Hdrs.docx

  • Uploaded by: Endang Rotua Pakpahan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hdrs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,372
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah. Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan

adaptasi

untuk

menanggulangi

stressor

yang

timbul.

Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).

1

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah. 1.2.2 Tujuan Khusus Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama memberikan Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah dan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Harga Diri Rendah Kronis adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Towsend, 1998 dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah juga dapat diartikan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998 dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah kronis menurut Nanda (2005) adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

2.2 Faktor Penyebab 1. Faktor Predisposisi 1. Penolakan orang tua 2. Harapan orang tua yang tidak realistis 3. Kegagalan yang berulang kali 4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal 5. Ketergantungan kepada orang lain 6. Ideal diri tidak realistis 2. Faktor Presipitasi 1. Citra tubuh yang tidak sesuai 2. Keluhan fisik 3. Ketegangan peran yang dirasakan 4. Perasaan tidak mampu 5. Penolakan terhadap kemampuan personal 6. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

3

2.3 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala klien dengan Gangguan Harga Diri Rendah Kronis adalah: 1. Mengkritik diri sendiri 2. Perasaan tidak mampu 3. Pandangan hidup yang pesimistis 4. Tidak menerima pujian 5. Penurunan produktifitas 6. Penolakan terhadap kemampuan diri 7. Lebih banyak menunduk 8. Bicara lambat dengan nada suara pelan 9. Kurang memperhatikan perawatan diri 10. Berpakaian tidak rapi 11. Selera makan kurang 12. Tidak berani menatap lawan bicara

2.4 Proses Terjadinya Masalah Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

4

2.5 Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan/ Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Koping individu tidak Efektif

2.6 Rentang Respon Respon Adaptif

Aktualisasi diri

Respon Maladaptif

Konsep diri positif

Harga diri rendah kronis

Kerancuan identitas

Depersonalisasi

Keterangan: 1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima. 2. Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. 3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.

5

4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspekaspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. 5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

Harga diri rendah merupakan episode deperesi mayor dimana aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment ( Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila menganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain. Menurut Nanda (2005), tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi hal yang negatif

tentang

diri

sendiri

dalam

waktu

lama

dan

terus

menerus,

mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu

mengatakan

ketidakmampuan

/kesulitan

untuk

mencoba

sesuatu,

bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan raguragu serta menolak umpan balik dan membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya. Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti aktivitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang

6

sering digunakan adalah fantasi, regresi, diasasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial, dan kultural. Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien deperesi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasi oleh pikiran –pikiran negatif dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah: a. System limbic (pusat emosi), emosi pasien kadang berubah seperti sedih, dan terus menerus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. b. Hipotalamus mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah kronis yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut. c. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien. d. Amigdala berfungsi untuk emosi.

7

Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak dapat digunakan: a. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberi informasi penting tentang kerja dan fungsi otak. b. CT scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi. c. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat wilayah

otak

dan

tanda-tanda

abnormalitas

pada

otak

dan

menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi. d. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu teknik radiologi menggunakan

magnet,

gelombang

radio

dan

computer

dengan untuk

mendapatkan gambaran stuktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam stuktur tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar. Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti: a. Acetylcholine (Ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami penurunan. b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur “flight-flight” dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang mengakibatakan kelemahan dan depresi. c. Serotonin,

mengatur

status

mood,

mengalami

penurunan

yang

mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu, berdasarkan diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan glutamat.

8

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan: a. Positron emission tomography (PET), mengukur emisi/pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa, dan konsentrasi obat dalam jaringan otak yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro kimiawi otak. b. Transcranial magnetic stimulations (TMS) dikombinasikan dengan MRI, para ahli melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat menghubungkan antar kimiawi dan struktur otak dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa. Berdasarkan faktor psikologis,

harga diri

rendah kronis sangat

berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan. Faktor sosial

yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri

rendah kronis adalah status ekonomi seperti kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. Faktor cultural dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai kebudayaan yang sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme. Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah kronis setelah adanya faktor presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat sakit.

