Hari yang Sial Samuel adalah seorang murid SMA di bilangan Jakarta Pusat. Ia mengikuti ekskul tenis dan juga menjadi anggota OSIS. Samuel memiliki tubuh tinggi, berkulit putih, dan juga berwajah menarik, namun ia memiliki satu kekurangan yaitu tidak pandai mendekati wanita. Suatu hari setelah selesai melaksanakan MOS pada murid yang baru masuk SMA tempat ia bersekolah, ia berniat membeli buku pelajaran ke Greamedia Matraman, maka ia pun menunggu M01 di depan sekolahnya. Angkutan yang biasanya datang bertubi- tubi namun hari itu sangat jarang ada yang lewat, sekali ada yang lewat itu pun sudah penuh, maka Samuel pun terus menunggu. Saat sedang kepanasan menunggu angkutan umum yang ditunggunya, tiba –tiba tampak sesosok wanita berkulit putih, berambut panjang dan berwajah menarik turun dari atas jembatan penyebrangan Bus Transjakarta , Samuel yang memandang wanita tersebut pun terpesona. “Wah, mirip sekali dengan calon pacarku”, gumam Samuel dalam hati. Setelah menuruni tangga, wanita tersebut berdiri tidak jauh dari Samuel, ia tampak sedang menanti kendaraan juga. Baberapa saat kemudian tibalah M01 yang dinanti - nanti, Samuel berharap semoga saja wanita tersebut naik M01 juga. Dan ternyata wanita tersebut memang menaiki M01 juga, Samuel pun berkata dalam hati “wah, Tuhan itu memang benar – benar ada”. Lalu Samuel dengan perasaan sedikit girang dan wanita itu menaiki angkutan umum bersama-sama, Samuel duduk disebelah pintu masuk dan wanita tersebut tepat disebelah Samuel. Samuel yang terus menerus curi - curi pandang pun merasa ingin sekali bertegur sapa dengan dan berkenalan dengan wanita tersebut, namun keberaniannya untuk melakukan itu tidak keluar sama sekali. Setelah beberapa menit perjalanan dengan perasaan tidak karuan, Samuel pun menuruni angkutan tersebut, ia merasa harapannya untuk berkenalan dengan wanita tersebut sudah lenyap, karena akan segera berpisah dengannya, akan tetapi saat sedang merogoh kantong celana untuk membayar ongkos angkutan umum ia melihat wanita yg duduk disebelahnya saat di MO1 ikut turun tepat setelah ia turun, lalu disaat wanita tersebut akan membayar, tiba-tiba sebaris kalimat terlontar dari mulut Samuel, "Bang, ongkos dia saya yang bayar". Wanita itu pun terkejut, bahkan Samuel sendiri terkejut, sampai – sampai supir angkot juga terkejut, penumpang yang lain pun terkejut, bahkan supir ojek yang sedang menunggu penumpang di depan Gramedia Matraman pun ikut terkejut, karena Gramedia Matraman tiba – tiba meledak, seperti di bom oleh teroris pembom Ritz Carlton dan JW Marriott. Samuel, wanita yang diimpikannya serta semua orang yang ada di dekat lokasi kejadian pun panik, mereka semua bingung harus melakukan apa. Ada yang tiarap, ada yang sibuk berlarian tak jelas arahnya, berlari menjauh dari lokasi, bahkan ada yang sibuk mengambil telepon genggam untuk segera merekam atau mengambil gambar kejadian tersebut. Dari dalam Gramedia banyak orang – orang yang berlarian berusaha untuk keluar dari dalam gedung, namun saat mereka keluar potongan – potongan beton yang hancur
akibat ledakan menimpa mereka satu persatu, bahkan karena begitu hebatnya daya ledak dari bom tersebut, beton yang terlempar membabi buta tersebut menimpa angkutan umum yang tadi di naiki oleh Samuel dan wanita pujaan hatinya tersebut, seisi penumpang dan supir dari angkutan umum tersebut tewas seketika, angkutan umum tersebut setelah tertiban oleh beton yang berukuran cukup besar langsung meledak, Samuel dan wanita tersebut terpental cukup jauh akibat ledakan dari angkutan umum tersebut yang lumayan dahsyat. Samuel yang terpental cukup jauh mendarat dengan posisi tiarap dan ia beruntungnya tidak mengalami luka sedikitpun, mungkin berkat latihan fisik saat sedang ekskul tenis di Veldrom Rawamangun. Samuel langsung berdiri melihat wania pujaan hatinya di seberang jalan, kemudian ia mendatangi wanita tersebut yang tampak terbaring tak bergerak sama sekali. Tubuh wanita tersebut menghadap bawah, lalu disaat Samuel membalik badannya, ia terkejut, ternyata ia salah orang, yang ia balik adalah pria berkulit putih dan berambut