Laporan Fix Siap Print.docx

  • Uploaded by: Ramadhan Zulfiqri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Fix Siap Print.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,442
  • Pages: 31
1

SHALAMAN PENGESAHAN LAPORAN FILDTRIP SEDIMENTOLOGISTRATIGRAFI

OLEH : KELOMPOK 3 Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti response Pratikum Sedimentologi-Stratigrafi Jurusan Teknik Geologi Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

Yogyakarta, Desember 2018 Disahkan oleh :

ASISTEN PRATIKUM SEDIMENTOLOGI STRATIGRAFI

LABORATORIUM PALEONTOLOGI DAN STRATIGRAFI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2018

2

HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan kunjungan ini ditulis berdasarkan hasil kegiatan dan pengamatan di lapangan , Laporan Praktikum Sedimentologi Stratigrafi yang telah penulis kerjakan selama semester III ini di persembahkan kepada: 1. Siti Nur’aini, ST., MT dan Herning Dyah Kusuma W .,ST., M.Eng 2. Asisten-asisten Dosen Praktikum Sedimentologi Stratigrafi. 3. Rekan-rekan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan, baik pikiran maupun perlengkapan. 4. Pembaca yang budiman.

Penulis berharap, pembaca dan dapat

semoga laporan ini dapat menjadi

untuk penyusunan laporan di masa depan

sumber

bermanfaat

bagi

para

informasi serta panduan

3

Kata pengantar Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan laporan fieldtrip sedimentologi “ kolom stratigrafi dan analisa granulometri”. Adapun penulisan laporan ini ini merupakan bentuk dari pertanggung jawaban kelompok kami yang telah mengikuti kegiatan pratikum serta fieldtrip Sedimentologi Stratigrafi. Pada laporan

ini akan dibahas mengenai kolom

Stratigrafi, Analisis Granulometri, serta pembentukan Gumuk Pasir .Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian laporan ini hingga rampungnya laporan ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan ini menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, Desember 2018

Penyusun

4

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEl BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.MANFAAT 1.4.LOKASI BAB II METODE PENELITIAN BAB III DASAR TEORI 3.1 KOLOM STRATIGRAFI 3.2 ANALISA GRANULOMETRI 2.3 GUMUK PASIR BAB IV PEMBAHASAN 4.1 KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 1 4.2 KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 2 4.3 ANALISA GRANULOMETRI BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 5.2 SARAN

5

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

6

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Pembentukan sand dunes Gambar 2 : pembentukan dunes tipe melintang Gambar 3 : pembentukan gumuk pasir tipe barchan Gambar 4: pembentukan gumuk pasir tipe parabola Gambar 5 pembentukan gumuk pasir tipe memanjang Gambar 6 : singkapan lokasi 1 Gambar 7 : singkapan lokasi 2 Gambar 8 : singkapan lokasi 2 dari jauh

7

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Nilai Standard Deviasi Tabel 2 : Nilai swekeness Tabel 3 : Nilai kurtosis

8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai sedimen, yaitu pembentukanlapisan tanah karena pengendapan tanah yang berpindah dari tempat lain. Proses pembentukannya berasal dari berbagai sumber diantaranya dari pelapukan material batuan didaratan, sisa kehidupan organisme, luar angkasa, serta proses fisika, biologi, dan kimia lainnya.Walaupun batuan sedimen hanya berjumlah 0,029% dari total volume bumi, namundistribusinya di permukaan bumi amatlah luas, tidak hanya di daratan tetapi juga di lautan. Didaerah berbatuan beku dan metamorf, sedimen dijumpai sebagai endapan sungai atau danau.Batuan yang cenderung

mengelompok

berdasaekan

proses

dan

lingkungan

pengendapannya.Sedimen yang ada di bumi ini dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirannya. Ada beberapa macam skala besar butir yang sering dipergunakan dalam analisa besar butir, antaralain: 

Skala besar butir ´Udden dan Wentworth



Skala besar butir ´Attenberg´



Skala besar butir ´Enginering´

Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasadilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaanpengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yangterperinci dari hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan batuan /satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasisecara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.Di

lapangan,

pengukuran

stratigrafi

biasanya

dilakukan

dengan

menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapanyang menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran diusahakan tegaklurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi sudutantara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.