9

2.7 Mekanisme Koping Baik faktor predisposisi maupun presipitasi bila telah mempengaruhi seseorang baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut, dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko prilaku kekerasan. 2.8 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Harga diri rendah kronis 2. Koping individu tidak efektif 3. Isolasi social 4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi 5. Resiko tinggi perilaku kekerasan

2.9 Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

2.10 Rencana Keperawatan 1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 1. Tujuan umum Klien tidak menarik diri dan mampu berhubungan dengan orang lain secara optimal 2. Tujuan khusus TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Kriteria hasil Ekspresi wajah bersahabat, tidak acuh, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau bercakap-cakap dan mengutarakan masalah yang dihadapi

10

2. Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip hubungan therapeutik 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggialan yang disukai klien 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Jujur dan menepati janji 6. Selalu kontak mata selama interaksi 7. Tunjukan sikap empati dan penuh perhatian pada klien

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 1. Kriteria hasil Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Intervensi 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2. Bantu klien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta pikirannya 3. Tekankan bahwa kekuatan untuk berubah tergantung pada klien sendiri 4. Identifikasi stresor yang relevan dan penilaian klien terhadap stresor tersebut 5. Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang efektif 6. Utamakan memberi pujian therapeutik 7. Tingkatkan keterlibatan keluarga dan kelompok untuk memberikan dukungan untuk mempertahankan kemajuan dan perkembangan klien

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan 1. Kriteria hasil Klien menilaim kemampuan yang digunakan 2. Intervensi 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan 2. Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang adaptif

11

3. Utamakan memberi pujian therapeutik 4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan harian 1. Dukung klien untuk merencanakan kegiatan harian 2. Rencanakan kegiatan bersama klien, aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan (kegiatan sendiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan dengan bantuan total) 3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan 5. Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya 1. Kriteria hasil Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya 2. Intervensi 1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2. Beri pujian atas keberhasilan klien 3. Beri dukungan yang sesuai dan positif untuk mempertahankan kemajuan dan pertumbuhannya 4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 1. Kriteria hasil Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada 2. Intervensi 1. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah sesuai dengan keadaan klien

12

2.11 Strategi Pelaksanaan : HDRK 1. SP 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. 2. SP 2 : 1. Menilai kemampuan yang dapat digunakan 2. Menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan 3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3. SP 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 4. SP 4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih

13

BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Desember 2018 dengan nama klien Ny.M berusia 22 tahun. Klien masuk pada tanggal 27 September 2018 di Ruangan melur. Klien dibawa kerumah sakit dengan alasan, klien merasa tidak berguna, klien suka melamun, pergi tanpa tujuan, sedih dan suka menangis, bicara ngawur. Klien sering menutup diri karna masalah yang di alaminya pada saat mencoba menjadi sebagai pendaftar PNS, pada saat proses pendaftaran ia merasa dan yakin bahwa diri nya akan lulus pada saaat tes CPNS, dan sudah mengundang orang orang sekitarnya untuk membuat acara syukuran atas dirinya, ternyata keinginan nya tidak sesuai dengan apa yang di harapkannya, dirinya juga tidak terima terhadap hasil keputusan tes cpns pada bulan lalu, dan koping individu tidak efektif. Dari observasi yang didapat, ditemukan data; penampilan rapi dan sesuai dengan cara penggunaan nya. Saat diajak berkomunikasi atau wawancara, klien kooperatif akan tetapi kontak mata kurang, klien tampak malu-malu. Klien mengatakan sedih, kecewa karena klien merasa terlalu buruk pada dirinya. Selama interaksi klien sangat kooperatif , kontak mata kurang, akan tetapi klien sering tidak nyambung antara pertanyaan dengan jawaban. Klien mengalami gangguan konsep diri : Harga diri rendah.

3.1 Pengkajian A. Identitas Klien Nama

: Ny. M

Umur

: 25 Tahun

Alamat

: Jl. Amal Luhur

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Sunda / Indonesia

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Guru

14

B. Keluhan Utama Klien mengatakan disuruh ibu untuk berobat, sering menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.

C. Alasan Masuk Klien mengalami mengurung diri dan tidak ingin bertemu kepada orang orang sekitar. Suka melamun , dan merasa dirinya tidak ada guna nya, merasa malu dan merunduk jika bertemu orang lain. D. Faktor Predisposisi 1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, dan pernah berobat ke psikiater. 2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil 3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari sepeda.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda – tanda vital a.

:

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

b. Nadi

: 84 x/menit

c. Suhu

: 36,5 ºC

d. Pernafasan

: 26 x/menit

Ukuran

:

a. Tinggi badan

: 169 cm

b. Berat badan

: 62 Kg

2. Kondisi Fisik

:

Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

15

D. Psikososial 1.

Genogram

: Laki – laki : Tinggal serumah

: Klien

: Perempuan

: Meninggal

A. Konsep Diri 1. Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena bisa melihat. 2. Identitas : Klien mengatakan anak ke-1 dari 3 bersaudara. 3. Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak. 4. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan dan ingin bekerja lagi. 5. Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain ibu dan adiknya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang interaksi sosial. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

16

2. Hubungan Sosial 1. Orang yang dekat dengan klien adalah Ibu nya. 2. Peran serta kelompok / masyarakat : Sebelum klien sakit sering mengikuti kegiatan mengajar disekolah. 3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Selama klien rawat jalan / berobat jalan temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi. Masalah Keperawatan : Menarik diri 3. Spiritual Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien habis sholat klien berdoa agar cepat sembuh. E. Status Mental 1. Penampilan

