Makalah Gelandangan New.docx

  • Uploaded by: Endang Rotua Pakpahan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Gelandangan New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,121
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah menjadi keharusan bagi suatu negara untuk merespon berbagai macam permasalahan yang muncul dimana permasalahan setiap negara akan berbeda dan akan berbeda pula dalam merespon permasalahan tersebut. Salah satu fenomena yang menunjukan bahwa masih banyak adanya masalah sosial saat ini diantaranya dapat dilihat dari banyaknya orang dengan gangguan jiwa yang sering berkeliaran dan terlantar di jalanan yang biasa kita sebut gelandangan. Masih ditemuinya fenomena tersebut menuntut keseriusan pemerintah dan perawat sebagai tenaga kesehatan untuk memberikan respon dengan cara memberikan pelayanan kesehatan. Tingginya angka gelandangan psikotik menuntut Pemerintah dan perawat sebagai tenaga kesehatan agar lebih pro-aktif dalam menangani hal tersebut. Dalam penanganannya tidak dapat satu lembaga saja yang terlibat mengingat gelandangan psikotik ini merupakan kategori gelandangan dan mengidap gangguan jiwa, maka dari itu diperlukan keterlibatan lembaga lain yang berwenang untuk menangani gelandangan psikotik secara menyeluruh. Peran kita sebagai perawat yaitu dengan merehabilitasi untuk para gelandangan, artinya kita harus memiliki panti/ rumah untuk para gelandangan tersebut, dan disitulah kita mulai memperhatikan dan merawat gelandangan sehingga gelandangan tersebut juga mendapatkan haknya sebagai manusia serta mendapatkan kesejahteraan. Ada beberapa pelayan yang dibutuhkan oleh para gelandangan psikotik yang dapat diberikan oleh perawat, diantaranya yaitu memberikan pelayanan edukasi kesehatan mental untuk mendukung (supportive) dan pencegahan (preventive) kepada sasaran, pelayanan konseling atau psikoterapi pada sasaran dan juga keluarga, serta memberikan pelayanan setelah sasaran tersebut diberikan perawatan.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang Gangguan Psikotik : Gelandangan 2. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gelandangan

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kata gelandangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki artian orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap. Gelandangan sebagai entitas sosial merupakan orang yang dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP no. 31 tahun 1980 tentang penanggulangan gelandangan dan pengemis). Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adannya disintergasi kepribadian dan terputusnnya hubungan jiwa dengan Realita. Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan karena suatu sebab mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka hidup mengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Gelandangan Psikotik juga merupakan klien dengan gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan dan dapat menganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. Kelompok gelandangan psikotik, merupakan kelompok khusus yang memiliki karakteristik dan pola penanganan khusus, terutama berkaitan dengan gangguan perilaku abnormal. 2.2 Penyebab Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya gelandang dan psikotik adalah : 1. Keluarga tidak perduli 2. keluarga malu 3. keluarga tidak tahu 4. Obat tidak diberikan 5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi

2.3 Tanda dan Gejala

2

Adapun tanda dan gejala dari gangguan psikotik : gelandangan sebagai berikut : 1. Tingkah laku dengan relasi sosialnya selalu asosial, eksentrik (kegilaan-gilaan dan kronis patologis). Kurang memiliki kesadaran sosial dan intelegensi sosial, fanatik dan sangat individualistis selalu bertentangan dengan lingkungan dan norma. 2. Sikapnya masih sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas, marah tanpa ada sebabnya. 3. Pribadinya tidak stabil, responnya kurang tepat dan tidak dapat untuk dipercaya. 4. Tidak memiliki kelompok 5. Tubuh kotor sekali 6. Rambut seperti sapu ijuk 7. Pakaian compang camping 8. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang 9. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak berkomunikasi dan bermusuhan 10. Pribadi tidak stabil 2.4 Pohon masalah : Gelandangan

Masalah tempat tinggal

Gangguan Jiwa

2.5 Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan dan psikotik

3

Adapun layanan yang dibutuhkan oleh gangguan psikotik : gelandang yaitu : 1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan 2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan psikologis 3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga 4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan penempatan dalam masyarakat. 5. Kebutuhan rohani