9

1.2.MAKSUD DAN TUJUAN Maksud : Maksud dari acara fieldtrip ini adalah untuk menganalisis singkapan serta persebaran litologi dengan menggunakan metode-metode tertentu. Tujuan : Adapun tujuan dari pelaksanaan fieldtrip lapangan sedimentologi adalah : a. Mengetahui dan mengidentifikasi singkapan yang terdapat di lokasi pengamatan b. Melihat secara langsung penyebaran litologi di daerah pengamatan dan sekitarnya c. Mengetahui struktur sedimen yang terdapat di daerah lokasi pengamatan d. Menganalisa system pengendapan di daerah pengamatan e. membuat kolom litologi serta mampu menginterpretasikan proses pengendapannya. 1.3.MANFAAT Manfaat dari adanya fieldtrip praktikum sedimentology dan prinsip stratigrafi adalah agar praktikan dapat melihat dan mempraktikkan secara langsung ilmu serta apa yang telah diajarkan pada saat acara praktikum dan dapat mengetahui serta mengidentifikasi penampakan nyata dari singkapan di lapangan. 1.4.LOKASI PENGAMATAN 

Lokasi pengamatan 1 Secara adminstratif

lokasi pengamatan 1 terletak di dataran

yogyakararta tepatnya candi kedulan desa purwo wartani, kalasan, sleman, Yogyakarta. secara visual

posisi candi terkubur oleh aliran lahar (terjadi

beberapa kali menyebabkan terdapat beberapa lapisan) Daerah merupakan daerah lahar (rawan bencana) 

Lokasi pengamatan 2 Secara adminstratif lokasi pengamatan 2 terletak di terletak di daerah

ngoro oro kecamatan pathuk, kabupaten gunung kidul .

10



Lokasi pengamatan 3

Secara adminstratif lokasi pengamatan 3 terletak di terletak di gumuk pasir, parangkusumo, bantul , yogyakarta.

11

BAB III METODE PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berupa berupa pengamatan dan pengambilan data langsung berupa pengukuran lapisan (measured stratigraphic). Hasil dari pengamatan dan pengukuran di lokasi penelitian kemudian dilakukan pengolahan hingga menghasilkan kolom stratigrafi. Pelaksanaa penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut : a. Kajian Pustaka Tahap pertama yaitu melakukan kegiatan kajian pustaka dari peta topografi, peta geologi regional, penelitian terdahulu, sebagai kajian awal guna perencanaan penelitian yang efektif dan efisien. b. Persiapan Tahap selanjutnya adalah melakukan persiapan yang berhubungan dengan penelitian. Diantaranya adalah persiapan mengenai : peralatan yang dipergunakan saat penelitian, kendaraan yang dipergunakan di lokasi penelitian dn orientasi medan. c. Observasi Pada tahap observasi dilakukan pengamatan secara umum dan menyeluruh tentang keadaan daerah penelitian. Salah satunya adalah dengan melakukan Measured Stratigraphic dan analisa granulometri dengan mikroskop. d. Analisis Data Tahap terakhir yaitu berupa analisis data hasil selama pengamatan dan pengukuran. Sehingga kita mendapatkan kesimpulan tentang keadaan geologis daerah penelitian.

12

BAB 3 DASAR TEORI 3.1. KOLOM STRATIGRAFI Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan

fosil

(biostratigrafi),

dan

umur

relatif

maupun

absolutnya

(kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu. 

Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama



Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapisan batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras” (unconformity).



Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.



Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-

13

surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal) 

Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir.

3.1.1. Hukum-Hukum Stratigrafi a. Original Horizontality Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan hidrolika cairan. b. Superposisi Dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan berada dibawah lapisan yang lebih muda. Hal ini secara logis dapat dijelaskan bahwa proses pengendapan mulai dari terbebtuknya lapisan awal yang terletak di dasar cekungan, selanjutnya ditutup oleh lapisan yang terendapkan kemudian, yang tentu lebih muda dari ditutupinya. c. Cross Cutting Relationship Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.” d. Faunal Succesion Fosil (fauna akan berbeda pada setiap perbedaan umur geologi, fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya. Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan mengalami perubahan kenampakan fisiknya (ekibat evolusi) dalam cara yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok organism secara perlahan digantikan oleh kelompok organism lain. Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.