: Penampilan klien kurang rapi, klien

menggunakan baju yang disediakan diRSJ. 2. Pembicaraan

: Klien berbicara lambat tetapi dapat

tercapai dan dapat dipahami. 3. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan. 4. Alam perasaan

: Klien mengatakan bosan diRSJ ingin

cepat sembuh dan pulang, klien sedih belum bisa bertemu Ayah, ibu dan adik-adiknya. 5. Afek

: Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara

klien lambat. 6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien menengadah, selalu menjawab jika ditanya. 7. Persepsi

: Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.

8. Pola Fikir : Tidak ada waham. 9. Tingkat kesadaran : Klien sadar. 10. Memori

: Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa

lalunya. 11. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5

17

12. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi. 13. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.

F. Mekanisme Koping 1. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu 2. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri 3. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam. Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Menarik Diri b/d Harga Diri Rendah 2. Harga Diri Rendah b/d Koping Individu Tidak Efektif Analisa Data No 1. -

2. -

-

Data Ds : Klien mengatakan sering menunduk, kurangnya interaksi sosial Do : Klien tampak menyendiri Ds : - Klien mengatakan teman berkurang semenjak sakit - Klien malu dengan teman karena klien merasa tidak pantas diantara mereka Do : Klien tampak malu saat berbicara

18

Etiologi

Problem

Harga diri Rendah

Menarik Diri

Koping Individu Tidak Efektif

Harga Diri

3.3 Rencana Keperawatan Tgl.

Dx.Keperawatan

181018

Menarik Diri berhubungan dengan harga Diri Rendah

Tujuan

Kriteria Hasil

TUM  - Klien ekspresi1. Klien dapat wajah berhubungan 2. bersahabat. dengan orang  - Klien 3. lain secara menunjukan optimal. rasa senang.  - Klien mau TUK 1 kontak mata. Klien dapat  - Klien mau 4. membina berjabat tangan. hubungan  - Klien mau saling percaya membalas 5. salam.  - Klien mau duduk berdampingan.  dengan perawat. 7.  - Klien mau menyebut nama dan mau mengutaraka masalah yang dihadapi. 8. TUK 2  Klien dapat mengidentifika si kemampuan dan aspek  positif yang dimiliki 

TUK 3  Klien dapat menilai kemampuan 19

Intervensi - Beri salam / panggil nama yang disukai - Jelaskan BHSP dengan komunikasi terapeutik - Memperkenal kan diri dengan sopan - Tanyakan nama lengkap dan panggilan tujuan Jujur dan menepati janji - Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

- Lakukan kontak singkat tapi sering - Klien mampu 1. - Diskusikan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif kemampuan yang dimiliki yang dimiliki 2. - Aspek positif 3. - Hindarkan dari keluarga - Aspek positif penilaian yang lingkungan yang negative dimiliki klien 4. 3. - Utamakan pemberian pujian yang realistik - Diskusikan - Klien mampu kemampuan menilai yang dapat kemampuan digunakan yang dimiliki

yang dimiliki

selama sakit

selama sakit

2. - Diskusikan kemampuan yang dapat ditunjukan penggunaannya TUK 4  - Klien dapat 1. - Rencanakan Klien dapat bersama klien membuat menetapkan rencana kegiatan aktifitas yang perencanaan dapat dilakukan harian kegiatan sesuai setiap hari dengan 2. kemampuannya - - Kegiatan mandiri - Dibantu sebagian - Dengan bantuan total 3. - Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4. 3. - Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan TUK 5 1. - Beri  - Klien Klien dapat kesempatan melakukan melakukan klien untuk kegiatan yang kegiatan sesuai sesuai mencoba kondisi sakit kegiatan yang dengankondisi dan telah sakit dan kemampuannya kemampuannya direncanakan 2. 3. - Beri pujian atas keberhasilan klien 4. 3. - Diskusikan kemungkinan melaksanakan dirumah.

