Makalah Dhf.docx

  • Uploaded by: Endang Rotua Pakpahan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Dhf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,182
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau lebih dikenal dengan DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menulardengan vector nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini merupakan banyak menimbulkan kematian didaerah stropis dan subtropics serta merupakan ancaman kesehatan bagi dunia karena lebih dari 100 negara terjangkit penyakit ini (Marni. 2016). Dalam 30 tahun terakhir, sebanyak >5 juta kasusdemam berdarah terjadi diAmerika. Sementara itu, Negara Asia yang termasuk wilayah endemic demam berdarah yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Timor Leste. Serangan DBD ini menyebar dibeberapa daerah diIndonesia, misalnya Kaltim, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Surabaya, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan bebrapa daerah lain. Penyebaran penyakit ini sangat cepat, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi endemic (Marni. 2016).

1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengertian penyakit demam berdarah 2. Mengetahi penyebab terjadinya penyakit demam berdarah 3. Mengetahui perjalanan (pathway) penyakit demam berdarah 4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit demam berdarah 5. Mengetahui klasifikasi penyakit demam berdarah 6. Mengetahui komplikasi penyakit demam berdarah 7. Mengetahui pengobatan penyakit demam berdarah 8. Mengetahui penatalaksanaan penyakit demam berdarah 9. Mengetahui Askep penyakit demam berdarah

1

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001). Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).

Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus (Atrhopod-borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus serta penyebarannya sangat cepat (Marni, 2016). Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan di Jakarta pada tahun 1779 oleh Dr.David Baylon dan beliau menamakan penyakit ini knokkel koors karena pasiennya mengeluh sakit pada sendi-sendi (Ngastiah, 2005). 2.2 Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari famili flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari setelah timbul demam (Marni, 2016). 2.3 Patofiologi (Pathway) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

2

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diastesis hemoregik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Infeksi Virus Dengue

Kompleks virus antibody

Depresi sumsum tulang

Aktivitasi komplemen

Perdarahan; trombositopenia

Anti histamin dilepaskan

Permeabilitas membrane meningkat

Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan (syok) hipovolemi, hipotensi

Asidosis metabolic

3

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit ini sering kali menyerang anak yang berusia kuramg dari 10 tahun, terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya yaitu demam, muntah, mual, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri perut, nyeri kepala, nialgia/nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria. Demam tinggi mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka demam akan turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya (self limiting) dalam waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini biasanya demam tinggi dan terus menerus serta tidak reponsif terhadap antipiretik. Antipiretik hanya dapat menurunkan sedikit demam, setelah itu demam naik lagi. Pada kondisi parah, penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan dibawah kulit karena kebocoran plasma, epistaksis, hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena (Marni, 2016). Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosis DBD (DHF) harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut (Ngastiah, 2005) : 1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas). 2. Manifestasi perdarahan : paling tidak terdapat uji torniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis. 3. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki ; pasien menjadi gelisah karena timbul sianosis disekitar mulut. 2.5 Klasifikasi Adapun klasifikasi dari DHF menurut Ngastiah pada tahun 2005 adalah : 1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji torniquet positif, trombositopenia dan hemokonsterasi. 2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain. 3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, 4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat di ukur. 2.6 Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu perdarahan masif dan dengue syok syndrome (DSS) atau syndrome syok dengue (SSD), syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba ; tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol ; tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol ; terjadi penurunan kesadaran ; sianosis