2.6 Penatalaksanaan Gangguan Psikotik : Rehabilitasi sosial Layanan rehabilitasi sosial terhadap gelandangan berarti upaya pemulihan yang diberikan kepada orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP No. 31 tahun1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis) Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan yang diberikan kepada klien dari gangguan kondisi fisik, psikis, dan sosial, agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Tujuan rehabilitasi adalah terwujudnya klien berkelainan menjadi berguna (usefull). Ditinjau dari sifat pelayanan, pada umumnya fungsi rehabilitasi yang diberikan kepada klien adalah untuk pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan/pengembalian (rehabilitatif), dan pemeliharaan/penjagaan (promotive), dan penunjang program-program pemerintah. Layanan rehabilitasi sosial terhadap gelandangan berarti upaya pemulihan yang diberikan kepada orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Rehabilitasi sosial terhadap gelandangan psikotik ini bisa ditempuh dengan cara: 1) Bimbingan Mental Spritual Keagamaan;

4

2) Rehabilitasi Medik. 3) Rehabilitasi Psikososial. 4) Rehabilitasi Sosial. Proses rehabilitasi sosial klien yang juga seharusnya dilakukan oleh perawat pada panti gelandangan yaitu memiliki berbagai macam program rehabilitasi sosial yang mereka berikan kepada para penderita gelandangan psikotik ini. program rehabilitasi tersebut adalah 1. Dimandikan. Proses awal sebelum klien psikotik melakukan segala aktivitas rehabilitasi sosial, mereka semua dimandikan terlebih dahulu diwaktu pagi menjelang dimulainya acara terapi. 2. Bimbingan mental dan spiritual. Terapi agama ini di berikan setiap pagi pada hari jum’at saat semua klien di kumpulkan. 3. Olahraga. Olahraga selain untuk kesehatan juga memberikan dampak yang bagus untuk klien psikotik yakni untuk mendorong kemampuan, kemauan, serta untuk menstabilkan emosi. 4. Medis. Rehabilitasi sosial melalui medis adalah dengan cara memberikan sejenis obat untuk meringankan dan menekan emosi klien psikotik agar ia dapat mengendalikan emosinya. 5. Kesenian. Klien diberikan terapi yang berupa aktivitas kesenian, seperti menggambar, melukis, dengan mendengarkan lagu-lagu yang bernada klasik atau lagu yang ringan dan memiliki alunan-alunan yang indah dalam setiap nadanya. 6. Resosialisasi. Mengembalikan penderita psikotik kepada masyarakat dengan syarat telah menunjukkan gejala positif. 7. Penyaluran. Pada tahap penyaluran ini adalah mengembalikan klien kepada pihak keluarganya.

2.6.1

Langkah-langkah

Pelaksanaan

psikotik dan gelandangan 1. Tahap identifikasi 2. Tahap diagnosis 5

Rehabilitasi

sosial

pada

3. Tahap treatment Menurut Soetomo langkah pelaksanaan rehabilitasi sebagai berikut: 1) Tahap Identifikasi Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama yang mengalami perkembangan, akan tetapi dapat pula menjadi masalah baru yang muncul karena perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural, masalah sosial dianggap sebagai kondisi yang tidak diinginkan oleh karena dapat membawa kerugian baik secara fisik maupun non fisik pada individu, kelompok ataupun masyarakat. Secara keseluruhan, atau dapat juga merupakan kondisi yang dianggap bertentangan dengan nilai, norma dan standar sosial. 2) Tahap Diagnosis Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk memecahkan masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah mencapai hasil yang di harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat, eskalasi dan latar belakang masalah. 3) Tahap Treatment Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi berkembangnya permasalahan sosial. Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan utama pendekatan pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang terkait. Adapun langkah yang perlu di lakukan adalah:

1.

Pendekatan Awal Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja sosial untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari pihakpihak yang terkait serta berwenang terhadap masalah penertiban

6

gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap masyarakat sebagai pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan masyarakat sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para calon klien untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen tersebut dapat melalui : 1. Trantib keamanan (razia) 2. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas sosial dan LSM. 2. Penerimaan dan Pengasramaan Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis yang meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti).Pengasramaan adalah menempatkan klien definitif dalam asrama dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti. 1. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk mencari dan menggali data penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-faktor penyebab masalah klien, dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien, semua ini dilakukan dalam upaya untuk membantu proses rehabilitasi sosial dan mempercepat penyembuhannya. 2. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial didasarkan pada hasil assessmen yang dilakukan oleh pekerja sosial. Hasil assesment tersebut menjadi acuan untuk memberikan pelayanan dalam menangani klien dalam proses rehabilitasi sosial. Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil assesment tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam assesmen, yang terdiri dari:

