Hanya Untuk Senyummu

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hanya Untuk Senyummu as PDF for free.

More details

  • Words: 454
  • Pages: 3
Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com

Hanya untuk senyummu Sumber : Berbagai Sumber



!

"

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com Aku pasti sudah sering menyebut sesuatu tentang hujan, hm... tepatnya gerimis. Aku tidak tahu bagaimana asal mulanya, tapi ini sebenarnya mungkin sudah lama. Dulu aku tidak pernah sadar benar, bahwa gerimis bisa menghadirkan pesona seperti itu. Di kamar kost-ku yang kecil dan pengap itu, depannya ada beranda kecil, dimana aku bisa duduk di depan pintu atau berdiri di depan jendela kamar menikmati gerimis. Tuhan adalah pencipta yang penuh ide. Dibuatnya sebuah siang merangkak menjadi senja dengan gerimis, sementara aku bisa duduk dekat jendela, dengan segelas kopi panas dan jazz ringan di belakang... hm. Bisakah kamu bayangkan itu? Pada saat seperti itu, aku begitu penuh. Aku duduk diam, bicara dengan gerimis, tentang banyak hal, semua yang imajinatif atau nyata. Pesannya begitu jelas, Dia susupkan pelahan selimutnya di sela taburan gerimis, juga bulir-bulir yang merayap. Rasa damai itu merayap pelahan, mengisi seluruh kamar sampai sudut-sudut hati, sambil menebar bau tanah basah. Kalau kita pejamkan mata, sambil menghitung semua yang bisa disyukuri, damainya hampir seperti ketika jam-jam senyap senggang, kita meniti tasbih. Sejak itu, setiap gerimis selalu membangkitkan kembali suasana ritmis mistis. Aku bisa membentangkan sayap-sayap mimpiku ke dunia nyata. Aku bisa mengulang lagi pelajaran mengeja bahasa yang tak punya kata. Hanya melibatkan perasaan, pikiran dan getaran-getaran purba. Jangan campur adukkan imajinasi dengan prasangka. Kita adalah cermin eksistensi-Nya. Karena kita adalah dunia. Pada tiap penggalan perjalanan, seperti itu, aku bisa mengukurnya dengan getaran yang sama pada waktu yang lain. Seperti ketika hujan malam, dengan segelas besar kopi panas buat kami bertujuh, di sebuah ruang yang sempit di sebuah sudut Bandung yang lusuh. Aku dan temantemanku tidur berdesakan. Hanya berdehem-dehem, lalu ketawa kecil. Biasanya karena menertawakan ketololan kami sendiri. Ada banyak yang bisa diceritakan, aku juga pilih diam. Cuma ada dingin menggigit, ruang sempit dan mimpi tentang cinta yang sengit....:) Aku sering tidak mengira bahwa mimpi bisa jadi sesuatu yang begitu kita perhitungkan. Sebut saja misalnya soal asosiasi bebas itu, :). Lalu orang bisa seperti berhadapan dengan puisi. Jika sajak hanyalah usaha menafsir gerak daun jatuh, maka membaca sajak, adalah mengeja tafsiran maknanya. Gerimis adalah sajaknya, dan duduk di depan jendela seperti yang kuceritakan, adalah caraku membacanya. Kelak sayang, akan kuceritakan kembali apa yang kubaca dengan caraku. Aku tambahkan potongan-potongan rinduku di sela-selanya. Seperti isyarat yang selalu kukirimkan. Padamu sayang, ketika kita jauh seperti ini, kubangunkan bilik yang kuisi dengan kristal-kristal kata. Tak

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com akan ada lagi yang kubiarkan terlalu jauh berjalan lalu terjatuh dalam hujan. Hanya untuk senyummu. Semoga kita masih bisa terus berdamai dengan waktu. Kurnia Allah atas senyummu salam

Related Documents