4

disekitar mulut dan kulit ujung jari ; hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab ; pucat dan oligurian atau anuria (Marni, 2016). 2.7 Pemeriksaan Penunjang Adapun beberapa pemeriksaan penunjang menurut Ngastiah tahun 2005 adalah : 1. Darah lengkap : Hemokonsentrasi (hemotokrit meningkat 20% atau lebih), trombositopenia 100.000 / mm3 atau kurang). 2. Serologi : Uji HI (hemoaglutination inhibition test). 3. Rontgen thoraks : Efusi pleura 2.8 Pencegahan Adapun pencegahan DHF sebagai berikut : 1. Jika Anda tinggal atau bepergian di daerah di mana demam berdarah dikenal atau sedang mewabah, cara terbaik untuk menghindari demam berdarah adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. 2. Gunakan AC, jaring pada jendela maupun pintu masuk, serta kelambu. Ini sangat penting untuk menjaga nyamuk masuk ke ruangan. 3. Menjadwal ulang kegiatan di luar ruangan. Hindari berada di luar ruangan pada waktu subuh, sore, dan senja, ketika nyamuk lebih banyak keluar. 4. Memakai pakaian yang bisa melindungi kulit. Terlebih ketika Anda pergi ke daerah-daerah penuh nyamuk, seperti mengenakan kemeja lengan panjang, celana panjang, kaus kaki dan sepatu. 5. Gunakan obat nyamuk, baik yang disemprot pada ruangan atau dioleskan pada kulit. Untuk kulit Anda, gunakan penolak nyamuk yang mengandung setidaknya konsentrasi 10 persen DEET. Namun hindari penggunaan pada bayi atau anak yang kurang dari 3 tahun. 6. Mengurangi habitat nyamuk. Nyamuk yang membawa virus dengue biasanya tinggal di dalam dan sekitar rumah, berkembang biak di air yang tergenang. Mengurangi habitat tempat berkembang biaknya nyamuk bisa menurunkan populasi nyamuk. 2.9 Pengobatan Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan hidup. Obat yang tepat belum ditemukan. Pengobatan yang diberikan bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti parasetamol atau nofalgin selain harus istirahat muthlak dan banyak minum. Jika suhu tinggi kompres dingin secara intensif. Pasien yang diduga menderita demam berdarah dengue harus dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengawasan terhaap kemungkinan terjadi syok atau perdarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien (Ngastiah, 2005).

5

2.10 Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan pasien DBD bersifat simtomatis dan sportif (Ngastiah, 2005). 1. Penanganan Simtomatis : Yaitu mengatasi keadaan sesuai keluhan dan gejala klinis pasien.Pada fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring, selama masih demam, minum obat antipiretika (penurun demam) atau kompres hangat apabila diperlukan, diberikan cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 (dua) hari. 2. Pengobatan Suportif : Mengatasi kehilangan cairan plasma dan kekurangan cairan. Pada saat suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan, namun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus DBD bisa jadi hal ini merupakan tanda awal kegagalan sirkulasi (syok), sehingga tetap perlu dimonitor suhu badan, jumlah trombosit dan kadar hematokrit, selama perawatan. Penggantian volume plasma yang hilang, harus diberikan dengan bijaksana, apabila terus muntah, demam tinggi, kondisi dehidrasi dan curiga terjadi syok (presyok). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% didalam larutan NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai rekomendasi WHO, yakni: larutan Ringer Laktat(RL), ringer asetat (RA), garam faali (GF), (golongan Kristaloid), dekstran 40, plasma, albumin (golongan Koloid),(Sumber: dirangkum dari buku Tatalaksana DBD di Indonesia, Depkes RI, Dirjen P2MPL, 2004, hal. 25-29). Selain pengobatan diatas, adapula pengobatan DHF dengan renjatan dan tanpa renjatan, sebagai berikut : 1. DHF tanpa renjatan : Pada pasien ini perlu diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus pada demam tinggi. Selain air putih pasien dapat diberi teh manis, susu, sirup, jus buah bila mau diberi oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua dilibatkan oleh kegiatan ini. Selain itu dapat diberikan antipiretik dari golongan asetaminoferen atau parasetamol. Pasien tidak boleh diberikan antipretik dari golongan salisilat karena akan menimbulkan pendarahan yang semakin parah. 2. DHF dengan renjatan : Pasien yang mengalami renjatan atau syok harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Jika pemberian cairan infus tidak memberikan respon maka diberikan plasma atau plasma ekspander sebanyak 20-30 ml/kg BB.

