Hasil Wawancara Cides 1999

  • Uploaded by: Sigit Suryawan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hasil Wawancara Cides 1999 as PDF for free.

More details

  • Words: 799
  • Pages: 3
LEMBAGA SINERGI DAN SOLIDARITAS MAHASISWA UNTUK KEMANUSIAAN (LS2MK) Sekretariat : Jln. Kenanga I/II RT. 012/02 No. 22 Jakarta Timur 13790 Telepon : 021 - 87700183,Web sites : http://www. LS2MK.COM /id/ dipanusantara..html e-mail : [email protected]

TEMA

: PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA MEMASUKI MILENIUM III

JUDUL

: PEMBERDAYAAN SDM INDONESIA DALAM MEMASUKI MILENIUM III; MENCARI TITIK TEMU ANTARA PUSAT DAN DAERAH.

Pertanyaan: 1.

Ideom Pemberdayaan SDM sering kita dengar, terlebih ketika awal Pelita III, yaitu ketika banyak L.S.M yang bermunculan, sebenarnya bagaimana prespektif CIDES dalam memandang Ideom tersebut ?.

2.

Tahun 2000 merupakan tahun yang istimewa bagi dunia, dan tentu saja bagi Indonesia terlebih pergantian Abad tersebut didahului dengan adanya perubahan kekuasaan dari Orde-Baru ke Orde-Reformasi, bagaimana dampak PERGANTIAN MILENIUM dan perubahan kekuasaan tersebut bagi Blue Print Pemberdayaan SDM di Indonesia ?.

3.

Proses pemberdayaan SDM di Indonesia cenderung lebih mengutamakan otoritas pusat kepada daerah sehingga tingkat partisipasi masyarakat terlebih rural community-nya lemah, hal ini dapat dilihat dari tidak berjalan dengan semestinya lembaga pemberdayaan SDM formal seperti LKMD, KUD dsb., melihat hal tersebut bagaimanakah metode dan prospek pemberdayaan yang seharusnya diterapkan di Indonesia yang mayoritas adalah masyarakat agraris ?.

4. Menurut prespektif anda apakah sistem birokrasi pemerintahan yang ada sangat mempengaruhi proses pemberdayaan SDM, dan bagaimana peran yang seharusnya dimainkan oleh struktur Birokrasi tersebut ?. 5.

Bagaimana peran Bottom up yang harus dimainkan oleh SDM yang ada ?

6. Menurut CIDES , bagaimanakah pola Pemberdayaan SDM Indonesia yang efektif dalam memasuki Milenium III ini ?. 7.

Jalur-jalur Pemberdayaan apa yang akan ditempuh oleh CIDES dalam upaya melakukan pemberdayaan SDM dalam memasuki Milenium III ini (thn. 2000) ?.

RESUME WAWANCARA DENGAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN SDM C. I. D. E. S Pembicara : Taufiqurrahman.

LEMBAGA SINERGI DAN SOLIDARITAS MAHASISWA UNTUK KEMANUSIAAN (LS2MK) Sekretariat : Jln. Kenanga I/II RT. 012/02 No. 22 Jakarta Timur 13790 Telepon : 021 - 87700183,Web sites : http://www. LS2MK.COM /id/ dipanusantara..html e-mail : [email protected]

Tema : PEMBERDAYAAN SDM DALAM MEMASUKI MILENIUM III Dalam proses pemberdayaan masyarakat tidak semata pemerintah berjalan sendiri dibidang ini, melainkan pemerintah membutuhkan suatu mitra kerja dalam mengolah SDM yang ada maka peran Non Government Organization/NGO (LSM) adalah berfungsi sebagai Bridging Power atau Intermediary Agencies oleh karena itu CIDES pun memiliki hubungan dengan LSM lain sebagai resultan. Dampak pergantian Milenium dan peralihan kekuasaan di Indonesia dalam pandangan CIDES akan mempengaruhi Blue Print Pemberdayaan SDM, diantaranya adalah kedepannya pemerintah secara peran pemberdayaan akan semakin berkurang dan pemerintah hanya berfungsi sebagai mediator dan bahkan fasilitor pemberdayaan hal ini berarti pelaku pemberdayaan berpusat kepada N.G.O (Non Government Organization)/ LSM, Koperasi (Third Sectors) dengan demikian distribusi otoritas akan beralih pada pihak Third Sectors.