20

TUK 6  Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

- Klien dapat 1. - Beri pendidikan memanfaatkan kesehatan cara system perawatan klien pendukung dengan Harga dikeluarga Diri Rendah secara optimal 2.  - Klien daoat 2. - Bantu keluarga memanfaatkan menyiapkan system lingkungan di pendukung rumah. dilingkungan sekitar. TUM  - Klien mampu 1. - Lakukan Klien dapat pendekatan duduk melakukan dengan baik, berdampingan keputusan yang dengan perawat menerima klien efektif untuk apa adanya dan mengendalikan - Klien mampu bersikap empati situasi berbincang - 2. kehidupan bincang dengan3. - Cepat yang demikian perawat mengendalikan menurunkan perasaan dan perasaan  - Klien mampu reaksi rendah diri perawatan diri merespon TUK 1 sendiri misalnya tindakan Klien dapat rasa marah perawat menbina ,empati. hubungan 4. terapeutik 3. - Sediakan dengan perawat waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sopan. 4. 4. - Berikan kesempatan kepada klien untuk merespon. TUK 2  - Klien dapat 1. - Tunjukan Klien dapat mengungkapkan emosional yang mengenali dan perasaannya sesuai mengekspresik - Klien mampu 2. - Gunakan an emosinya tekhnik mengenali komunikasi emosinya dan terapeutik dapat mengekspresika terbuka. 3. nnya

21

TUK 3  Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negative 

4. - Bantu klien mengekspresi 5. kan perasaannya 6. 4. - Bantu klien mengidentifikas ikan situasi kehidupan yang tidak berada dalam kemampuan dan mengontrolnya 5. - Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan – perasaan yang berhubungan dengan ketidak mampuannya. - Klien dapat 1. - Diskusikan mengidentifikasi masalah yang pemikiran yang dihadapi klien dengan negative memintanya untuk - Klien dpat menyimpulkann menurunkan ya penilaian yang 2. negatifpada 3. - Identifikasi dirinya. pemikiran negatif klien dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi dan substitusi 4. - Evaluasi ketetapan persepsi logika dan kesimpulan yang dibuat klien 4. - Kurangi penilaian klien

22

yang negatif terhadap dirinya 5. - Bantu klien menerima nilai yang dimilikinya atau perilakunya atau perubahan yang terjadi pada dirinya.

TUK 4  Klien dapat berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkenan  dengan perawatan dirinya

-Klien mampu 1. menentukan kebutuhan untuk perawatan pada dirinya 2. - Klien dapat 2. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

- Libatkan klien dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai - Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya

3. - Berikan privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan 4. - Berikan reinsforcement posotif tentang pencapaian kegiatan yang telah sesuai dengan keputusan yang 23

ditentukannya

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Tanggal / Jam 19-102013 Jam 12.30

19-102018 Jam 15.30

No

Implementasi

Evaluasi

1. Bina hubungan saling percaya dengan :   - Menyapa klien dengan ramah  - Memperkenalkan diri dengan sopan   - Menanyakan nama lengkap serta alamat klien   - Menunjukan sikap empati, jujur dan menempati janji   - Menanyakan masalah yang dihadapi

S: Klien menjawab salam dan mengatakan selamat pagi,menyebutkan nama dan alamat O: - Klien mau berjabat tangan - Klien mau duduk berdampingan dengan perawat - Klien mau mengutarakan masalahnya A : SP 1 tercapai Pp : Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan berikutnya. Pk : Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat jika bertemu dan percaya jika perawat akan membantu masalah yang dihadapi - Bina hubungan terapeutik S: dengan perawat dengan :  Klien mau duduk  - Pendekatan dengan baik berdampingan dengan perawat ,menerima klien apa adanya O :  - Mengidentifikasi perasaan - Klien mampu berbincang – dan reaksi perawatan diri bincang dengan perawat sendiri  - Klien mampu merespon  - Menyediakan waktu untuk tindakan perawat. bina hubungan yang sopan A : SP 2 tercapai 24



19-102018 Jam 17.00

Pp : Lanjutkan SP 3 adakan kontrak waktu pertemuan berikutnya. Pk : Anjurkan klien mampu berkomunikasi,mampu memulai berbicara dan tidak janggung.

- Memberikan kesempatan untuk merespon

3. - Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki dengan:  - Membantu mengidentifikasi dengan aspek yang positif  - Mendorong agar berpenilaian positif  - Membantu mengungkapkan perasaannya

25





S: Klien mengatakan cara penilaian positif tidak boleh berfikir jelek terhadap orang lain,sopan santun dan ramah yang diutamakan. O: Klien dapat mengungkapkan perasaannya A : SP 3 teratasi sebagian Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga Pk : Anjurkan klien untuk mempertahankan hubungan saling percaya berinteraksi secara terarah

BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan Harga Diri Rendah Kronis adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Towsend, 1998 dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah juga dapat diartikan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998 dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah kronis menurut Nanda (2005) adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

1.2 Saran Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat membantu proses pembelanjaran dan dapat mengaktivitaskan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa dan marilah kita belajar dengan sungguhsungguh agar kita dapat menjadi perawat yang profesional dalam menentukan Asuhan Keperawatan Jiwa maupun tindakan keeperawatan dari Harga Diri Rendah Kronis.

26

More Documents from "Endang Rotua Pakpahan"