6

2.11 Asuhan Keperawatan DHF 2.11.1 Pengkajian Pengkajain yang perlu dilakukan pada pasien dengan demam berdarah dengue yaitu : kaji riwayat penyakit sebelumnya,apakah pasien pernah sakit yang sebelumnya, kaji riwayat penyakit sekarang,nsejak kapan pasien mulai sakit, demam hari keberapa, tindakan apa saja yang sudah dilakukanorang tua untuk mengatasi sakit anaknya, adakah riwayat berpergian dari termpat edemik demam berdarah atau tinggal di wilayah edemik. Observasi adanya peningkatan suhu tubuh mendadak disertai menggigil, serta tanda-tanda perdarahan (peteki, ekimosis, hematoma, hematemesis, dan melena).Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengeluh mual dan muntah, nyeri ulu hati, nyeri otot, nyeri kepala, dan hematoma.Pemeriksaan apakah terdapat tanda-tanda terjadinya renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab pada ekstremitas, gelisah, sianosis, serta penurunan kesadaran).Lakukan pemeriksaan labolatorium, apakah terdapat peningkatan hematocrit, serta apakah terjadinya penurunan trombosit dan cepat. 2.11.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosis1 : Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan. Kriteria hasil :Perfusi jaringan adekuat yang ditandai dengan ekstremitas terabahangat, warna kulit normal atau merah muda, tidak terjadi sianosis, nilai hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi Rasional a. Kaji sirkulasi pada Untuk mendeteksi tanda awal ekstremita (suhu bahaya pada pasien. tubuh,kelembapan, dan warna) catat hasilnya. b. Observasi tanda-tanda Peningkatan denyut nadi, vital, catat hasilnya penurunan tekanan vena sentral, (kualitas dan frekuensi dan penurunan tekanan darah denyut nadi,tekanan dapatmengindikasikan hipovolemia darah,serta capillary yang mengarah pada penurunan refill. perfusi jaringan. Peningkatan perfusi pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan. c. Pantau kemungkinan Mencegah komplikasi yang terjadinya kematian mungkin akan terjadi. jaringan pada ekstremitas, misalnya dingin, nyeri, dan pembengkakan pada kaki. d. Penuhi kebutuhan Pemberian cairan membantu cariran. meningkatkan volume cairan

7

e. Jika perlu, berikan plasma/plasma ekspander apabila pemberian cairan infus tidak memberikan respon. f. Berikan transfuse darah jika terjadi pendarahan hebat,nilai hemoglobin dan hematocrit.

sirkulasi. Pemberian cairan ini dapat membantu meningkatan kebutuhan cairan ektraseluler.

Pemberian transfuse dapat mengatasi hipovolemia yang merupakan akibat sekunder dari pendarahan.

Diagnosis 2 :Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus. Kriteria hasil : Suhu tubuh pasien dalam batas normal, pasien tenang, dan tidak menggigil. Intervensi Rasional a. Kaji keluhan pasien. Untuk mengkaji perawatan yang memungkinkan perkembangan, perencanaan, dan perawatan secara individual yang sesuai untuk pasien. b. Observasi suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh secara setiap 4 jam. tiba-tiba akan mengakibatkan kejang. c. Penuhi kebutuhan cairan Untuk mencukupi kebutuhan untuk mencegah dehidrasi cairan yang hilang akibat akibat hipertemia. penguapan yang berlebihan. d. Berikan kompres dingin. Tindakan tersebut menyebabkan terjadinya proses indukasi atau perpindahan panas dari tubuh ke kompres. e. Berikan pakaian yang Tindakan tersebut longgar. mengakibatkan kenyamanan dan menurunkan suhu tubuh f. Berikan antipiretik dari Atipiretik (misalnya golongan asetaminofen asetaminofen) efektif (paracetamol) jangan dari menurunkan demam. golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya pendarahan. Diagnosis 3: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan. Keitwria hasil :Kebutuhan cairan pasien terpenuhi ditandai dengan tumor kulit elastis pasien tidak mengeluh haus, ubun-ubun tidak cekung, produksi urin normal, pasien bisa dan mau minum. Nilai

8

labolatorium elektrolit darah, serum albumin, dan berat jenis urin dalam batas normal. Intervensi a. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit tiap 4 jam. b. Pantau tanda-tanda kekurangan cairan, misalnya ubun-ubun cekung, turgor kulit tidak elastis, dan produksi urin menurun. c. Berikan cairan oral jika pasien mau. d. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terihat-insensiblewater loss (IWL). e. Berikan cairan parental/pasang infus untuk mencegah terjadi renjatan. Jika perlu, pasang di dua tempat agar tetesan infus lancer sehingga kebutuhan cairan tercukupi (bisa juga tempat yang satu untuk memberikan plasma/darah dan tempat satunya untukmemberikan cairan fisiologis. Cairan yang sering diberikan yaitu infus RL). f. Pantau pemberian cairan intravena sejak 4 jam hindari terjadinya kelebihan cairan. g. Pantau asupan dan pengeluaran, catat hasilnya. h. Pantau nilai labolatorium, elektrolit 9

Rasional Tekikardi dyspnea, atau hipotensi dapat mengidentifikasi kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit. Untuk mengidentifikasi kekurangan volume cairan.

