompres air hangat pada daerah axila,lipatan paha dan temporal bila terjadi panas R/ secara konduksi dan konveksi, panas tubuh akan berpindah dari tubuh ke material yang dingin. e. Beri dan anjurkan keluarga untuk melakukan masase pada ekstremitas

R/ pengeluaran suhu tubuh dengan cara evaporasi berkisar 22% dari pengeluaran suhu tubuh. Pakain yang mudah menyerap sangat efektif meningkatan efek dari evaporasi. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik R/ antipiretik bertujuan untuk memblok respon panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.

4. Intervensi diagnosa : a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri R/ meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. b. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri. R/ membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup. c. Managemen nyeri R/ menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih nyaman yang dapat di toleransi oleh pasien. d. Managemen medikasi R/ memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif.

Dx 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kirang adekuat No 1.

Intervensi Kaji ststus nutrisi pasien,berat badan,dan derajat penurunan berat badan.

2.

Kaji integritas mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah,diare

3.

Rasional 1. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

2. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

Manajemen Gangguan makan 3. mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan atau memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah banyak.

4. .

5.

6.

7.

Manajemen Nutrisi

4. Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang.

Pemantauan Nutrisi

5. Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.

Bantuan perawatan –diri : makan

6. Membantu individu untuk makan.

Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutrisi

7. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat lebih teraarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efesien dan efektif.

8.

8. Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik klien yang malnutrisi atau berisiko terhadap malnutrisi

Dx 2 : Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, kelemahan fisik umum sekunder dari perubahan metabolisme sistemik.

No

Intervensi

Rasional

1.

Terapi aktivitas

1. memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spirutual yang spesifik untuk meningkatkan rentang, frekuensi, atau durasi aktivitas individu/ kelompok.

2.

Manajemen Energi

3.

Manajemen Lingkungan

4.

Terapi latihan fisik: mobilitas sendi

4. menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki flejsibilitas sendi.

5.

Terapi latihan fisik: pengendalian otot

5.

6.

Promosi latihan fisik: Latihan kekuatan

6. Memfasilitasi latihan otot resistif secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.

7.

Manajemen Alam perasaan

2.

Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

3. memanipulasi sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan psikologis.

Menggunakan aktivitas atau latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol

7. Memberi rasa keamanan, stabilisasi,

pemulihan, dan pemeliharan klien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun meningkatkan alam perasaan.

8.

Bantuan perawatan diri:

8. Membantu individu untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Dx 3 : Hipertermi b.d inflamasi sistemik, penurunan cairan tubuh, perubahan metabolisme No 1.

2.

Intervensi Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang

Rasional sebagai data dasar untuk memberikan

cara menurunkan suhu tubuh

intervensi yang selanjutnya.

Lakukan tirah baring pada fase akut .

penurunan aktivitas akan menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan demikian dapat membantu menurunkan suhu tubuh.

3.

Atur lingkungan yang kondosif.

kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan.

4.

Beri kompres air hangat pada daerah

secara konduksi dan konveksi, panas

axila,lipatan paha dan temporal bila terjadi

tubuh akan berpindah dari tubuh ke

panas

material yang dingin. .

Dx 4 : Nyeri b.d respon inflamasi lokal organ hati. No

Intervensi

1.

Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode

Rasional a. meringankan atau mengurangi nyeri

yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri

sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

2

b. membantu pasien untuk Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri. .

beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup.

3.

c. menghilangkan nyeri atau Managemen nyeri

menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih nyaman yang dapat di .

4.

Managemen medikasi

toleransi oleh pasien d. memfasilitasi penggunaan obat resep

5.

atau obat bebas secara aman dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

 Andra, Yessie dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika  Baradero, Marry, Yakobus. 2008. Seri Asuhan keperawatan Klien Gangguan Hati. Jakarta: Buku Kedokteran EGC  Brunner & Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta  Cahyono, S. 2009. Hepatitis A cegah penularannya. Yogyakarta:Penerbit KANISIUS  Monica Ester. 1999.Rencana Asuhan dan Keperawatan. E/2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC  Wilkinson. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Related Documents

Laporan Fix Siap Print.docx
October 2019 27
Siap
May 2020 29
Hepatitis
November 2019 59
Hepatitis
April 2020 38

More Documents from "rosa"