7

Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil assesmen tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam assesmen, yang terdiri dari: 1. Bimbingan fisik : Bimbingan fisik ini dimaksudkan agar klien memiliki kesehatan fisik dan jauh dari penyakit fisik melalui cara hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan. 2. Bimbingan mental : Bimbingan mental disini lebih ditekankan terhadap kondisi psikis klien yang diharapkan klien mampu dan bisa untuk mengenal dirinya sendiri dan bisa bertanggung jawab terhadap diri pribadi. 3. Bimbingan sosial : Melalui bimbingan sosial ini para klien

diajarkan untuk dapat mengenal sesama dan menjalin kerukunan sesama klien sehingga nantinya bisa menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab sosial klien didalam kehidupan masyarakat nantinya 3. Resosialisasi

Resosialisasi adalah serangkaian bimbingan yang bersifat dua arah yaitu untuk mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh kedalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif dan selain itu juga untuk mempersiapkan masyarakat atau lingkungan dimana ia akan tinggal agar mampu menerima dan memperlakukan serta mengajak klien untuk berintegrasi

dengan

kegiatan

kemasyarakatan

dengan

tidak

ada

pembedaan. 4. Penyaluran

Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan klien kedalam kehidupan dimasyarakat secara normatif baik di lingkungan keluarga dan masyarakat. 5. Bimbingan Lanjut

Bimbingan lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada penerima pelayanan dan masyarakat guna lebih dapat

8

memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari. 6. Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diterima oleh klien sudah sesuai dengan yang direncanakan, dalam hal ini pekerja sosial wajib untuk melakukan evaluasi dalam setiap tahapan proses dan hasil pertolongan yang dilalui, dan kemudian diambil kesimpulan apakah proses telah berjalan baik dan dapat dilakukan pengakhiran pelayanan. 7. Terminasi

Terminasi ini dilakukan untuk memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien setelah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga Negara masyarakat yang bertanggung jawab. 2.7 Prinsip-prinsip Penanganan bagi Gelandangan Psikotik 1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana setiap warga binaan bisa diterima dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam artian memanusiakan manusia. 2. Memberikan penghidupan dan pelayanan yang layak terhadap warga binaan. 3. Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi para warga binaan tersebut unuk lebih mengembangkan dirinya dan diikutsertakan dalam kegiatan yang ada didalam panti rehabilitasi tersebut. 4. Menanamkan sifat tanggung jawab sosial yang melekat pada setiap warga binaan yang dilayani dan direhabilitasi. 2.8 Prinsip-prinsip khusus dalam Rehabilitasi Sosial 1. Prinsip peneriamaan warga binaan secara apa adanya. 2. Tidak menghakimi (Non judgement) warga binaan. 3. Prinsip individualisasi, setiap warga binaan tidak diperlakukan sama rata, tetapi harus difahami secara khusus sesuai dengan problemnya masing-masing. 4. Prinsip kerahasiaan, setiap informasi yang diperoleh mengenai gelandangan tersebut dapat dijaga kerahasiaannya sebaik dan sekuat

9

mungkin, terkecuali informasi tersebut digunakan untuk kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial klien tersebut. 5. Prinsip partisipasi, setiap warga binaan dan orang-orang terdekatnya ikut berpartisipasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasinya dalam upaya unuk mengembalikan kesadaran individu tersebut. 6. Prinsip komunikasi, dalam hal ini diusahakan agar kualitas dan intensitas komunikasi antara warga binaan dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga dapat berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi warga binaan. 7. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan sosial secara sadar wajib menjaga kualitas hubungan profesionalnya dengan warga binaan, sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang menyulitkan dan menghambat proses rehabilitasi. 2.9 Peran Perawat 1. Pencegahan 1. Bekerja di lokasi publik utama, seperti sekolah dan tempat kerja, untuk membantu orang mengembangkan lebih banyak pengetahuan dan sedikit rasa takut tentang penyakit mental. 2. Dorong orang untuk mencari bantuan, terutama mereka yang berkelompok dengan risiko penyakit mental yang lebih tinggi. Buat bantuan lebih mudah diakses untuk kelompok-kelompok ini dengan pergi ke tempat mereka. 3. Latih rekan konselor untuk bekerja dengan kelompok-kelompok seperti orang muda. Teman sebaya mungkin berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengatasi beberapa stigma yang terkait dengan penyakit mental. 4. Dukung presentasi yang menggunakan teater dan bentuk seni lainnya untuk meremehkan penyakit mental. 5. Ambil sikap positif terhadap pekerjaan Anda. Mempromosikan kesehatan mental yang positif sama pentingnya dengan mencegah penyakit mental. 6. Praktek perawatan diri. Berurusan dengan orang dan keluarga yang mengalami penyakit mental dapat menguras energi fisik, mental, 10