Untuk mengembalikan kehilangan cairan. Melakukan pemantauan dengan teliti menjamin hidrasi yang adekuat. Jika output urin berkurang,maka anak memerlukan penambahan cairan. Untuk memenuhi kebutuhan airan pada tubuh.

Digunakan untuk tujuan hidrasi sampai krisis teratasi.

Untuk mengetahui keseimbangan.

Elektrolit darah, sorum albumin, dan berat jenis urin untuk

darah,sorum albumin, dan berat jenis urin.

membantu mengidentifikasikan status cairan.

Dagnosis 4 :Resiko terjadinya komplikasi (syok atau perdarahan) berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Kriteria hasil :Tidak terjadi syokn atau renjatan, tidak ada perdarahan, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ekstremitas teraba hangat. Intervensi a. Kaji keluhan pasien

b. Observasi tanda-tanda vital (/tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan) setiap jam apabila terdapat tandatanda syok (stadium 3 dan 4). Jika masih berada pada stadium 1 dan 2,maka observasi dapat dilakukan setiap 3 jam. Catat hasilnya. c. Lakukan pemeriksaan trombosit, hematocrit, dan hemoglobin setiap 4 jam. Catat hasilnya.

d. Pantau keseimbangan cairan. Perhatikan apakah pasien mengalami oliguria atau anuria. Untuk pemantauan akurat, sebaiknya pasien dipasang kateter. e. Lakukan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. f. Jika perlu siapkan darah/plasma untuk transfusi darah apabila terjadi perdarahan gastrointestinal yang hebat atau pasif(trauma 10

Rasional Untuk mengkaji perawatan yang kemungkinan perkembangan, perencanaan, dan perawatan secara individual yang sesuai untuk pasien. Takikardia, dispenia, atau hipotensi dapat mengidentifikasikan kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.

Kadar elektrolit yang abnormal mengidentifikasikan ketidakseimbangan cairan yang membutuhkan terapi dengan segera. Adanya oliguria atau anuria mengidentifikasikan gangguan keseimbangan cairan.

Membantu mengenbalikan jumlah cairan secaa normal serta keseimbangan cairan. Pemberian transfusi dapat mengatasi hipovolemia yang merupakan akubat sekunder dari pendarahan.

pada lambung). g. Pasang NGT jika teradi perdarahan dilambung (untuk mengeluarkan darah dari lambung). NGT harus dibilas dengan NaCl secara hati-hati karena sering terdapat bekuan darah dalam seang NGT. Selang dicabut jika perdarahan telah berhenti (tidak keluar darah lagi).

Pemsanga NGT untuk mengeluarkan adanya pendarahan dan memantau adanya pendarah yang ada dilambung.

Diagnosis 5 :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang atau pengeluaran yang berlebihan (mual, muntah, dan tidak nafsu makan). Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, berat badan stabil, tidak menurun, pasien mau makan atau bisa makan serta tidak adalagi keluhan mual. Intervensi Rasional a. Kaji keluhan mual pada Untuk mengkaji perawatan yang pasien. kemungkinan perkembangan, perencanaan, dan perawatan secara individual yang sesuai untuk pasien. b. Observasi apakah Untuk mengkaji konsumsi zat gizi pasien pernah muntah. dan perlunya pemberian suplemen. c. Pertahankan kebersihan Agar menambah nafsu makan. mulut pasien. d. Jelaskan pentingnya Karena nutrisi berguna sebagai nutrisi bagi tubuh. proses metabolic pada anak. e. Berikan makanan cair Untuk membantu proses atau lunak. pencernaan. f. Berikan makanan yag Untuk menambah nafsu makan disukai anak jika tidak anak. ada perdarahan dilambung. g. Berikan makanan yang Membantu memenuhi kebutuhan disertai suplemen nutrisi. untuk kebutuhan pasien. h. Pasang NGT pada Untuk memenuhi nutrisi yang pasien yang mengalami adekuat. pendarahan hebat 11