14

e. Lateral Continuity Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia diendapkan. Lapisan yang diendapakna oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk. 3.2. ANALISA GRANULOMETRI Analisis granulometri merupakan suatu analisis tentang ukuran butir sedimen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap proses-proses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta proses transportasi dan deposisinya. Hal-hal tersebut merupakan variabel penting dalam melakukan suatu interpretasi. Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Proses-proses eksogenik akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen. yang mungkin awalnya runcing-runcing, atau ukuran butirnya masih gede-gede, lama kelamaan kan seiring waktu akan berubah karena proses eksogenik itu. Sedangkan proses transportasi dan deposisi memperlihatkan proses bagaimana agen utama seperti air menggerakkan dan mengendapkan butiran sedimen. Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, yaitu variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi pengendapan. Data-data hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan untuk mengetahui 3 faktor tersebut secara jelas. Material-material sedimen yang terdapat di permukaaan bumi memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Udden (1898) membuat skala ukuran butiran sedimen, yang kemudian skala tersebut dimodifikasi oleh Wenworth pada tahun 1922 dan dikenal dengan skala ukuran butir Udden-Wenworth (1922). Ukuran butiran sedimen yang ditetapkan adalah mulai dari <1/256 hingga >256mm dan terbagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu clay, silt, sand, dan gravel. Setelah skala Udden-Wenworth banyak digunakan, kemudian Krumbein (1934) membuat suatu transformasi logaritmik dari skala tersebut yang kemudian dikenal dengan skala phi

15

Φ = – log2 d, dengan d adalah ukuran butir dalam mm. Skala phi akan menghasilkan nilai positif dan nilai negatif. Semakin besar ukuran butir dalam mm, maka nilai phi akan semakin negatif. Sebaliknya, semakin kecil ukuran butir dalam mm, maka nilai phi akan semakin positif. Krumbein memilih logaritma negatif dari ukuran butir (mm) karena ukuran pasir dan butiran halus lebih sering dijumpai pada batuan sedimen. Analisis distribusi ukuran sedimen dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran langsung terhadap material sedimen berukuran gravel, dan pengayakan kering pada material sedimen berukuran pasir dan lempung. Untuk mendapatkan sampel yang mampu mewakili semua sampel itu sendiri, maka dilakukan splitting. Metode splitting yang digunakan dalam praktikum adalah quartering. Quartering dilakukan dengan cara menuangkan sampel melalui suatu corong di atas karton yang disilangkan saling tegak lurus sehingga sampel akan terbagi dalam 4 kuadran. Proses ini diulang-ulang hinggai diperoleh berat sampel yang diinginkan. 

Cara Grafis Cara grafis dilakukan setelah melakukan pengayakan dan penimbangan

terhadap butiran sedimen. Butiran sedimen yang diayak dan ditimbang berukuran pasir halus hingga pasir kasar. Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan, data-data tersebut diplot dalam beberapa grafik dan histogram. Salah satunya adalah kurva frekuensi kumulatif yang digunakan untuk menentukan nilai phi pada persentil tertentu yang kemudian dimasukkan dalam rumus moment. Rumus-rumus yang digunakan dalam cara grafis adalah: Median Median adalah ukuran butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang berarti separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus sedangkan separuh lainnya lebih kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat secara langsung dari kurva komulatif, yaitu nilai phi pada titik dimana kurva komulatif memotong nilai 50%.

16

Mode Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling sering (paling banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi. Mean Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Pada umumnya ukuran butir ini dinyatakan dalam phi ataupun dalam satuan mm. Sortasi Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di sekitar mean). Parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir. Nilai Standard Deviasi

Klasifikasi

< 0,35

Very well sorted

0,35 – 0,50

Well sorted

0,50 – 0,71

Moderately well sorted

0,71 – 1,00

Moderately sorted

1,00 – 2,00

Poorly sorted

2,00 – 4,00

Very poorly sorted

> 4,00

Extremely poorly sorted

Skewness (Sk) Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif maka sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari jumlah butir yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.