dan emosional. Temukan dan kembangkan praktik perawatan diri yang bekerja untuk Anda, dan dorong majikan Anda untuk mendukung perawatan diri di tempat kerja. Ini bisa termasuk berlatih yoga atau bentuk lain dari manajemen stres, dan menciptakan peluang untuk menuntaskan situasi stres dengan rekan kerja atau konselor 2. Perawatan dan manajemen 1. Menggabungkan

determinan

sosial

kesehatan

(perumahan,

pendapatan, dll) ke dalam penilaian pasien dan ke dalam rencana perawatan selanjutnya. 2. Diberitahu tentang layanan dukungan masyarakat yang tersedia untuk orang-orang dengan penyakit mental. 3. Kesehatan mental dan penyakit mental memiliki dimensi budaya yang signifikan. Diberitahu tentang keyakinan dan tradisi dari berbagai budaya yang Anda bekerja mengenai kesehatan mental. 4. Tetap sekarang. Baca penelitian terbaru tentang pendekatan perawatan untuk penyakit mental. 5. Diberitahu tentang perspektif konsumen kesehatan mental dan kelompok yang selamat. Kekhawatiran mereka mungkin muncul dalam pekerjaan Anda dengan orang-orang yang mengalami penyakit mental, dan mereka dapat menjadi sumber dukungan dan pengetahuan penting bagi konsumen dan profesional.

3. Advokasi 1. Bekerja menuju kesinambungan perawatan yang lebih baik. Bangun hubungan antara layanan dukungan masyarakat dan sistem kesehatan, dan antara tingkat yang berbeda dalam sistem kesehatan. Dengan penyedia layanan lain, bekerjalah untuk mengidentifikasi

kesenjangan

11

dalam

sistem

dan

telusuri

kemungkinan cara untuk mengoordinasikan perawatan dan dukungan yang lebih baik. 2. Bekerja dengan kelompok konsumen, kelompok korban dan penyedia layanan lainnya untuk mengadvokasi sumber daya lebih banyak untuk menangani masalah kesehatan mental dan penyakit mental.

2.10 Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gelandangan 2.10.1 Pengkajian 1. Faktor predisposisi 1. Genetik 2. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.

12

Rentang respon neurobiologis

Respon adaptif

Respon mal adaptif

Berfikir logis

Pemikiran sesekali

Gangguan pemikiran

Persepsi akurat

terdistorsi

waham/halusinasi

emosi konsisten

Ilusi

Kesulitan pengolahan

dengan pengalaman

Reaksi emosi berlebih

emosi

Perilaku sesuai

Dan tidak bereaksi

Perilaku kacau dan

Berhubungan sosial

Perilaku aneh dan

isolasi sosial

penarikan tidak biasa

3. Teori virus dan infeksi 2.

Faktor presipitasi 1. Biologis 2. Sosial kutural 3. Psikologis

3.

Penilaian terhadap stresor

4.

Sumber koping 1. Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif ) 2. Pencapaian wawasan 3. Kognitif yang konstan 4. Bergerak menuju prestasi kerja

5.

Mekanisme koping 1. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)

13

2. Proyeksi

(upaya

untuk

menjelaskan

presepsi

yang

membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain) 3. Menarik diri 4. Pengingkaran 2.10.2 Diagnosa Keperawatan 1.

Ansietas

2.

Harga diri rendah situasional

3.

Gangguan citra tubuh

4.

Ketidakberdayaan

5.

Gangguan pola tidur

6.

Konfusi kronik

7.

Resiko jatuh

8.

Berduka disfungsional/antisipasi

9.

Keputusasaan

10.

Penampilan peran tidak efektif

11.

Koping kluarga tidak efektif

12.