dilambung dan puasakan pasien sampai pendarahannya berhenti. Jika pendarahannya telah berhenti, maka berikan makanan bentuk cairan misalnya susu. Jika kondisinya sudah stabil maka pemberian makanan dapat ditingkatkan ke makanan lunak sesuai dengan kesukaan anak. i. Timbang berat badan setiap 3 hari jika memungkinkan.

Tindakan ini memberikan tanda akurat dan memberikan pengendalian pada pasien tentang makanan yang dimakan danstatus nutrisinya.

Diagnosis 6 :Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Kriteria hasil: orang tua memahami tentang penyakit DBD, tandatanda dan gejala anak yang mengalami DBD,penanganan pertama sebelum dibawa ke petugas kesehatan, serta pencegahan agar nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus tidak berkembang biak di lingungan tempat tinggal. Intervensi Rasional a. Kaji pengetahuan Pengkajian semacam ini berfungsi orang tua tentang sebagai dasar untuk memulai penyakit demam penyuluhan. berdara dengue. b. Observasi perilaku Mengetahui kondisi dan kesiapan orangtua dalam orangtua untuk merawat anak. keterlibatan perawatan pasien. c. .anjurkan orangtua Anak harus menerima semua obat, untuk aktif dalam termasuk untuk infeksi secara perawatan pasien. kontinu dan pastikan keefektifan obat.dnegan mengetahui kemungkinan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan, maka dapat membantu orang tua untuk meminta pertolongan secepatnya dari dokter.jika diperlukan. d. Berikan pendidikan Dengan bertambahnya kesehatan tentang pengetahuan, maka orangtua penyakit demam mampu merawat dan mencari

12

berdarah dengue, tanda-tanda dan gejalanya, penanganan pertama,dan komplikasinyajika tidak segera diatasi. e. Berikan penyuluhan pada orangtua tentang penanganan pertama pada pasien yaitu dengan memberikan minuman yang banyak. Selain itu,pasien boleh diberikan teh manis, susu, dan air putih. Setelah diberikan cairan, anjurkan orangtua untuk segera membawa anak kepetugas kesehatan. Pada saat memberikan minuman, berikan minum sedikit-sedikit untuk menghindari terjadinyamuntah. f. Berikan penyuluhan tentang cara memberantas nyamuk aedes aegypti dan dan aedes albopictus. Jelaskan habitat nyamuk tersebut dan bagaimana memberantasnya dengan efektif. Cara agar nyamuk tidak bertempat tinggal disekitar rumah tinggal yaitu dengan membersihka, pen tempat penampungan air setiap 2 hari sekali, misalnya bak mandi dan tempayan,sedangkan lingkungan sekitar rumah dibersihkan dari tampungan air yang

13

pengobatan.

Mencukupi kebutuhan cairan daam tubuh anak.

Memutus rantai penularan atau penyebaran penyakit dalam pendarahan.

tidak bermanfaat, misalnya ppecahan botol, pagar bambu, dan tempurung kelapa agar selalu dibersihkan sehingga nyamuk tidak ertempt tinggal dan tidak berkembang biak. Di dalam rumah, usahakan tidak ada pakaian yang digantug, pencahayaan memadai, dan baju yang habis dipakai jangan digantung karena nyamuk akan hinggap di pakaian yang bau manusia. Jika masih ingin dipakai, maka sebaiknya baju dilipat.

14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau lebih dikenal dengan DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menulardengan vector nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini merupakan banyak menimbulkan kematian didaerah stropis dan subtropics serta merupakan ancaman kesehatan bagi dunia karena lebih dari 100 negara terjangkit penyakit ini (Marni. 2016). 3.2 Saran Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat membantu proses pembelanjaran dan dapat mengaktivitaskan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa dan marilah kita belajar dengan sungguhsungguh agar kita dapat menjadi perawat yang profesional.

15

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""