17

Nilai Skewness

Klasifikasi

+1.0 sd +0,3

Very fine skewness

+0,3 sd +0,1

Fine skewness

+0,1 sd -0,1

Near symmetrical

-0,1 sd -0,3

Coarse skewness

-0,3 sd -1,0

Very coarse skewness

Kurtosis Kurtosis dapat menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus yang diajukan oleh Folk (1968) Nilai Kurtosis

Klasifikasi

<0,67

Very platycurtic

0,67 – 0,90

Platycurtic

0,90 – 1,11

Mesokurtic

1,11 – 1,50

Leptokurtic

1,50 – 3,00

Very leptokurtic

>3,00

Extremely leptokurtic

3.3. GUMUK PASIR Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin dan merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering. Pada gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir

pasir

terhembus

dari

depan

ke

belakang

gumuk.

18

Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune). 

Gumuk Pasir tipe Melintang (Transverse).

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.

• Gumuk Pasir Tipe Barchan (Barchanoid Dunes). Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang

19

menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng.

• Gumuk Pasir Tipe Parabola (Parabolic). Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

20

• Gumuk Pasir Tipe Memanjang (Longitudinal Dune). Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

21

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 1 Lokasi satu berada di candi kedulan, kalasan, sleman , DIY.

Foto singkapan lokasi 1 (Lensa menghadap arah N 230° E)

22



Foto pelapisan yang akan di masukan di gambar kolom litologi. LAPISAN ATAS

STRIKE/DIP= N 258°E/9

LAPISAN BAWAH

23

Setelah di lakukan pengurutan, maka di dapatkan hasil sebagi berikut :

Di lokasi ini masih berupa endapan atau sedimen yang belum terlitifikasi sempurna. Dimana di lapisan bawah terendapkan material sedimen berukuran kasar dengan ketebalan 63 cm , di atasnya terendapkan breksi dengan fragmen andesit, bergradasi menghalus ke atas dan ada bidang erosi antara pelapisan 2 dengan pelapisan pertama, kemudian selanjutnya terendapkan kembali endapan berukuran pasir kasar bergradasi menghalus ke atas setebal 47 cm , dan di pelapisan ke 4 terendapkan material berukuran halus bergradasi sampai pasir sangat halus setebal 123 cm , serta ada lapisan soil tipis di paling atas .

24

4.2. KOLOM STRATIGRAFI LOKASI 2 Lokasi kedua berada di wilayah ngoro oro, patuk, gunungkidul, pada lokasi ini lintasan kolom litologi yang di lalui sepanjang 10 meter.

STRIKE /DIP N 55°E/14

Batulempung berwarna coklat kehitaman

Arah foto N 198° E

25

Foto kenampakan lokasi 2

Kenampakan lapisan tipis karbon

26

Di lokasi ini dapat di bagi menjadi batuan yakni paling bawah perselingan batu lempung karbonatan dengan batu lempung berwarna hitam kecoklatan, sert ada sisipan napal, sifat karbonatan di dapati Karena ada nya urat urat kalsit dalam lapisan ini. Kemudan di atas nya terendapkan batu pasir berukuran sedang– halus dengan sisipan batu lempung berwrna kecoklatan , di dalam sisipan batu lempung ini mengandung carbon atau arang , dengan ketebalan yang relative

tipis.

Kemudian di atas nya terendapkan breksi dengan fragmen pumice atau di sebut dengan breksi pumice.

27

4.3. ANALISA GRANULOMETRI Sampel pasir yang telah di ambil kemudian di lakukan analisa laboratorium sehingga di dapatkan data sebagai berikut: NO NO MESH

UKURAN MESH (Ø)

BERAT BUTIR INDIVIDU (Gr)

BERAT BUTIR INDIVIDU %

BERAT BUTIR KUMULATIF %

1 2

20 40

0,25 1,5

1,1 6,4

0,73 4,16

0,73 4,89

3 4

60 100

2,0 2,75

89,1 31,6

59,4 21,08

64,29 85,37

5 6

200 PAN

3,75 4

18,6 3,2

12,5 2,13

97,87 100

150

100

JUMLAH

a. Koefisien sortasi = =

Ø𝟖𝟒−Ø𝟏𝟔 4 2,70−1,8 4

+

+

Ø𝟗𝟓−Ø𝟓 6,6 𝟑,𝟕𝟓−𝟏,𝟓 𝟔,𝟔

= 0,225+ 0,34 = 0,56 (moderately well sorted) b. Skewness = =

Ø𝟏𝟔+ Ø𝟖𝟒−Ø𝟓𝟎 Ø𝟖𝟒−Ø𝟏𝟔 1,8+2,70−1,9 2,70−1,8

+

+

Ø𝟓−Ø𝟗𝟓−Ø𝟓𝟎 2(Ø𝟗𝟓−Ø𝟓)