gondrong yang ususnya sudah terburai akibat perutnya robek oleh besi – besi yang terpental. Pria itu masih hidup, ia mencoba mengatakan sesuatu kepada Samuel namun ia tidak bisa, kemudian Samuel yang tidak kuat melihat pemandangan itu membalikan kembali pria itu seperti posisi semua ia menemukannya, lalu tanpa sengaja Samuel melihat dompet mencuat dari kantong celana belakang pria tersebut, tanpa pikir panjang Samuel pun mengikuti perkataan iblis di hatinya, ia mencomot dompet tersebut dan meninggalkan pria itu begitu saja. Samuel pun kembali mencari wanita idamannya, lalu di sudut jalan ia melihat wanita yang mirip dengan wanita yang naik angkutan umum bersamanya tadi sedang terbaring dan sedang memegang lehernya. Kali ini ia yakin seratus persen bahwa itulah wanita yang ia cari. Dan ternyata benar, itulah wanita tersebut, lalu Samuel mendatanginya dan berkata “Apakah kamu baik – baik saja?”, kemudian saat membuka mulut, keluar darah yang sangat banyak dari mulut wanita itu, Samuel pun kaget, ia lalu memperhatikan ternyata sepotong kaca tertancap di tenggorokan wanita idamannya tersebut, dan merobek cukup dalam. Samuel yang yang kaget dengan reflek mencabut potongan kaca yang tertancap di tenggorokan si wanita dengan cepat, karena menurutnya itu dapat menolong, namun sesudah di cabut, darah dengan jumlah lumayan banyak malah bercucuran dengan deras dari lubang robekan pasil tusukan kaca di tenggorokan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian pandangan wanita tersebut menjadi kosong, dan ia tidak lagi bergerak. Samuel yang melihat kejadian tersebut merasa sangat sedih. Samuel pun langsung berpikir untuk pulang, karena Gramedia yang merupakan tempat tujuannya sudah hancur dibom, dan karena tidak ada angkot yang lewat, maka ia memutuskan untuk naik taksi menuju rumah, “ gue kan baru nemu dompet, jadi naik taksi aja”. Maka Samuel menyetop taksi yang kebetulan lewat, dan menaikinya. Saat di perjalanan pulang, tiba – tiba taksi yang di naikinya di hentikan oleh sekumpulan polisi yang melakukan razia, “ Mohon turun dulu, dek. Biar saya periksa sebentar” kata Pak Polisi “kenapa emangnya om? Saya pake sabuk pengaman kok”
“ Bukannya gitu dek, baru saja ada bom meletus, dan setiap orang yang lewat harus di periksa” Maka turunlah Samuel dari taksi dengan tenang, karena ia merasa ia memang tidak melakukan hal yang salah sedikitpun, “emm, boleh saya lihat dompetnya, dek?”, Samuel mengambil dompet yang baru dipungutnya dari korban bom tadi dan langsung memberikan kepada Pak Polisi. Tetapi kemudian si Pak Polisi terkejut saat melihat isi dompet Samuel. Samuel yang melihat Pak Polisi terkejut ikut – ikutan terkejut. “Waduh! Kenapa tuh?”, pikir Samuel dalam hati, takut – takut isinya narkoba atau benda haram sejenisnya. Samuel pun mulai keringat dinging dan mulai memikirkan alasan yang masuk akal. Lalu pak polisi mengembalikan dompet Samuel sambil menahan senyum. Ternyata Pak Polisi barusan terkejut bukan karena ada narkoba di dalamnya melainkan karena dompet milik Samuel kosong melompong tidak ada isinya, “Nih dek dompetnya”. Samuel yang melihat isi dompet itu tidak ada isinya sama sekali bengong sebentar, menoleh ke dalam taksi dan tanpa pikir panjang langsung lari sekuat tenaga karena argo di dalam taksi yang ia naiki barusan sudah menyentuh angka lima puluh ribu sedangkan ia hanya punya lima ribu di saku celananya. Si supir taksi yang sedang asik – asik mencabut bulu janggutnya dengan sepasang koin di dalam taksi langsung terkejut melihat Samuel yang tiba – tiba melarikan diri, si supir taksi pun teriak ke Pak Polisi “Pak! Dia enggak bayar taksi saya! Kejar pak!”. Kemudian Pak Polisi yang malah mengejar dengan cepat mencopot sepatu bot nya dan membidik kearah Samuel yang berlari belum begitu jauh, Pak Polisi pun langsung menimpuk dengan kekuatan penuh kearah Samuel. Sepatu bot itu mengenai tepat di kepala Samuel, “PUK!”, kurang lebih begitulah bunyinya, “Samuel pun tidak sadarkan diri”. Saat terbangun ia sudah berada di dalam penjara, Samuel ditahan di dalam sel penjara karena perbuatannya sendiri.
ARNOLD S. XII IPS 2