Hal ini dikarenakan selama 32 tahun pemerintah lebih mengutamakan

pengejaran terhadap target pembangunan dibandingkan membangun suatu kemandirian dimasyarakat sehingga sistem ini menghasilkan suatu kekuatan ekonomi yang semu, monolitik dan despotik kesan inilah yang akan dirubah, program J.P.S merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki wajah pemerintahan bukan ekonomi rakyat karena mekanisme J.P.S itu sendiri dalam proses pengucuran dananya melalui alur birokrasi bukan jalur pemberdayaan sehingga implikasinya pun bersifat semu. Kemudian berbicara SDM kita juga akan berbicara mengenai pendidikan yang diberikan kepada SDM tersebut, banyaknya UNIVERSITAS jika tidak didukung oleh proses pendidikan yang lepat guna (Link and Match) hanya akan menghasilkan kemubaziran dan terpenjaranya SDM yang ada oleh sebuah Arogansi Intelektualitas yang diciptakan oleh permerintah sendiri; sebagai contoh Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya yang memiliki sumber daya tambang yang besar pada jalur pendidikan tingginya tidak ada pendidikan yang mengambil spesialisasi barang tambang, sehingga putra daerah tidak mengerti potensi sumber daya alamnya dan menghasilkan urbanisasi yang berarti memberikan keleluasaan pusat untuk mengeksploitasi daerah tersebut. Adanya pemberontakan-pemberontakan di Indonesia dewasa ini secara langsung maupun tidak disebabkan oleh hal tersebut. Dalam sebuah pemberdayaan masyarakat sistem birokrasi sangat mempengaruhi proses berjalan atau tidaknya Pemberdayaan SDM oleh karena itu struktur birokrasi harus mencerminkan sebuah pemberdayaan terhadap masyarakat. Struktur Birokrasi populer yang tidak mendukung struktur budaya lokal harus dihilangkan (seperti RT, RW, LKMD -dewasa ini LKMD tidak populer karena kepengurusannya di pegang oleh birokrasi) karena struktur birokrasi hari ini dipandang sebagai Anti Rakyat. Dengan hal ini pemerintah diharapkan mampu

memahami kebutuhan-kebutuhan

masyarakat

sehingga

program

yang

ada

merupakan aspirasi masyarakat (partisipasi), diharapkan peran pemerintah tidakk overvalued namun dapat berperan seimbang.

LEMBAGA SINERGI DAN SOLIDARITAS MAHASISWA UNTUK KEMANUSIAAN (LS2MK) Sekretariat : Jln. Kenanga I/II RT. 012/02 No. 22 Jakarta Timur 13790 Telepon : 021 - 87700183,Web sites : http://www. LS2MK.COM /id/ dipanusantara..html e-mail : [email protected]

CIDES juga menyoroti bahwa profil SDM Indonesia pada masa yang akan datang bukan profil SDM seperti Jepang yang tingkat mobilitas kerjanya cukup tinggi sehingga menghilangkan sikap guyub dan gotong-royong, dan juga bukan SDM menurut pandangan Eropa dan Amerika yang secara pemikiran berkualitas namun terbebas dari nilai moral dan budaya, tapi merupakan sosok SDM yang seimbang baik secara Intelektual dan Moral sehingga menghasilkan moral yang intelektual dan intelektual yang bermoral. DIPA NOESANTARA DPH NBM 1999

Related Documents


More Documents from "leonardo"