𝟏,𝟓+𝟑,𝟕𝟓−𝟏,𝟗 𝟐(𝟑,𝟕𝟓−𝟏,𝟓)

=2,8+0,7 =3,54 (strongly fine skewed) Ø𝟗𝟓−Ø𝟓

c. Kurtosis =2,44(2,5−1,4) 𝟑,𝟕𝟓−𝟏,𝟓

=2,44(2,5−1,4) 𝟐,𝟐𝟓

=1,464 = 1,53 (very leptocurtic)

28

Kurva Aritmatik 120

% Berat Kumulatif

100 80 60 40 20

0 -1

0

0.25

1

1.5

2

2.75

3.75

4

Ø Ukuran Butir (phi)

Kurva aritmatika merupakan kurva hasil dari fungsi persen berat kumulatif dengan ukuran butir (phi).kurva ini berfungsi untuk pengepotan data untuk mencari beberapa nilai (phi) lainya yang akan di gunakan untuk mencari niali kurtosis, sweknes, serta koefisen sortasi .

GRAFIK DISTRIBUSI UKURAN BUTIR 70

Berat % Individual

60 50 40

30 20 10 0 -1

0.25

1

1.5

2

2.75

3.75

4

phi Ø (Ukuran Butir)

Dari data di atas kemudian di gunakan untuk mencari grafik distribusi ukuran butir, yang merupakn fungsi antara berat persen individual dengan ukuran butir(phi).Selain itu, grafik ini dapat menunjukkan nilai skewness dan kurtosis. Dalam grafik dapat dilihat bahwa data ini leptokurtic yang artinya distribusi

29

butirnya tidak merata dan paling banyak berada pada phi 2 Selain itu, grafik ini memiliki nilai Skewness positif (3,54) yang menandakan kecenderungan butirannya kasar. Selain itu hasil perhitungan di dapatkan bahwa koefisen sortasi = 0,56 (moderately well sorted).

30

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Sedimentologi stratigrafi adalah perpaduan ilmu geologi yang mempelajari tentang segala proses sedimentasi ( pelapukan, erosi, transportasi sampai pada kompaksi ) dan akanmenghasilkanurut-urutan, pengelompokan, klasifikasi dan Pemerian batuan serta korelasi satu terhadap yang lain, dalam mempelajari sedimentology stratigrafi kita akan belajar tentang proses-proses sedimentasi yang akan di tuangkan dalam kolom stratigrafi selanjutnya akan dilakukan analisa. Berdasarkan data yang telah di sampling dilapangan dan kemudian dianalisa granulometri dilaboratorium, data sampling menunjukkan bahwa hasil perhitunan skewness positif, artinya bahwa analisa besar butir condong ke arah kasar. Kali Opak berdasarkan data yang sudah di analisa Kali Opak dapat interpertasikan bahwa tingkat energi dari arus pengendapannya rendah. Data perhitungan standar deviasi menunjukan nilai yang cukup rendah dan masuk kategori moderately well sorted. Dari sini bisa kita tarik kesimpulan lingkungan pengendapan dari analisa granulometri ini adalah lingkungan sungai. 5.2. SARAN Kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekeliruan dan Kekurangan dalam penulisan laporan ini, oleh sebab itu kami penulis mengharapkan saran dan krtik yang konstruktif demi perbaikan kedepan nya.

31

DAFTAR PUSTAKA Ahlbrandt, T.S and Fryberger, S. G., 1982, Sandstone Depositionall Environment; Introduction to Eolian Deposit, AAPG Memoir 31, Tulsa, p 11- 47. Collinson, J.D. and Thompson, D.B., 1982, Sedimentary Structures, George Allen & Unwin (Punlishers) Ltd., London, 280p Potter, P.E. & Pettijohn, F.J., 1977, Paleocurrents and basin analysis, SpringerVerlag, Berlin. Sandi stratigrafi indonesia 1986

Related Documents


More Documents from "Nada Savitri"