Koping individu tidak efektif

13.

Sindroma pasca trauma

2.10.3 Intervensi Keperawatan 1. Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang di temukan. 2. Tindakan keperawatan dalam tahap pemeliharaan berfokus ada pendidikan manajemen dan pengendalian diri dari gejala dan mengidentifikasi gejala yang berhubungan dengan kekambuhan.

14

2.11 Tahapan Kekambuhan a)

Tahap 1 : Kewalahan berlebih (mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang intensif)

b) Tahap 2 : Pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung dengan gejala depresi) c) Tahap 3 : Rasa malu (biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa mengendalikan) d) Tahap 4 : Disorganisasi Psikotik (tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi, halusinasi, waham) e) Tahap 5 : Resolusi Psikotik (tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan psikotik)

BAB III TINJAUAN KASUS Sekelompok Anak usia remaja ditemukan di Gedung tua yang sudah lama tidak dihuni, mereka ditemukan oleh seorang perawat yang tidak sengaja melewati gedung tersebut. Sekelompok anak tersebut tampak berpakaian compang 15

camping, rambut berantakan, dan berisik sambil menyanyikan lagu yang tak jelas. Perawat tersebut mencatat lokasi dimana ia melihat tempat sekelompok gelandangan. Dan keesokan harinya perawat tersebut membuat rencana untuk melakukan pendekatan atau mengunjungi mereka bersama dengan rekannya. Sesampainya disana, perawat dan rekannya pun melihat kondisi yang sama seperti sebelumnya dan mereka mencoba mendekati gelandangan tersebut. 3.1 Pengkajian Pada saat pengkajian pada tanggal 30 Oktober 2018 dengan 4 orang glandang ditemukan dengan ciri-ciri umum yang terlihat “kotor, tidak rapi, berbau, kulit berdaki, pakaian acak-acakan, mau mulut, rambut tidak rapi” An.B tampak “pesimis, kesulitan tidur, apatis, menjelekkan diri sendiri”. An.P tampak “murung, bicara dan gerakan lambat, kesulitan membuat keputusan”. An.J tampak”pengetahuan didak adekuat, menghindari orang lain, malu, ketidakpuasan tidur”. An.C tampak “ cemas, menghindari orang lain, bicara agak lambat, merasa malu”. 3.2 Diagnosa keperawatan 1. Harga diri rendah situasional 2. Ketidakberdayaan 3. Gangguan pola tidur 4. Penampilan peran tidak efektif 5. Koping individu tidak efektif

3.3 Tindakan keperawatan 1.Harga Diri Rendah Situasional Sp.1 a. b. c. d. Sp.2 a.

Pasien dapat mengidentifikasi aspek pisitif nya Pasien dapat menilai kemampun yang dapat dilakukan Pasien dapat kegiatan sesuai kemampuan Pasien dapat mengetahui cara meningkatkan percaya dirinya

Pasien dapat melakukan dan memenuhi kegiatan sesuai dengan jadwal yang sudah di buat b. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tampa diganggu

16

2. Ketidakberdayaan Sp.1 a. Respon adaftif psikologi (penerimaan) Sp.2 a. Respon adaftif spiritual b. Harapan yang realistis c. Sabar dan tabah d. Pandai mengambil hikmah 3.Gangguan Pola Tidur Sp.1 a. Terapi aktifitas kelompok latihan relaksasi 4. Penampilan Peran Tidak Efektif Sp.1 a. Melatih klien untuk melakukan strategi managemen perubahan peran b. Mengenal peran:peran dalam hidup, peran dalam keluarga, periode trassisi peran dalam kehidupan, perasaan terhadap peran yang dilakukan 5.Koping Individu Tidak Efektif a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif b. Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi masalah nya.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan karena suatu sebab mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka hidup mengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Gelandangan Psikotik juga merupakan klien dengan gangguan jiwa kronis yang keluyuran di 17

jalan-jalan dan dapat menganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. Kelompok gelandangan psikotik, merupakan kelompok khusus yang memiliki karakteristik dan pola penanganan khusus, terutama berkaitan dengan gangguan perilaku abnormal. 4.2 Saran Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat membantu proses pembelajaran dan dapat mengaktivitaskan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa dan marilah kita belajar dengan sungguhsungguh agar kita dapat menjadi perawat yang profesional.

18

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62

More Documents from ""